Aku nggak bisa berhenti tersenyum saat melihat dia berada di ruangan OSIS. Awalnya aku nggak begini, apalagi tersenyum sama orang yang emang nggak ada menariknya sama sekali di mataku, tapi entah mengapa saat ini menjadi menarik karena satu sahabatku menceritakan semuanya tentang dia. setelah satu sahabatku ini bercerita, satu orang sahabatku lagi ikut-ikutan untuk menjodohkanku dengan dia. kabar ini pun sampai ke telinga sahabatku yang lain, dan mereka pun selalu menggodaku saat ada dia maupun tidak.
"Nuna, tahu nggak Raden Alan ? dia itu presentasi di kelas aku kemarin bikin geger satu kelas loh. hahaha." kata Ninda sahabatku yang bercerita tentang cowok yang awalnya nggak menarik sekalipun.
"Wah, iya, geger gimana?" Tanyaku kepada Ninda sambil memainkan layar ponsel ditanganku.
"Iya jadi dia presentasi lucu gitu, ada satu kata yang buat geger cuman aku lupa."
sial lagi-lagi aku penasaran sama dia.
"Oh gitu ya? haha" balsku tanpa ekspresi.
" Ih kamu kok gitu?" tanya Ninda sambil cemberut.
"Habis aku nggak tahu harus komentar apa."
"Dia keliatannya baik kok."
lalu, aku berdiri dari tempat dudukku dan berkata, " iya aku tahu kok dia baik, baik banget malahan."
"Kali-kali nyapa dong, dia satu organisasi kan sama kamu?" tanya Ninda yang seakan-akan nggak berhenti untuk menjodohkanku.
"Nanti, kalau aku ada urusan sama dia." jawabku sambil melangkah ke pintu gerbang sekolah.
Keesokan harinya aku melihat dia di depan kelasku sedang mengobrol dengan salah satu sahabatku, ia berbadan agak gendut dan kali ini kaos yang didalam seragam abunya adalah hitam, entahlah apa alasan dia di depan kelasku saat itu. Fara datang dengan wajah yang ceria saat itu, maklum dia baru saja dapat kado seekor kucing dari teman super dektanya.
"Hai, ciye yang kemarin ultah." Sapa Landin ke Fara sambil tersenyum.
"Hai Lan, Hai Dim," Kata Fara dengan senyum, "Mana? katanya mau ngasih kado."
"Hahaha, itu nanti aja ya." jawabnya sambil tersenyum.
"Heh, kamu sok sok an mau ngasih kado, ultah aku aja kamu nggak ngasih apa-apa." Protes Dimas kepada Alan.
Aku pun keluar untuk menghirup udara segar, saat aku keluar aku merasa ada sepasang mata yang melihatku. Akhirnya aku memanggil Dimas dan mengobrol sebentar lalu kembali ke tempat duduk dan menutup wajah di meja.
"Ciee, tadi ada siapa tuh di depan?" Tanya Fara yang mencoba menggodaku.
"Iya tahu, ada sosok berbaju putih anggota OSIS kan?" Tanyaku balik kepada Fara sambil tetap pada posisi menutup wajah di meja.
"Jahat bener sih kamu, " kata Fara sedikit kesal, "kamu cemburu ya dia cuman nyapa aku?"
siapa yang cemburu sih, ya allah kapan perjodohan ini berakhir?
"Nggak tuh, biasa aja, kan emang nggak terlalu kenal." kataku sambil jalan menuju ke toilet.
***
Suasana ruang OSIS sangat ramai, berbagai opini masuk ke dalam otakku, tapi aku benar-benar tak fokus karena memikirkan satu hal. Gara-gara cerita Ninda lagi yang katanya dia buat geger satu kelas lagi. Sial, aku jadi kepikiran terus sih?
"Nun...." Panggil Ninda kepadaku.
"Nun...." Panggil Fara kepadaku.
"Nun..." Panggil Talia kepadaku.
"Nun, ini perihal soal event gimana ya enaknya?" Tanya Deni kepadaku.
"Nun, ini lihat deh Awkarin dan YoungLex kolaborasi kok gini amat ya? jadi agak gimana gitu." Kata Dimas kepadaku.
Otakku ngga jernih nih, aku harus gimana? Oppa, Jajan aku harus gimana?
"NUNANISAAAAAAAAAAAAA" Teriak mereka secara bersamaan dan membuat satu ruangan OSIS yang tadinya ribut banget menjadi diam.
"Ada apa sih?" Tanyaku kepada mereka.
"Kamu yang ada apa, bukan kita yang ada apa." Jawab Talia sambil menyodorkan berkas proposal event OSIS nanti.
"Aku? nggak apa-apa." Jawabku singkat.
"Tapi kamu kelihatan kayak orang linglung, jangan-jangan kamu....."Kata Fara mencoba menggodaku.
"Sapa kali mumpung dia di sini." Kata Ninda kepadaku.
"Nggak biasanya kamu begini, ini Awkarin sama YoungLex mau lihat nggak?" Tanya Dimas
"Ini dulu ih, perihal event sekolah enaknya gimana?" Tanya Deni
"Intinya, sekarang kan udah selesai rapatnya kan? aku mau keluar dulu deh." Kataku pamitan kepada mereka.
"Hati-hati ya." Kata mereka sambil mengayunkan tangan tanda selamat jalan.
Saat aku keluar tenyata ada dia di depan ruangan sedang menempelkan selembaran di mading, lalu aku beranikan diri untuk menyapa dia.
"Hai, sini mau aku bantu?" Sapaku sambl menawarkan bantuan kepadanya.
"Nggak usah, bentar lagi selesai kok." Jawab Alan dengan ramah.
"Oh iya, Lan. Katanya mau ngasih kado ke Fara?" Tanyaku kepada dia.
"Entar aja pas dia ulang tahun lagi." Katanya sambil menempelkan selembaran.
"Ciye, berduaan." Teriak mereka semua kecuali Dimas.
"Ini aku mau pulang woy, ini anak dokumen nggak ada yang mau bantu dia gitu?" Kataku sedikit salah tingkah.
"Udah selesai kok." Katanya kepadaku.
"Ya udah aku pulang ya, dadah fans fanatikku."
"Dadah Jonesku." Kata mereka kepadaku
***
Line....... (suara bunyi line)
Fara : kamu tahu nggak tadi dia senyum pas kamu pergi?
aku : nggak tahu, emang iya?
Fara : Iya tahu, aku lihat sendiri senyum misterius gitu.
Aku : Sial, kamu mau buat aku nggak bisa tidur ya?
Fara : kalau ngantuk juga kamu pasti tidur. ahhaha
Setelah line dengan Fara, aku benar-benar tak bisa tidur, Emangnya iya dia tersenyum pas lihat aku pergi? kayaknya nggak mungkin deh.
Line.....(suara bunyi line)
Ninda : besok aku mau kasih hadiah ya sama kamu.
Aku : Hadiah apa?
Ninda : pokoknya kamu jangan dulu pulang pas UTS.
Aku : Iyaaa
Malam ini aku benar-benar nggak bisa tidur, gara-gara satu orang dengan beribu cerita yang membuatku penasaran, beribu tanda tanya dipikiranku. Seperti apa sosok asli seorang Alan yang aktif satu organisasi denganku? Yang katanya pintar dan mempunyai prinsip lebih dari orang seumurannya?
***
Aku terburu-buru menunggu kelas yang sedang dipake oleh adik kelas untuk UTS, akupun duduk di sebelah temanku bernama Gunawan dan ada juga Fara di sebelahnya. Tak lama dia datang sambil tergesa-gesa juga, mungkin dia sedang buru-buru, tapi pada saat melihat Gunawan dia pun menyapa dia dan sambil sedikit berbincang. Sedikit perasaan penasaran itu pun muncul, ketika dia nggak menyapaku dan Fara, padahal kami berada di sebelehnya Gunawan.
Cowok itu pura-pura nggak kenal atau emang nggak tahu kita sih? aku nih satu organisasi sama dia loh, kan ada aku kenapa nggak nyapa.
Aku pun langsung bilang kepada Fara, " Far, tingkat kekagumanku berkurang 30 %."
"Loh, kenapa?" tanyanya bingung.
"Dia nggak nyapa kita, padahal kita da di sebelah Gunawan loh, kita juga sambil liatin dia," Gerutuku kepada Fara
"Ya ampun, Nun. mungkin dia orangnya emang kayak gitu." Kata Fara mencoba menenangkanku.
"ahh, kesel, nggak suka." Kataku sambil pergi ke kelas.
Sehabis UTS aku menunggu Ninda keluar dari ruangannya, beberapa menit kemudian dia keluar dan mengasih amplop yang ternyata isinya kartu UTS Alan. Aku senang, namun ada sedikit rasa kesal karena kejadian tadi.
Malam harinya aku pun menceritakan semuanya kepada Ninda, dan Ninda bilang Alan memang seperti itu orangnya. Tapi alasan itu masih nggak bisa aku terima di otakku. Akhirnya aku pun memutuskan untuk tidur, sebelum tertidur hatiku yang paling dalam pun berkata, "Jika aku ada salah, maafin aku, Lan. Aku nggak bermaksud nggangu kamu, aku cuman ingin berteman. Maaf juga aku kagum sama kamu karena cerita Ninda yang membuat pandangan aku berubah dan jadi suka cerita ke sahabat-sahabatku tentang kamu. maafin aku, maafin aku karena sekarang aku cuma penasaran."
aku pun tertidur lelap hingga pagi.
***
Pagi yang membuatku malas, aku malas harus mengendarai mobil karena takut hujan, aku pun memposting video yang mencerminkan aku malas sekolah. Rasanya malas sekali.
Line.... (suara bunyi Line)
Dimas : Heh, apa faedahnya sih posting video kayak gitu? Alan belum bisa nyetir.
Dimassssssssssss, parah banget sih.
Aku : Siapa yang mau disopirin dia :( udah ah aku mau berangkat,
Aku memasuki mobil putihku dan menyetel lagu kencang sekali sehingga rasa kesalku teredam dalam sebuah lagu.
***
3 tahun kemudian
"Nuna, kamu masih ingat dia?" Kata Talia menyodorkan foto seorang cowok berkacamata.
"Siapa ini?" Tanyaku kepada Talia.
"Coba mana ingin lihat." Kata Ninda sambil memegang Handphone Talia
"Kayaknya kenal deh. "Kata Fara yang selalu tiba-tiba muncul.
"Ini kan Alan yang pernah satu sekolah sama kita, keren ya dia udah magang aja di TV" kata Talia sambil melirikku.
"Iya aku kaget, dia pernah line nanyain kabar anak-anak OSIS terutama Dimas." Jelas Talia.
"Tapi dia nggak nanya kabar kita ya, Tal?" Tanya Fara kepada Talia.
"Nggak, cuman ke aku aja itu juga karena dia mau minta line Dimas." Jawab Talia kepada Fara.
"Dia, nggak berubah ya." Kata Ninda lemas.
"Menurutmu gimana, Nun? "Tanya Fara kepadaku.
"Biasa aja." Jawabku singkat sambil tersenyum.
"Nggak mungkin, biasa aja." kata Ninda.
Sudah 3 tahun ya nggak kerasa, aku tahu kamu punya segudang alasan untuk memperlakukan kami seperti ini. Mungkin aku nggak pernah tahu, apa alasan kamu tidak menyapaku pada saat aku di sebelah Gunawan dulu. Ya, udahlah, aku cuman makasih udah hadir lagi memberi kabar walaupun sekilas.
Aku pun tersenyum menatap sahabat-sahabatku yang sedang tertawa mengenang kepingan masa lalu putih abu kami bersama Alan.
-Fin-