Rabu, 10 Oktober 2018

Tentang Bank Mandiri


July-August


     Siang di bulan July. Tanteku memberikan pesan kepada Mama, bahwa ada lowongan di kantor cabang Omku sebagai seorang teller. Tanpa pikir panjang, aku pun menerima tawaran tersebut dan malamnya mengantar berkas apa saja yang diperlukan oleh Bank Mandiri. Setelah dari sana, aku berharap akan dipanggil ke Jakarta untuk proses selanjutnya, tapi semua aku serahkan kepada ALLAH, yang penting aku sudah berusaha semaksimal mungkin.

     1 July Aku dipanggil via telpon oleh HRD Bank Mandiri, senang banget rasanya, aku di interview keesokan harinya dan setelah berdiskusi dengan keluarga, akhirnya aku berangkat dengan adikku untuk interview. Interview rasanya berdebar banget, walaupun ini kali kedua aku menghadapi HRD, aku masih nggak bisa mengontrol mimik muka dan entah jawabanku benar atau salah yang jelas aku sudah melakukan yang terbaik sebisa mungkin.

     Dua minggu kemudian tanggal 16 July, aku mendapat SMS dari Bank Mandiri dan di nyatakan lolos serta ikut proses selanjutnya di kantor pusat regional II yang kantornya dekat dengan kota tua. Awalnya aku nggak kesulitan untuk mengerjakan semua soal itu, tapi sampai di tahap numerical atau matematika, aku nggak paham sama soal itu, model soalnya itu aku baru pertama kali nemuin  dan nggak pernah aku temuin di bangku sekolah maupun perkuliahan. Keluar dari ruang test, aku pasrah saja. 

     Aku menunggu dua minggu lagi dan tidak mendapat panggilan apapun. Mungkin aku memang nggak ditakdirkan untuk berada di sana, agak kecewa karena mengingat aku anak pertama dan sampe sekarang belum mendapat kerja. Padahal, lamaranku dibawa oleh anggota keluargaku sendiri, tapi nggak apa-apa setelah aku pikir lagi, seandainya aku keterima nggak enak aja pasti suasana di dalam kantor. Karena pada saat aku interview, hampir semua orang kantornya mengenalku dan aku takut di istimewakan. Tapi aku bersyukur, berkat aku mendapat kesempatan di sana, setidaknya aku belajar banyak hal, belajar tentang Jakarta lebih banyak.


- pukul 7:26

Senin, 08 Oktober 2018

Tentang Tokopedia

24 May 2018

    Tokopedia. Pasti tahu kan perusahaan apa ini? Tahu dong hahha
Ini merpakan perusahaan semacam online shopping gitu. Aku mau sedikit cerita mengenai kegagalan aku, untuk masuk kesini. Aku ingin nantinya anak atau cucuku mungkin bisa membacanya. Calon suami dulu deh, eh jangan teman-teman aku aja dulu. wkwk

    Setelah aku lulus bulan April, aku gencar mencari pekerjaan, entah apapun itu jabatannya aku tetap masukin yang sesuai kemampuanku. Kira-kira seperti itu. Aku milih customer service tokopedia dan customer di sini dibagi dua cabang gitu, aku lupa cabangnya ada apa aja, yang jelas ak memilih sebagai call center waktu itu. Karena menurutku rame aja gitu, tapi allah berkata lain aku nggak rejeki di sana.

   Jadi kan ada test FGD gitu dan aku gagal di situ. Kalau yang berhasil langsung interview. Faktor gagalnya mungkin kurangnya pengetahuan aku di bidang ini, tapi namanya pertama ya udah aku terima dengan lapang dada. Padahal kantornya tuh kayak yang di korea gitu, mana bajunya bebas tapi sopan kan lucu huhu 



Pukul 17:41

Tentang Aku dan Sidang lainnya


.... Mei dan Juni 2018
   
   Mei dan Juni 2018, bulan-bulan itu menurutku adalah bulan dimana teman-teman ku yang dekat maupun tidak, melaksanakan ibadah sidang akhir. Euforianya nggak sama seperti pada saat aku sidang akhir bulan April kemarin, namun tetap ramai. Di saat Mabok Oppa sesion 2 ( Dena dan Fana) sidang aku nggak merasa kesepian sama sekali, karena masih ada Rahma atau pada saat itu masih ada Fana atau lagi pada saat ke sidang yang bukan teman-teman dekatnya Dena. 

    Rata-rata temannya Dena itu aku kenal baik, maka dari itu aku datang karena mereka juga datang ke sidang aku, aku datang sebagai seorang teman baik. Namun, makin lama, suara orang-orang yang senang atas kelulusannya membuatku hampa di tengah-tengah euforia. Aku memang berada di sana, tapi jiwaku enggak sama sekali. Seperti jiwaku di Surabaya, namun ragaku di Jakarta. Sebenarnya aku adalah orang yang canggung, aku nggak bisa berada di tengah orang yang tak mengenalku dekat atau aku tidak dekat dengan mereka.

  Secara rinci, aku merasakan kesepian yang sangat mendalam di diri aku, di tengah-tengah keramaian yang ada. Untuk pertama kalinya aku merasa sendiri. Aku nggak tahu harus bergabung dengan cara apa, aku nggak tahu harus dengan apa aku mendekati mereka, atau harus dengan jurus apa agar aku bisa berbaur.

   Aku memang orang yang gampang beradaptasi, tapi aku juga seorang yang canggung dengan kehadiran orang lain. tapi tak apa, karena sidang mereka (Unpas maupun kampus lainnya) bahwa mereka nggak pernah sendirian, dan aku merasa bersyukur. Maka, dari itu aku datang sebagai seorang teman yang baik hanya untuk memberikan selamat yang sangat berarti untuk mereka semua. 


Pukul 17:25 

Jumat, 05 Oktober 2018

Tentang Sidang Skripsi

26 April 2018 


      Hari, jam, menit, dan detik di tanggal itu membuatku gugup. Gugup sekali. Kenapa? karena aku akan sidang akhir yang mengartikan akan ada kehidupan baru untuk aku. Entah itu dari segi rejeki, kehidupan aku yang mulai damai atau dari segi kepribadianku. Aku flashback ke belakang soal hidupku di kampus, dari mulai menderita karena gosip yang nggak enak, kasus sahabat aku yang harus aku tangani, menghadapi trauma yang aku alami dari SMA dengan mendengarkan cerita tentang pacar mereka atau gebetan (maksudnya ini untuk teman laki-laki), dan status pacaran yang ternyata cuman dimanfaatkan hanya untuk tugas kuliah semata.

     Aku deg-deg kan sambil memikirkan itu dan berusaha untuk tersenyum bahwa aku bisa menjalani kehidupan dengan baik. Allah sayang sama aku, dan Allah mau aku bangkit dari semua keluhan kehidupanku selama beberapa tahun terakhir ini. Pada saat aku dipanggil ke ruang sidang, nggak karuan rasanya tapi pada saat selesai lega banget walaupun ada revisi. Setelah semua selesai sidang euforia pun di mulai, rame banget rasanya, tapi untung aku nggak sendirian. Mabok Oppa hadir, Banabila hadir, Bu devi temen announcer, Hilda teman SMA ku, Kakaku kak Yusuf (teman dan kakak kelasku di SMP). Aku agak kecewa dengan tidak hadirnya Jajan dan Oppa, Farenbi, dan Sobat aku yang lainnya. Tapi nggak apa-apa, mereka yang nggak hadir aku yakin doa mereka mengalir dengan tulus kepadaku. 

   Setelah hari itu, aku sadar bahwa akan kehidupan selanjutnya yang menimpaku. Entahlah aku akan gimana menghadapinya.