Rabu, 16 Januari 2019

Tulisan Tanpa Judul

         Pagi ini secangkir kopi masih menemani hari-hariku seperti biasanya. Hari-hari dimana semakin membuatku bingung akan dunia yang sedang aku jalani, bagaimana cara menyampaikan semua perasaan senang dan takutku akan apa yang sedang aku jalani, dan keputusan apa yang harus aku ambil. Terkadang aku takut saat mengambil sebuah keputusan yang sangat amat besar untuk perubahan hidupku, aku juga takut akan komentar orang, dan aku juga takut nggak bisa berekspresi semau aku.

       Bentar lagi aku berumur 23 dan pemikiran serta pola pikirku harus berubah, aku juga dalam mengambil keputusan harus sangatlah dipikirkan matang-matang untuk kebaikan bersama, aku juga harus memikirkan matang-matang semuanya, aku juga nggak mau dibilang takut untuk mengambil resiko padahal bukan itu maksud dan tujuanku sebenarnya. Dalam mengambil keputusan merupakan hal yang sangat sulit, aku juga nggak mau salah langkah lagi. 

        Umur 23 merupakan umur emas untuk aku. Di umur 23 tahun aku harus menjadi seorang wanita yang kuat dan anggun. Aku nggak boleh pecicilan lagi di depan umum, nggak boleh tertawa terlalu kencang lagi, harus bisa menjaga image di depan umum, bisa memasak, bisa berpikir apa yang menjadi kebaikan bersama, berpikir sebenarnya apa yang ingin aku lakukan, dan kembali lagi apa yang menjadi tujuan hidup aku yang belum tercapai saat umurku 22.
  
      Dalam mengambil keputusan besar aku nggak mau di dalamnya nanti ada penyesalan, aku nggak mau keputusan itu hanya karena takut A, takut B, dan takut C. Kalau keputusan yang diambil hanya karena itu akan berefek tidak baik, aku mau memikirkan jangka panjangnya kedepan seperti apa, aku mau mimpiku terwujud dengan sempurna dan dengan hati yang tentram juga. 


7:32

       

Rabu, 19 Desember 2018

Titik Rendah

         Hari ini tanggal 20. Aku ingin menulis soal titik rendah, dimana titik rendah bisa mengubah seseorang menjadi monster atau bahkan tetap jadi malaikat. Aku paham mengapa semua orang mempunyai titik rendah dalam hidupnya, karena kehidupan tidak selamanya berjalan lurus sesuai kemauan, tapi yang aku percayai cuman satu, karena titik rendahlah orang bijak bisa belajar untuk menentukan arah hidupnya menjadi lebih baik.

         Berbicara soal titik rendah. Pagi ini, aku ingin menceritakan bagaimana rasanya berada di titik rendah kehidupan. Rasanya nggak enak jelas sekali. Apalagi ketika kamu terjatuh, tapi nggak ada siapapun di sebelahmu dan menggengammu sambil berkata, "Tak apa, kamu kuat kok. Ada kita, di sini yang siap mendengarkanmu." atau, "Tak apa, kamu sudah melakukan hal yang terbaik sebisamu."
Kehidupan itu unik kawan. Dengan adanya titik rendah kita benar-benar bisa melindungi diri kita sendiri, tapi aku sarankan jangan sampai hatimu keras dan tidak peduli dengan orang lain. Intinya perbanyak bersyukur karena kamu sudah mendapatkan titik terendahmu dan ingat kalau kita nggak hidup sendirian.

        Kedengarannya gampang ya aku menyuruh kalian untuk tidak menjadi keras hati dan bersyukur. Aku tahu itu nggak gampang, karena setiap orang punya caranya sendiri untuk tidak sakit kedua kalinya, itu pilihan kalian. Jangan karena hal yang membuatmu jatuh, kalian menjadi mati rasa, apalagi setelah kalian mempunyai pasangan. Apakah seterusnya akan seperti itu? Ingat kawan, kalian nggak hidup sendirian. Coba berpikir untuk mencairkan sedikit perasaanmu, paksakan namun perlahan. Pasti diantara kalian akan bilang, "sesuatu yang dipaksakan itu nggak baik." Hahaha, dengarkan aku, nggak semua yang dipaksakan itu nggak baik. Example like Ibadah kepada Tuhan YME, jika tidak dipaksakan, apakah kamu yakin akan beribadah?

      Aku pernah juga punya titik terendah hingga depresi 3 tahun yang lalu tepatnya. Saat memilih seseorang yang salah dan mulai mencintai orang yang salah. Mungkin diantara kalian akan bilang, "Lebay lo, Ren kayak gitu aja sampai depresi." come on namanya mental turun siapa yang tahu sih? sampai sekarang aja aku masih suka lemes sendiri kalau ingat kejadiannya, ingat kata-kata yang diucapkan, mendengar hal-hal yang mirip, bahkan melihat orang yang mirip seseorang itu aja kadang aku lemes. Tapi, setidaknya dengan kejadian itu aku bisa melindungi diri aku untuk nggak dimanfaatkan lagi dengan mengatas namakan cinta.

      Awalnya aku memilih jalan hidup yang menurutku nggak bagus untuk diriku sendiri dan orang sekitarku. Setelah aku berpikir lagi, aku harus berubah dan nggak boleh lemah, serta nggak boleh berkeras hati dengan memilih jalan itu. Aku juga harus memikirkan orang lain disekitarku, karena kita hidup nggak sendirian. Hidup untuk dibagi kepada orang yang kalian percayai, jadi mulai sekarang ayo berusaha lunakan hatimu, sepertiku yang sudah melunak. 

     Untuk kalian yang udah keras hatinya, dingin, dan nggak peduli. Aku yakin, di hati kecilmu pasti ada sedikit rasa peduli dan perhatian kepada orang lain. Aku yakin, orang yang pada dasarnya baik akan tetap baik. Cheer Up!!!

Kira-kira ada nggak ya titik terendah untuk kedua kali?


Bandung di bulan Desember
atas nama kehidupan.
     
         

Jumat, 09 November 2018

Job Fair (Sabuga dan Dinasker Carefour)

26 September 2018 (Job Fair Sabuga)

       Job Fair Sabuga menurutku lebih bagus dan tertata rapi. Banyaknya manusia nggak membuatku beserta Fani dan Derni sesak, malah kita masih punya space untuk duduk dan beristirahat, bahkan perusahaan susu bendera membagikan gratis produknya bagi pelamar. Enak banget nggak sih? Hhahha. Sistem melamar perusahaan yang membuka boothnya di sana hanya melalui barcode.

27 September 2018

       Job Fair Disnaker, Job Fair terburuk menurutku. Karena Sistemnya yang nggak karuan dan membuat kita desak-desakan untuk melamar pekerjaan, tidak seperti job fair yang aku temuin sebelumnya. Seperti Job fair di Landmark dan Sabuga. aku berharap sih pemerintah bisa menyewa tempat yang lebih besar, jadi kita sebagai pelamar kerja juga leluasa untuk melihat-lihat booth perusahaan.

Tentang Bank Indonesia

        Aku lupa tepatnya tanggal berapa melamar Bank Indonesia. Ketika itu, salah satu sahabatku Derni membagikan info lewat grup chat kita bernama Mabok Oppa. Setelah mendapatkan informasi tersebut kami bertiga (Aku, Fani, dan Derni) melamar. Aku melamar di komunikasi publik, yang menurutku itu merupakan posisi terbaik yang aku bisa kerjakan pada saat aku lolos. 

          13 September 2018, aku buka website Bank Indonesia dan kita bertiga lolos. Kita bertiga sama-sama ujian di kampus Ekuitas, namun aku dan Derni berbeda hari dengan Fani. 15 Agustus, akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang, Testnya menurutku gampang, tapi waktunya singkat banget hingga akhirnya aku cemas nggak di terima. 

          26 September 2018. Kita bertiga nggak lolos. Tapi nggak apa-apa, rejeki ada di yang lain kan?

Tentang Pertamina

      6 Agustus 2018, Aku melamar di sebuah perusahaan yang besar yaitu Pertamina. Awalnya aku nggak minat untuk bekerja di sana, namun karena ini program untuk belajar jadi aku putuskan untuk masuk sana. Karena ilmu kan dapatnya darimana saja. Setelah menunggu sekitar 2 minggu, pada tanggal 27 Agustus 2018, aku mendapatkan email yang mengundangku untuk test online pada tanggal 30 Agustus 2018. Perasaanku senang banget karena dapat kesempatan untuk test online di perusahaan besar dan besar harapanku untuk bisa masuk.

     Tanggal 30 Agustus pun datang, aku memilih mengerjakan soal pada jam 6 pagi karena menurutku itu jam yang nggak banyak orang untuk membuka situs web yang link-nya diberikan oleh pihak pertamina. Menurutku soal yang diberikan Pertamina cukup mudah dan tidak seperti Bank Mandiri. Aku merasa mampu untuk mengerjakannya.

    Tanggal 14 September 2018, hasil akhirnya keluar dan aku nggak lolos. Mungkin bukan jodohnya untuk aku bisa bekerja di sana. Semoga ada Rejeki lain yang bisa aku jemput dengan mudah.

Rabu, 10 Oktober 2018

Tentang Bank Mandiri


July-August


     Siang di bulan July. Tanteku memberikan pesan kepada Mama, bahwa ada lowongan di kantor cabang Omku sebagai seorang teller. Tanpa pikir panjang, aku pun menerima tawaran tersebut dan malamnya mengantar berkas apa saja yang diperlukan oleh Bank Mandiri. Setelah dari sana, aku berharap akan dipanggil ke Jakarta untuk proses selanjutnya, tapi semua aku serahkan kepada ALLAH, yang penting aku sudah berusaha semaksimal mungkin.

     1 July Aku dipanggil via telpon oleh HRD Bank Mandiri, senang banget rasanya, aku di interview keesokan harinya dan setelah berdiskusi dengan keluarga, akhirnya aku berangkat dengan adikku untuk interview. Interview rasanya berdebar banget, walaupun ini kali kedua aku menghadapi HRD, aku masih nggak bisa mengontrol mimik muka dan entah jawabanku benar atau salah yang jelas aku sudah melakukan yang terbaik sebisa mungkin.

     Dua minggu kemudian tanggal 16 July, aku mendapat SMS dari Bank Mandiri dan di nyatakan lolos serta ikut proses selanjutnya di kantor pusat regional II yang kantornya dekat dengan kota tua. Awalnya aku nggak kesulitan untuk mengerjakan semua soal itu, tapi sampai di tahap numerical atau matematika, aku nggak paham sama soal itu, model soalnya itu aku baru pertama kali nemuin  dan nggak pernah aku temuin di bangku sekolah maupun perkuliahan. Keluar dari ruang test, aku pasrah saja. 

     Aku menunggu dua minggu lagi dan tidak mendapat panggilan apapun. Mungkin aku memang nggak ditakdirkan untuk berada di sana, agak kecewa karena mengingat aku anak pertama dan sampe sekarang belum mendapat kerja. Padahal, lamaranku dibawa oleh anggota keluargaku sendiri, tapi nggak apa-apa setelah aku pikir lagi, seandainya aku keterima nggak enak aja pasti suasana di dalam kantor. Karena pada saat aku interview, hampir semua orang kantornya mengenalku dan aku takut di istimewakan. Tapi aku bersyukur, berkat aku mendapat kesempatan di sana, setidaknya aku belajar banyak hal, belajar tentang Jakarta lebih banyak.


- pukul 7:26

Senin, 08 Oktober 2018

Tentang Tokopedia

24 May 2018

    Tokopedia. Pasti tahu kan perusahaan apa ini? Tahu dong hahha
Ini merpakan perusahaan semacam online shopping gitu. Aku mau sedikit cerita mengenai kegagalan aku, untuk masuk kesini. Aku ingin nantinya anak atau cucuku mungkin bisa membacanya. Calon suami dulu deh, eh jangan teman-teman aku aja dulu. wkwk

    Setelah aku lulus bulan April, aku gencar mencari pekerjaan, entah apapun itu jabatannya aku tetap masukin yang sesuai kemampuanku. Kira-kira seperti itu. Aku milih customer service tokopedia dan customer di sini dibagi dua cabang gitu, aku lupa cabangnya ada apa aja, yang jelas ak memilih sebagai call center waktu itu. Karena menurutku rame aja gitu, tapi allah berkata lain aku nggak rejeki di sana.

   Jadi kan ada test FGD gitu dan aku gagal di situ. Kalau yang berhasil langsung interview. Faktor gagalnya mungkin kurangnya pengetahuan aku di bidang ini, tapi namanya pertama ya udah aku terima dengan lapang dada. Padahal kantornya tuh kayak yang di korea gitu, mana bajunya bebas tapi sopan kan lucu huhu 



Pukul 17:41

Tentang Aku dan Sidang lainnya


.... Mei dan Juni 2018
   
   Mei dan Juni 2018, bulan-bulan itu menurutku adalah bulan dimana teman-teman ku yang dekat maupun tidak, melaksanakan ibadah sidang akhir. Euforianya nggak sama seperti pada saat aku sidang akhir bulan April kemarin, namun tetap ramai. Di saat Mabok Oppa sesion 2 ( Dena dan Fana) sidang aku nggak merasa kesepian sama sekali, karena masih ada Rahma atau pada saat itu masih ada Fana atau lagi pada saat ke sidang yang bukan teman-teman dekatnya Dena. 

    Rata-rata temannya Dena itu aku kenal baik, maka dari itu aku datang karena mereka juga datang ke sidang aku, aku datang sebagai seorang teman baik. Namun, makin lama, suara orang-orang yang senang atas kelulusannya membuatku hampa di tengah-tengah euforia. Aku memang berada di sana, tapi jiwaku enggak sama sekali. Seperti jiwaku di Surabaya, namun ragaku di Jakarta. Sebenarnya aku adalah orang yang canggung, aku nggak bisa berada di tengah orang yang tak mengenalku dekat atau aku tidak dekat dengan mereka.

  Secara rinci, aku merasakan kesepian yang sangat mendalam di diri aku, di tengah-tengah keramaian yang ada. Untuk pertama kalinya aku merasa sendiri. Aku nggak tahu harus bergabung dengan cara apa, aku nggak tahu harus dengan apa aku mendekati mereka, atau harus dengan jurus apa agar aku bisa berbaur.

   Aku memang orang yang gampang beradaptasi, tapi aku juga seorang yang canggung dengan kehadiran orang lain. tapi tak apa, karena sidang mereka (Unpas maupun kampus lainnya) bahwa mereka nggak pernah sendirian, dan aku merasa bersyukur. Maka, dari itu aku datang sebagai seorang teman yang baik hanya untuk memberikan selamat yang sangat berarti untuk mereka semua. 


Pukul 17:25 

Jumat, 05 Oktober 2018

Tentang Sidang Skripsi

26 April 2018 


      Hari, jam, menit, dan detik di tanggal itu membuatku gugup. Gugup sekali. Kenapa? karena aku akan sidang akhir yang mengartikan akan ada kehidupan baru untuk aku. Entah itu dari segi rejeki, kehidupan aku yang mulai damai atau dari segi kepribadianku. Aku flashback ke belakang soal hidupku di kampus, dari mulai menderita karena gosip yang nggak enak, kasus sahabat aku yang harus aku tangani, menghadapi trauma yang aku alami dari SMA dengan mendengarkan cerita tentang pacar mereka atau gebetan (maksudnya ini untuk teman laki-laki), dan status pacaran yang ternyata cuman dimanfaatkan hanya untuk tugas kuliah semata.

     Aku deg-deg kan sambil memikirkan itu dan berusaha untuk tersenyum bahwa aku bisa menjalani kehidupan dengan baik. Allah sayang sama aku, dan Allah mau aku bangkit dari semua keluhan kehidupanku selama beberapa tahun terakhir ini. Pada saat aku dipanggil ke ruang sidang, nggak karuan rasanya tapi pada saat selesai lega banget walaupun ada revisi. Setelah semua selesai sidang euforia pun di mulai, rame banget rasanya, tapi untung aku nggak sendirian. Mabok Oppa hadir, Banabila hadir, Bu devi temen announcer, Hilda teman SMA ku, Kakaku kak Yusuf (teman dan kakak kelasku di SMP). Aku agak kecewa dengan tidak hadirnya Jajan dan Oppa, Farenbi, dan Sobat aku yang lainnya. Tapi nggak apa-apa, mereka yang nggak hadir aku yakin doa mereka mengalir dengan tulus kepadaku. 

   Setelah hari itu, aku sadar bahwa akan kehidupan selanjutnya yang menimpaku. Entahlah aku akan gimana menghadapinya. 


Jumat, 28 Juli 2017

HAI ! HELLO

Hai! hello!
Aku balik lagi nih....
Ketika aku memutuskan untuk menulis lagi, aku nggak tahu harus menulis apa.
Saat ini umurku masih 21 tahun kok, belum berkurang sama sekali, dan aku masih belum ngerti apapun sama dunia ini, hahaha
Tapi, aku udah mengerti kok soal pertemanan dan tanggung jawab yang harus aku hadapin kedepannya.

Mungkin ini kedengaran seperti curahan hati aku yang amat teramat buntu nggak menemukan solusinya. 2,5 tahun kuliah aku nggak pernah tahu, alasan sebenarnya mengapa teman-temanku ini mau berteman denganku. Seru? Iya bisa jadi aku orangnya seru, tapi mungkin belakangan ini aku sering terbawa perassan, bahkan mau ketawa pun sebenarnya hatiku sedang sakit. Pintar? Sumpah, aku ini bukan orang yang pintar. Rajin? Enggak kok, aku hanya berusaha jadi orang yang rajin dalam hal mengenai tugas-tugas kampus, tapi coba kamu jadi salah satu orang di keluargaku, pasti kamu akan mengetahui aku yang sebenarnya. Ketiga alasan tersebut yang sering aku dengar setiap aku tanya, "Mengapa kalian mau jadi temanku?" tapi aku bersyukur, dengan jawaban mereka yang seperti itu, hahahhaha.

Belakangan ini aku merasakan yang namanya lelah, lelah banget rasanya sama semua ini. Kamu tahu aku lelah karena apa? Aku lelah ke tempat magang yang jauh, aku lelah sama suasananya, bahkan aku lelah sama hal yang nggak mau aku kerjakan. Kalau orang lain menilai aku ini moody-an, Yes!! aku baru menyadari bahwa aku selalu menggunakan mood aku dalam segala hal, tapi ada pengecualian yang belum aku ketahui (mungkin kalau aku udah tahu, aku akan buat tulisan burem seperti ini lagi). Kalau aku mau makan banyak, aku nggak bisa seperti manusia yang lain pada umumnya, makan tinggal ambil nasi yang sangat banyak, lauk yang banyak, ditambah dessert dan semuanya. Kalau aku, yang penting makan 3x sehari, entah itu sama nasi atau bukan. Di perjalanan aku harus selalu dengerin musik yang aku suka. Kira-kira seperti itulah aku.

Namun, sifat moody-ku sedikit berubah saat sudah ada yang namanya tanggung jawab di dalam diri aku. Ketika di kampus aku banyak belajar, banyak hal yang nggak ingin aku kerjakan, seperti tugas kuliah yang berupa desain, ke kampus saat hujan, menunggu jeda kuliah dan banyak lagi, akan tetapi, karena aku rasa punya tanggung jawab aku lakuin semua itu tanpa pamrih sama sekali walaupun tubuhku rasanya mau rontok. Di tempat magang? Sama, aku sudah anggap ini pekerjaan jadi mau tidak mau, suka atau nggak suka, apa yang harus aku kerjakan dari atasan, itulah yang harus aku kerjakan dan harus mau aku kerjakan mulai detik ini, padahal hati kecil aku berteriak.

Sekarang, yang membuatku sedih adalah logatku yang masih seperti anak kecil. What? really? ketika aku berbicara dengan banyak orang, aku tidak pernah bisa mengatur logat, nada bicaraku seperti ini dan nggak bisa berubah sama sekali. Mau di bagaimanapun juga nggak bisa, apa aku harus operasi pita suara? coba kamu dengar deh, di radio manapun kamu cari, ada kok yang kayak aku kalau ngomong. Aku terlahir cempreng, mungkin itu yang menjadikanku seperti anak kecil.

By the way, ini terakhir, Aku ingin jadi orang jahat, sungguh!! Tapi aku nggak bisa. Mungkin aja aku pernah melakukan hal yang jahat sama temanku, maka dari itu aku dapat balasannya sekarang. Aku percaya saat ini ada sebab dan akibat. 


-Bandung, 29 Juli 2017-
7:26