Jumat, 28 Juli 2017

HAI ! HELLO

Hai! hello!
Aku balik lagi nih....
Ketika aku memutuskan untuk menulis lagi, aku nggak tahu harus menulis apa.
Saat ini umurku masih 21 tahun kok, belum berkurang sama sekali, dan aku masih belum ngerti apapun sama dunia ini, hahaha
Tapi, aku udah mengerti kok soal pertemanan dan tanggung jawab yang harus aku hadapin kedepannya.

Mungkin ini kedengaran seperti curahan hati aku yang amat teramat buntu nggak menemukan solusinya. 2,5 tahun kuliah aku nggak pernah tahu, alasan sebenarnya mengapa teman-temanku ini mau berteman denganku. Seru? Iya bisa jadi aku orangnya seru, tapi mungkin belakangan ini aku sering terbawa perassan, bahkan mau ketawa pun sebenarnya hatiku sedang sakit. Pintar? Sumpah, aku ini bukan orang yang pintar. Rajin? Enggak kok, aku hanya berusaha jadi orang yang rajin dalam hal mengenai tugas-tugas kampus, tapi coba kamu jadi salah satu orang di keluargaku, pasti kamu akan mengetahui aku yang sebenarnya. Ketiga alasan tersebut yang sering aku dengar setiap aku tanya, "Mengapa kalian mau jadi temanku?" tapi aku bersyukur, dengan jawaban mereka yang seperti itu, hahahhaha.

Belakangan ini aku merasakan yang namanya lelah, lelah banget rasanya sama semua ini. Kamu tahu aku lelah karena apa? Aku lelah ke tempat magang yang jauh, aku lelah sama suasananya, bahkan aku lelah sama hal yang nggak mau aku kerjakan. Kalau orang lain menilai aku ini moody-an, Yes!! aku baru menyadari bahwa aku selalu menggunakan mood aku dalam segala hal, tapi ada pengecualian yang belum aku ketahui (mungkin kalau aku udah tahu, aku akan buat tulisan burem seperti ini lagi). Kalau aku mau makan banyak, aku nggak bisa seperti manusia yang lain pada umumnya, makan tinggal ambil nasi yang sangat banyak, lauk yang banyak, ditambah dessert dan semuanya. Kalau aku, yang penting makan 3x sehari, entah itu sama nasi atau bukan. Di perjalanan aku harus selalu dengerin musik yang aku suka. Kira-kira seperti itulah aku.

Namun, sifat moody-ku sedikit berubah saat sudah ada yang namanya tanggung jawab di dalam diri aku. Ketika di kampus aku banyak belajar, banyak hal yang nggak ingin aku kerjakan, seperti tugas kuliah yang berupa desain, ke kampus saat hujan, menunggu jeda kuliah dan banyak lagi, akan tetapi, karena aku rasa punya tanggung jawab aku lakuin semua itu tanpa pamrih sama sekali walaupun tubuhku rasanya mau rontok. Di tempat magang? Sama, aku sudah anggap ini pekerjaan jadi mau tidak mau, suka atau nggak suka, apa yang harus aku kerjakan dari atasan, itulah yang harus aku kerjakan dan harus mau aku kerjakan mulai detik ini, padahal hati kecil aku berteriak.

Sekarang, yang membuatku sedih adalah logatku yang masih seperti anak kecil. What? really? ketika aku berbicara dengan banyak orang, aku tidak pernah bisa mengatur logat, nada bicaraku seperti ini dan nggak bisa berubah sama sekali. Mau di bagaimanapun juga nggak bisa, apa aku harus operasi pita suara? coba kamu dengar deh, di radio manapun kamu cari, ada kok yang kayak aku kalau ngomong. Aku terlahir cempreng, mungkin itu yang menjadikanku seperti anak kecil.

By the way, ini terakhir, Aku ingin jadi orang jahat, sungguh!! Tapi aku nggak bisa. Mungkin aja aku pernah melakukan hal yang jahat sama temanku, maka dari itu aku dapat balasannya sekarang. Aku percaya saat ini ada sebab dan akibat. 


-Bandung, 29 Juli 2017-
7:26


Rabu, 22 Maret 2017

Always

Inspired by Lyric Always - Rap monster


suatu pagi, ketika aku terbangun
aku berharap aku mati
aku berharap seseorang membunuhku
dalam kesunyian ramai ini
aku hidup untuk memahami dunia
tapi mengapa dunia tak pernah memahami aku?

              Kata-kata itu selalu terngiang di otakku, entah mungkin aku sudah capek atau emang aku sudah hampir menyerah dalam hidup ini? Lagu ini walaupun aku tak mengerti bahasanya tapi aku mengerti perasaan sang penulis lagu yang begitu capek dengan dunia ini. Aku pun sama. Merasakan capek dengan dunia yang selalu ingin dipahami. 
                 Sekarang pukul 11 siang, seharusnya aku sudah berada di kampus, tapi entah mengapa aku betah berada di rumah sambil melihat arti dari lagu ini. Aku ingin benar-benar mengerti lagu ini agar bisa merasakannya lebih mendalam. Iya, sekarang aku mengerti arti lagu ini yang ternyata sama dengan perasaanku saat ini. Perasaan yang tak mungkin bisa aku katakan kepadanya siapapun.
            Sebenarnya hari ini ada sebuah pertunjukkan seni di kampusku, namun aku merasa malas untuk melihatnya, apalagi setelah kejadian yang sangat membuatku kesal. Kemarin, Rabu tepatnya, aku sedang jatuh cinta kepada seorang Rapper asal Korea. Kim Nam Joon. Entah mengapa, aku sangat menyukainya saat ini dan bisa menyembuhkan hampir setengah rasa depresiku.
            Mungkin aku terdengar gila karena sampai saat ini masih saja belum bisa sembuh dari depresi, namun itu kenyataannya. Oh iya, aku hampir lupa menceritakan alasanku waktu kemarin sangat kesal. Kemarin, aku sedang makan sate kambing kesukaanku di kantin sendirian, teman-temanku masih di kost sedang mendengarkan lagu dari boygrup kesukaan mereka sambil menunggu jam masuk kelas. Aku makan ditemani suara Nam joon, lalu tiba-tiba datang seorang laki-laki mungkin tinggi dan mungkin juga tidak datang menghampiriku, ia mencopot headsetku, aku tatap dia dengan tatapan sinis.
            “Apaan sih?” kataku kepadanya
           “Mau sampai kapan sih kamu dengerin si monster itu?” katanya sambil mengambil satu sate kambingku.
           “Sampai semua tugas di dunia ini hilang dan sampai semua orang yang munafik ini musnah, lalu sampai semuanya memahami keinginanku,” kataku sambil menikmati sate kambingku, “lagian keliatan risih banget sih kamu kalau aku dengerin si Nam joon, lagian enak juga kok semua lagunya.”
          “Jelaslah aku risih,” katanya sambil memegang air mineral yang sedari tadi ia pegang namun tak ia minum, “kamu seperti punya dunia sendiri, nggak ada bahasan lain apa selain ngomongin si monster itu?”
          “Kamu pergi aja deh, nggak mood makan deh jadinya.” Kataku sedikit mendorong dia pergi.
         “Tuh kan, kamu jadi emosian banget, ya udah bye!!!!” Katanya sambil pergi meninggalkanku.
          Kesal sekali rasanya, selalu saja kayak gitu setiap aku ngomong soal Nam Joon ke dia, apalagi dia mengatai Nam Joon monster, yang lengkap dong dia itu Rap Monster, aarrrggghhhhhhhhhh….sudahlah, bahkan yang membuat aku kesal sekali mengingat pada saat laki-laki itu ada di luar kota dia nggak baca pesan dariku, sahabat macam apa dia?
                                                                ***
            Saat ini aku sudah berada di kampus tepat pukul 1. Aku melihat di sekeliling kampus yang sangat ramai dan aku merasa sendiri, entahlah apakah ini efek aku selalu mendengarkan lagu ini? bukan pasti, ini hanya perasaan aku saja yang tidak bisa berdamai dengan diri sendiri hingga membuat pertengkaran dengan sahabatku sendiri.
            Always, setiap aku merasa sendiri tidak ada satupun yang coba untuk mengerti keadaanku atau aku yang tak mengerti keadaan? Kira-kira dimana sahabatku itu? Sudahlah mungkin dia sedang marah juga denganku, karena daritadi aku tidak membalas pesannya.
            Aku akhirnya memutuskan untuk pergi ke aula. Sesampainya depan aula, aku mendengar suara lantunan musik lagu always yang sering aku dengar akhir-akhir ini. Aku pun masuk ke dalam aula dan laki-laki yang kemarin membuatku kesal itu sedang berada di panggung sambil bersiap untuk bernyanyi, ah bukan nyanyi tapi nge-rap, tapi sejak kapan dia bisa nge-rap?
            Aku pun terpaku diam di samping kursi penonton sambil melihat laki-laki itu yang tak lain sahabatku nge-rap dengan bahasa Korea, aku merasa terharu dan ingin menangis. Aku tahu dia nggak terlalu suka dengan lagu Korea, tapi aku terharu karena dia sahabat yang tidak mau melihat aku sendiri.
            “Untuk kamu yang sedang merasa ingin mati, dengarkanlah lagu ini agar hati kamu tenang, karena dengan mendengarkan lagu sedih hatimu bisa terobati,” Kata laki-laki itu begitu selesai nge-rap dan masih di atas panggung, “oh, tapi jangan keseringan juga sampai kamu nggak bisa lihat dunia sekitar, kamu bisa melakukan dengan baik, jadi jangan pernah menyerah sama dunia yang hanya ingin dipahami oleh kita.”

            Kata-kata laki-lakiku itu alias sahabatku itu menampar sekaligus menyadarkanku, bahwa dunia memang ingin kita memahaminya, tapi dibalik itu semua pasti ada kebaikannya yang akan terjadi. Sahabatku pun melihat ke arahku dengan tatapan malu, dan aku bertepuk tangan sebagai tanda bahwa aku menghargai usahanya yang ingin memberitahuku bahwa ada orang yang mengerti kamu dan tidak akan membiarkanmu sendiri seperti perasaan dalam lagu yang habis ia tampilkan.