Rabu, 22 Maret 2017

Always

Inspired by Lyric Always - Rap monster


suatu pagi, ketika aku terbangun
aku berharap aku mati
aku berharap seseorang membunuhku
dalam kesunyian ramai ini
aku hidup untuk memahami dunia
tapi mengapa dunia tak pernah memahami aku?

              Kata-kata itu selalu terngiang di otakku, entah mungkin aku sudah capek atau emang aku sudah hampir menyerah dalam hidup ini? Lagu ini walaupun aku tak mengerti bahasanya tapi aku mengerti perasaan sang penulis lagu yang begitu capek dengan dunia ini. Aku pun sama. Merasakan capek dengan dunia yang selalu ingin dipahami. 
                 Sekarang pukul 11 siang, seharusnya aku sudah berada di kampus, tapi entah mengapa aku betah berada di rumah sambil melihat arti dari lagu ini. Aku ingin benar-benar mengerti lagu ini agar bisa merasakannya lebih mendalam. Iya, sekarang aku mengerti arti lagu ini yang ternyata sama dengan perasaanku saat ini. Perasaan yang tak mungkin bisa aku katakan kepadanya siapapun.
            Sebenarnya hari ini ada sebuah pertunjukkan seni di kampusku, namun aku merasa malas untuk melihatnya, apalagi setelah kejadian yang sangat membuatku kesal. Kemarin, Rabu tepatnya, aku sedang jatuh cinta kepada seorang Rapper asal Korea. Kim Nam Joon. Entah mengapa, aku sangat menyukainya saat ini dan bisa menyembuhkan hampir setengah rasa depresiku.
            Mungkin aku terdengar gila karena sampai saat ini masih saja belum bisa sembuh dari depresi, namun itu kenyataannya. Oh iya, aku hampir lupa menceritakan alasanku waktu kemarin sangat kesal. Kemarin, aku sedang makan sate kambing kesukaanku di kantin sendirian, teman-temanku masih di kost sedang mendengarkan lagu dari boygrup kesukaan mereka sambil menunggu jam masuk kelas. Aku makan ditemani suara Nam joon, lalu tiba-tiba datang seorang laki-laki mungkin tinggi dan mungkin juga tidak datang menghampiriku, ia mencopot headsetku, aku tatap dia dengan tatapan sinis.
            “Apaan sih?” kataku kepadanya
           “Mau sampai kapan sih kamu dengerin si monster itu?” katanya sambil mengambil satu sate kambingku.
           “Sampai semua tugas di dunia ini hilang dan sampai semua orang yang munafik ini musnah, lalu sampai semuanya memahami keinginanku,” kataku sambil menikmati sate kambingku, “lagian keliatan risih banget sih kamu kalau aku dengerin si Nam joon, lagian enak juga kok semua lagunya.”
          “Jelaslah aku risih,” katanya sambil memegang air mineral yang sedari tadi ia pegang namun tak ia minum, “kamu seperti punya dunia sendiri, nggak ada bahasan lain apa selain ngomongin si monster itu?”
          “Kamu pergi aja deh, nggak mood makan deh jadinya.” Kataku sedikit mendorong dia pergi.
         “Tuh kan, kamu jadi emosian banget, ya udah bye!!!!” Katanya sambil pergi meninggalkanku.
          Kesal sekali rasanya, selalu saja kayak gitu setiap aku ngomong soal Nam Joon ke dia, apalagi dia mengatai Nam Joon monster, yang lengkap dong dia itu Rap Monster, aarrrggghhhhhhhhhh….sudahlah, bahkan yang membuat aku kesal sekali mengingat pada saat laki-laki itu ada di luar kota dia nggak baca pesan dariku, sahabat macam apa dia?
                                                                ***
            Saat ini aku sudah berada di kampus tepat pukul 1. Aku melihat di sekeliling kampus yang sangat ramai dan aku merasa sendiri, entahlah apakah ini efek aku selalu mendengarkan lagu ini? bukan pasti, ini hanya perasaan aku saja yang tidak bisa berdamai dengan diri sendiri hingga membuat pertengkaran dengan sahabatku sendiri.
            Always, setiap aku merasa sendiri tidak ada satupun yang coba untuk mengerti keadaanku atau aku yang tak mengerti keadaan? Kira-kira dimana sahabatku itu? Sudahlah mungkin dia sedang marah juga denganku, karena daritadi aku tidak membalas pesannya.
            Aku akhirnya memutuskan untuk pergi ke aula. Sesampainya depan aula, aku mendengar suara lantunan musik lagu always yang sering aku dengar akhir-akhir ini. Aku pun masuk ke dalam aula dan laki-laki yang kemarin membuatku kesal itu sedang berada di panggung sambil bersiap untuk bernyanyi, ah bukan nyanyi tapi nge-rap, tapi sejak kapan dia bisa nge-rap?
            Aku pun terpaku diam di samping kursi penonton sambil melihat laki-laki itu yang tak lain sahabatku nge-rap dengan bahasa Korea, aku merasa terharu dan ingin menangis. Aku tahu dia nggak terlalu suka dengan lagu Korea, tapi aku terharu karena dia sahabat yang tidak mau melihat aku sendiri.
            “Untuk kamu yang sedang merasa ingin mati, dengarkanlah lagu ini agar hati kamu tenang, karena dengan mendengarkan lagu sedih hatimu bisa terobati,” Kata laki-laki itu begitu selesai nge-rap dan masih di atas panggung, “oh, tapi jangan keseringan juga sampai kamu nggak bisa lihat dunia sekitar, kamu bisa melakukan dengan baik, jadi jangan pernah menyerah sama dunia yang hanya ingin dipahami oleh kita.”

            Kata-kata laki-lakiku itu alias sahabatku itu menampar sekaligus menyadarkanku, bahwa dunia memang ingin kita memahaminya, tapi dibalik itu semua pasti ada kebaikannya yang akan terjadi. Sahabatku pun melihat ke arahku dengan tatapan malu, dan aku bertepuk tangan sebagai tanda bahwa aku menghargai usahanya yang ingin memberitahuku bahwa ada orang yang mengerti kamu dan tidak akan membiarkanmu sendiri seperti perasaan dalam lagu yang habis ia tampilkan.