Dari hari ke hari ku jalani
Kunikmati saja dengan hati
Dengan alunan melodi indah
Yang membuatku bahagia
Jika kau merasa sedih dengarkanlah
Setiap melodi yang kau buat
Yang membuatmu ceria
Dan merasa hidupmu indah
Alangkah indah hidupku
Bila di jalani dengan tulus
Alangkah ceria dunia
Bila di jalani dengan gembira
Bila cinta membuatmu sakit
Maka janganlah menangis
Jalani saja hidup ini
Jangan anggap duniamu tak penting
(Musikalisasi puisi kelas 9)
Selasa, 30 Oktober 2012
Senin, 29 Oktober 2012
Thank's to
Wow, proyek kali ini benar-benar luar biasa dan aku bisa menyelesaikannya dalam waktu 2 minggu. pegal-pegal juga sih karena harus di hadapan laptop. tapi tak apa yang penting utang janji aku udah terpenuhi :)
Thank's to:
Teman-temanku yang benar-benar hebat yang membuat cerita ini menarik walau agak belepotan karena kosakata bahasa aku masih miskin. Dan temaku yang korban LDR, maaf nggak aku masukin cerita.
Terimakasih untuk kamu dan sahabat kamu, pokoknya kalian peran antagonis dan protagonis yang benar-benar wah.
untuk kakak yang selalu dengerin curhatan aku dan nyeramahin juga. makasih banyak (hampir lupa)
Janjista yang udah berperan dalam cerita ini sebgai figuran, tapi aku tetap kangen kalian ;)
Beribu-ribu thank you deh. :))
Thank's to:
Teman-temanku yang benar-benar hebat yang membuat cerita ini menarik walau agak belepotan karena kosakata bahasa aku masih miskin. Dan temaku yang korban LDR, maaf nggak aku masukin cerita.
Terimakasih untuk kamu dan sahabat kamu, pokoknya kalian peran antagonis dan protagonis yang benar-benar wah.
untuk kakak yang selalu dengerin curhatan aku dan nyeramahin juga. makasih banyak (hampir lupa)
Janjista yang udah berperan dalam cerita ini sebgai figuran, tapi aku tetap kangen kalian ;)
Beribu-ribu thank you deh. :))
Long Disntance R? 20 (end)
Karena sudah tidak ada SMS dari siapapun, aku pun membaca buku yang tadi aku beli. Ada salah satu kata yang bermakna 'kalau nggak berani untuk LDR, jangan pernah berkomitmen dari awal'. Wow, benar-benar membuat aku kaget setengah mampus terus masih banyak lagi kata yang aku dapat dari buku itu.
***
Sunday night yang begitu membosankan. Karena tidak ada kerjaan aku pun membuka facebook. ternyata keputusanku salah. Sesak di dada ini kembali kambuh. Rasanya sesak sekali, tapi aku nggak tahu harus memakai obat apa untuk mengobatinya. Bagaimana tidak mau sesak? wall aku ke dia di like sama cewek dan kelihatannya akrab sekali dengannya, benar-benar membuatku serangan jantung. Tanpa sengaja, aku pun menulis pesan dari Hpku awalnya aku hanya ingin kirim ke Rani, tapi mengapa aku mengirim ke Eko juga?
Dia membalas SMSku itu.
Eko: kenapa kamu?
Me: sesak aja, mau tanya boleh?
Eko: sesak kenapa? boleh tanya aja.
Me: aduh padahal aku salah kirim, maaf agak lancang itu yang ngelike wall aku ke kamu siapa? nggak apa-apa kamu nggak perlu tahu.
Eko: itu aku juga nggak kenal, Kan.
Me: oh oke deh, maaf udah ngangu acara kamu yang lagi PDKT.
Eko: iya udah, jaga kesehatan baik-baik.
Ada rasa malasnya juga melihat SMS yang terakhir. tanpa aku di suruh pasti akan aku jaga kesehatanku tapi kamu benar-benar sudah terlambat untuk memberitahu semuanya karena berat badanku juga sudah turun 2 kg dalam 3 hari. Kurang Amazing- kah? Gerutuku dalam hati.
***
Hari senin tanggal 29 tepatnya, ternyata tidak ada kegiatan KBM yang ada potong sapi dan kambing bersama. Karena aku malas, akhirnya aku main ke anak IPS lagi. Belum nyampe atas, jantungku berdebar saat berpapasan dengan cowok yang mirip dengan Eko itu. Hampir lemas, tapi kau tetap kuat dan nggak galau.
Seperti biasa aku langsung menuju kelas Rani, lalu aku bercerita tentang mengapa aku sesak nafas kemarin. Dia juga cerita tentang teman sekelasnya yang selalu membututi dia kemana-mana dan akhirnya diam-diaman. Karena aku nggak bisa berhenti menceritakan tentang cowok jawa itu, Rani pun angkat bicara.
"Kania, kamu sebenarnya suka nggak sama dia?" tanyanya mulai serius.
"Suka dan sayang, Ran." Jawabku sambil tersenyum.
"Kamu benci nggak sama dia?"
"Nggak, aku nggak bisa benci sama dia. Karena aku udah tahu luar dan dalamnya dia walau nggak semua," Kataku sambil memainkan jari,"lagian aku lupa kalau dia kan orang yang selalu memberikan harapan kepada orang yang suka sama dia."
"Dengan polosnya kamu bilang lupa?"
Aku hanya menganggukan kepala saja.
"Kan, dia itu benar-benar tega cuma karena dia nggak nyaman sama kamu. Kamu bisa sampai di giniin, aku nggak bisa terima kenapa dia harus giniin kamu. Keterlaluan banget itu orang." Kata Rani kesal.
"Ya, aku juga nggak tahu. Padahal aku yang di Bandung ini senang-senang aja, kamu tahu kan Bandung kayak apa? di sini lebih banyak orang pacarannya sedangkan di sana kabupaten kota sekecil itu dia nggak sanggup. Aku pernah bayangin, kalau dia jadi orang Bandung bagaimana ya?"
"Pastinya dia jadi playboy!"
"Haha, ya juga. Udah gitu sok ganteng pula, eh tapi emang ganteng sih." Kataku sambil tersenyum.
"Tumben kamu bilang cowok ganteng secara terang-terangan, hahaha. Yang jelas aku masih nggak terima aja kamu di giniin sama orang kayak dia."
"Haha, semuanya juga beranggapan sama kok. Bahkan ada yang nyumpahin segala, tapi aku hanya bisa tersenyum. Yang terpenting aku ingin pergi kesana, karena aku kesal berat badan aku turun lagi."
"Ya allah, ya sudah deh aku doain biar kamu cepat-cepat kesana."
***
Tak terasa libur tahun baru tiba. Karena rapotku bagus, mama dan papa memberikan aku tiket kereta ke Jawa timur dan menginap di rumah tante selama kurang lebih 5 hari. Bahagia juga tapi sedih juga, aku pun langsung mengemasi barang-barangku dan tak lupa aku membeli cokelat Garut untuk oleh-oleh.
Pukul 7 malam, aku berangkat dengan muka yang acak-acakan memakai sepatu serta baju tidur. Karena pastinya aku nyampe sana pagi, jadi aku mau tidur saja. Di perjalanan, aku terus memandangi kaca luar kereta.
Pukul 7 pagi aku tiba di stasiun, Om dan tante sudah menunggu. Selama perjalanan aku diajak ngobrol, dan tante selalu menanyakan tentang Eko. Ada rasa malasnya menjawab tapi mau bagaimana lagi? harus di jawab juga kan.
Sesampainnya di rumah tante, aku pun melihat cowok berbadan tinggi itu berdiri di depan rumah tante dan sepertinya bersama sahabatnya karena aku benar-benar mengenali wajahnya. Aku pun tersenyum manis kepada sahabatnya tapi tidak kepadanya. Kita pun mengobrol dan tak lupa aku mengeluarkan cokelat lalu memberikannya kepada mereka.
Adik sepupuku benar-benar menyebalkan mereka masih nggak tahu apa-apa, mereka masih selalu membully-ku. Karena tak tahan aku pun pergi masuk kamar lalu tidur.
Malam harinya aku pun berpamitan untuk ke indomaret, aku ingin sendiri tanpa di temani oleh siapapun dan tante pun akhirnya mengizinkanku keluar malam itu. Tapi, diam-diam tante menelpon rumah Eko dan menyuruhnya menjemputku di indomaret.
Melihat mukanya di depan indomaret, membuatku semakin ingin memukulnya. Karena aku dendam, berat badanku 2 bulan yang lalu turun secara drastis karena memikirkannya. Aku pun bertanya dengan nada ketus, "ngapain kamu kesini?"
"Jemput kamu di suruh sama tante." katanya dengan logat medok khas jawa.
"Oke, aku mau ngomong."
"Baiklah, kita duduk di alun-alun saja."
Sesampainnya di alun-alun aku duduk sambil menyeruput Nescafe vanila dan langsung memulai pembicaraan.
"To the point aja ya. Makasih untuk semuanya, tapi yang aku heranin sama kamu adalah kamu pake bilang mau ke Bandung ngelamar aku segala macam dan kata kamu, kamu nggak bisa lepas dari aku. Huahhh, terlalu bodoh aku. LDR, kamu nggak nyaman? yang buat nggak nyaman itu diri kamu sendiri padahal dulu kamu yang ngeyakinin aku. Tapi ternyata kamu kalah oleh seorang cewek sepertiku yang hidup sederhana di Bandung. Aku juga bodoh, baru lihat kamu pertama udah langsung suka. Kamu ngerti nggak? kamu belum dewasa. Cuma 1:1000 yang bilang LDR itu nggak nyaman. Teman-temanku cerita bahwa LDR itu membuahkan hasil yang benar-benar wow. Dan memang iya, aku jadi bisa benar-benar mengontrol emosi dan mengerti kamu. Oh ya satu hal, kamu lain kali jangan bilang nggak akan bisa lepas atau apapun itulah,kalau memang hati kamu nggak yakin," Kataku lalu berdiri, "semoga kita bisa bertemu 2 tahun lagi di Universitas yang sama, sekarang aku mau pulang aja."
Eko yang mendengar pun benar-benar kaget bahkan tidak bisa berbuat apa-apa.
***
"Kan, Kania bangun dong. Jangan pingsan terus." Kata teman sebangku ku.
"Eh, kamu. kok aku bisa di sini? perasaan tadi aku ada di alun-alun kampung halaman papa deh." Kataku sambil memegang kepala.
"Tiba-tiba kamu itu pingsan di pelajaran Biologi dan kamu baru bangun 5 jam kemudian di UKS ini." Kata teman sebangku ku menjelaskan.
"Tapi aku tidak merasa pingsan, tadi rasanya seperti kisah nyata yang panjang sekali aku ceritakan dan ternyata hanya mimpi. Syukur deh."
"Emang kamu mimpi apaan?" tanyanya heran.
"So long story, sekarang tanggal berapa sih? belum idul qurban dan tahun baru kan?" Tanyaku kebingungan.
"Ngaco kamu, Idul qurban masih 5 bulan lagi dan tahun baru itu masih lama juga, apalagi sekarang kita Idul Fitri. Sekarang masih tanggal 17 Mei, Oh ya daritadi ada yang nungguin kamu."
"Siapa?"
"Itu anak IPS."
Aku pun melihat keluar jendela, aku melihat cowok itu berpostur seperti Eko dan melambaikan tangan dengan senyum malunya.
"Aneh banget itu orang."
"Kamu masih mau istirahat?"
"Ya, sepertinya aku masih mau istirahat."
"Oke deh aku tinggal."
Hatiku benar-benar lega, ternyata aku tidak berpacaran dengan Eko. Lebih baik begini daripada aku sakit hati seperti mimpi tadi dan lagipula aku nggak mau anggap dia mantan kalau misalkan jadian dan putus tragis seperti tadi. Aku hanya anggap dia orang iseng yang lagi ngisengin sahabatnya biar nggak ada sakit hatinya. hehehe.
Rasanya capek sekali, padahal daritadi aku tertidur lebih tepatnya pingsan selama 5 jam. Saking capeknya aku pun bersandar di bantal UKS. Tiba-tiba Hpku bergetar, ternyata ada SMS. Aku membacanya setengah kaget.
Eko: Kamu nggak apa-apa kan? tadi aku dapat info kalau kamu itu pingsan selama 5 jam. Maafin aku ya sayang :)) Hmm, Happy Anniversary untuk bulan pertama kita semoga langgeng dan kita cepat bertemu :))
Apa?? jadi aku benar-benar sedang LDR-an sama Eko. Relantionship with Eko?
AIGOOOOO, TIDAKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
The end
***
Sunday night yang begitu membosankan. Karena tidak ada kerjaan aku pun membuka facebook. ternyata keputusanku salah. Sesak di dada ini kembali kambuh. Rasanya sesak sekali, tapi aku nggak tahu harus memakai obat apa untuk mengobatinya. Bagaimana tidak mau sesak? wall aku ke dia di like sama cewek dan kelihatannya akrab sekali dengannya, benar-benar membuatku serangan jantung. Tanpa sengaja, aku pun menulis pesan dari Hpku awalnya aku hanya ingin kirim ke Rani, tapi mengapa aku mengirim ke Eko juga?
Dia membalas SMSku itu.
Eko: kenapa kamu?
Me: sesak aja, mau tanya boleh?
Eko: sesak kenapa? boleh tanya aja.
Me: aduh padahal aku salah kirim, maaf agak lancang itu yang ngelike wall aku ke kamu siapa? nggak apa-apa kamu nggak perlu tahu.
Eko: itu aku juga nggak kenal, Kan.
Me: oh oke deh, maaf udah ngangu acara kamu yang lagi PDKT.
Eko: iya udah, jaga kesehatan baik-baik.
Ada rasa malasnya juga melihat SMS yang terakhir. tanpa aku di suruh pasti akan aku jaga kesehatanku tapi kamu benar-benar sudah terlambat untuk memberitahu semuanya karena berat badanku juga sudah turun 2 kg dalam 3 hari. Kurang Amazing- kah? Gerutuku dalam hati.
***
Hari senin tanggal 29 tepatnya, ternyata tidak ada kegiatan KBM yang ada potong sapi dan kambing bersama. Karena aku malas, akhirnya aku main ke anak IPS lagi. Belum nyampe atas, jantungku berdebar saat berpapasan dengan cowok yang mirip dengan Eko itu. Hampir lemas, tapi kau tetap kuat dan nggak galau.
Seperti biasa aku langsung menuju kelas Rani, lalu aku bercerita tentang mengapa aku sesak nafas kemarin. Dia juga cerita tentang teman sekelasnya yang selalu membututi dia kemana-mana dan akhirnya diam-diaman. Karena aku nggak bisa berhenti menceritakan tentang cowok jawa itu, Rani pun angkat bicara.
"Kania, kamu sebenarnya suka nggak sama dia?" tanyanya mulai serius.
"Suka dan sayang, Ran." Jawabku sambil tersenyum.
"Kamu benci nggak sama dia?"
"Nggak, aku nggak bisa benci sama dia. Karena aku udah tahu luar dan dalamnya dia walau nggak semua," Kataku sambil memainkan jari,"lagian aku lupa kalau dia kan orang yang selalu memberikan harapan kepada orang yang suka sama dia."
"Dengan polosnya kamu bilang lupa?"
Aku hanya menganggukan kepala saja.
"Kan, dia itu benar-benar tega cuma karena dia nggak nyaman sama kamu. Kamu bisa sampai di giniin, aku nggak bisa terima kenapa dia harus giniin kamu. Keterlaluan banget itu orang." Kata Rani kesal.
"Ya, aku juga nggak tahu. Padahal aku yang di Bandung ini senang-senang aja, kamu tahu kan Bandung kayak apa? di sini lebih banyak orang pacarannya sedangkan di sana kabupaten kota sekecil itu dia nggak sanggup. Aku pernah bayangin, kalau dia jadi orang Bandung bagaimana ya?"
"Pastinya dia jadi playboy!"
"Haha, ya juga. Udah gitu sok ganteng pula, eh tapi emang ganteng sih." Kataku sambil tersenyum.
"Tumben kamu bilang cowok ganteng secara terang-terangan, hahaha. Yang jelas aku masih nggak terima aja kamu di giniin sama orang kayak dia."
"Haha, semuanya juga beranggapan sama kok. Bahkan ada yang nyumpahin segala, tapi aku hanya bisa tersenyum. Yang terpenting aku ingin pergi kesana, karena aku kesal berat badan aku turun lagi."
"Ya allah, ya sudah deh aku doain biar kamu cepat-cepat kesana."
***
Tak terasa libur tahun baru tiba. Karena rapotku bagus, mama dan papa memberikan aku tiket kereta ke Jawa timur dan menginap di rumah tante selama kurang lebih 5 hari. Bahagia juga tapi sedih juga, aku pun langsung mengemasi barang-barangku dan tak lupa aku membeli cokelat Garut untuk oleh-oleh.
Pukul 7 malam, aku berangkat dengan muka yang acak-acakan memakai sepatu serta baju tidur. Karena pastinya aku nyampe sana pagi, jadi aku mau tidur saja. Di perjalanan, aku terus memandangi kaca luar kereta.
Pukul 7 pagi aku tiba di stasiun, Om dan tante sudah menunggu. Selama perjalanan aku diajak ngobrol, dan tante selalu menanyakan tentang Eko. Ada rasa malasnya menjawab tapi mau bagaimana lagi? harus di jawab juga kan.
Sesampainnya di rumah tante, aku pun melihat cowok berbadan tinggi itu berdiri di depan rumah tante dan sepertinya bersama sahabatnya karena aku benar-benar mengenali wajahnya. Aku pun tersenyum manis kepada sahabatnya tapi tidak kepadanya. Kita pun mengobrol dan tak lupa aku mengeluarkan cokelat lalu memberikannya kepada mereka.
Adik sepupuku benar-benar menyebalkan mereka masih nggak tahu apa-apa, mereka masih selalu membully-ku. Karena tak tahan aku pun pergi masuk kamar lalu tidur.
Malam harinya aku pun berpamitan untuk ke indomaret, aku ingin sendiri tanpa di temani oleh siapapun dan tante pun akhirnya mengizinkanku keluar malam itu. Tapi, diam-diam tante menelpon rumah Eko dan menyuruhnya menjemputku di indomaret.
Melihat mukanya di depan indomaret, membuatku semakin ingin memukulnya. Karena aku dendam, berat badanku 2 bulan yang lalu turun secara drastis karena memikirkannya. Aku pun bertanya dengan nada ketus, "ngapain kamu kesini?"
"Jemput kamu di suruh sama tante." katanya dengan logat medok khas jawa.
"Oke, aku mau ngomong."
"Baiklah, kita duduk di alun-alun saja."
Sesampainnya di alun-alun aku duduk sambil menyeruput Nescafe vanila dan langsung memulai pembicaraan.
"To the point aja ya. Makasih untuk semuanya, tapi yang aku heranin sama kamu adalah kamu pake bilang mau ke Bandung ngelamar aku segala macam dan kata kamu, kamu nggak bisa lepas dari aku. Huahhh, terlalu bodoh aku. LDR, kamu nggak nyaman? yang buat nggak nyaman itu diri kamu sendiri padahal dulu kamu yang ngeyakinin aku. Tapi ternyata kamu kalah oleh seorang cewek sepertiku yang hidup sederhana di Bandung. Aku juga bodoh, baru lihat kamu pertama udah langsung suka. Kamu ngerti nggak? kamu belum dewasa. Cuma 1:1000 yang bilang LDR itu nggak nyaman. Teman-temanku cerita bahwa LDR itu membuahkan hasil yang benar-benar wow. Dan memang iya, aku jadi bisa benar-benar mengontrol emosi dan mengerti kamu. Oh ya satu hal, kamu lain kali jangan bilang nggak akan bisa lepas atau apapun itulah,kalau memang hati kamu nggak yakin," Kataku lalu berdiri, "semoga kita bisa bertemu 2 tahun lagi di Universitas yang sama, sekarang aku mau pulang aja."
Eko yang mendengar pun benar-benar kaget bahkan tidak bisa berbuat apa-apa.
***
"Kan, Kania bangun dong. Jangan pingsan terus." Kata teman sebangku ku.
"Eh, kamu. kok aku bisa di sini? perasaan tadi aku ada di alun-alun kampung halaman papa deh." Kataku sambil memegang kepala.
"Tiba-tiba kamu itu pingsan di pelajaran Biologi dan kamu baru bangun 5 jam kemudian di UKS ini." Kata teman sebangku ku menjelaskan.
"Tapi aku tidak merasa pingsan, tadi rasanya seperti kisah nyata yang panjang sekali aku ceritakan dan ternyata hanya mimpi. Syukur deh."
"Emang kamu mimpi apaan?" tanyanya heran.
"So long story, sekarang tanggal berapa sih? belum idul qurban dan tahun baru kan?" Tanyaku kebingungan.
"Ngaco kamu, Idul qurban masih 5 bulan lagi dan tahun baru itu masih lama juga, apalagi sekarang kita Idul Fitri. Sekarang masih tanggal 17 Mei, Oh ya daritadi ada yang nungguin kamu."
"Siapa?"
"Itu anak IPS."
Aku pun melihat keluar jendela, aku melihat cowok itu berpostur seperti Eko dan melambaikan tangan dengan senyum malunya.
"Aneh banget itu orang."
"Kamu masih mau istirahat?"
"Ya, sepertinya aku masih mau istirahat."
"Oke deh aku tinggal."
Hatiku benar-benar lega, ternyata aku tidak berpacaran dengan Eko. Lebih baik begini daripada aku sakit hati seperti mimpi tadi dan lagipula aku nggak mau anggap dia mantan kalau misalkan jadian dan putus tragis seperti tadi. Aku hanya anggap dia orang iseng yang lagi ngisengin sahabatnya biar nggak ada sakit hatinya. hehehe.
Rasanya capek sekali, padahal daritadi aku tertidur lebih tepatnya pingsan selama 5 jam. Saking capeknya aku pun bersandar di bantal UKS. Tiba-tiba Hpku bergetar, ternyata ada SMS. Aku membacanya setengah kaget.
Eko: Kamu nggak apa-apa kan? tadi aku dapat info kalau kamu itu pingsan selama 5 jam. Maafin aku ya sayang :)) Hmm, Happy Anniversary untuk bulan pertama kita semoga langgeng dan kita cepat bertemu :))
Apa?? jadi aku benar-benar sedang LDR-an sama Eko. Relantionship with Eko?
AIGOOOOO, TIDAKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
The end
Long Distance R? 19
Lebaran haji pun di mulai, aku benar-benar nggak habis pikir karena dia tidak SMS aku. kalau di pikir-pikir untuk apa dia SMS aku? hanya sekedar minta maaf? mungkin dia sedang mendekati cewek lain. Aku pun mengurung Hp-ku di sebuah kardus yang isinya adalah koleksi kertas kadoku. Seperti biasa, habis shalat aku hanya makan lalu tidur tanpa ada kegiatan lagi. Daripada galau benar nggak?
Malam harinya, aku pergi ke rumah Eyang. Hp masih aku kurung di kardus, karena kalau aku megang Hp pastinya aku akan terus berharap dia SMS aku. Tapi aku teringat dengan kata Rani beberapa waktu yang lalu, yang membuatku benar-benar tertawa terbahak-bahak.
"Kan, kamu coba minta balikan saja dengannya." Katanya sambil tersenyum.
"Nggak mungkinlah, kalau seadainya minta balikan juga aku bakal mutusin dia 1 menit kemudian."
"Hahaha, ide yang sangat bagus itu Kan." Katanya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Tapi aku bukan orang seperti itu tahu, walaupun banyak yang nyumpahin dia dan aku nggak peduli juga. Aku cuma bisa tersenyum. Hahaha" Kataku sambil tertawa.
Sepulang dari rumah Eyang, karena penasaran aku pun membuka Hp. Saat itu sekitar pukul 22.00, aku membuka Hpku ternyata ada SMS. Aku benar-benar takut, takutnya teman sebangku ku yang lagi galau akut karena mantannya dia tidak menyapa dan buang muka. Padahal sama sih kejadiannya, nggak punya salah apa-apa di putusin. Tapi ternyata sahabatnya yang SMS aku. Dia mungkin hanya menyapa dan basa-basi sedikit, mungkin karena lebaran ia SMS. Ia menanyakan apakah aku marah atau tidak, tapi ngapain aku marah sama sahabatnya? tiada guna.
Keesokan harinya aku pun membalas SMS dia, tapi dia membalas lagi dengan sangat tidak jelas. Saat itu aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke Jakarta, karena ada urusan juga. Karena aku bosan di rumah serta habis sakit. Sebelum berangkat aku pun menimbang berat badanku, aku kaget setengah gila kali ini. Berat badanku turun 2 kg, awalnya hampir 40 kg kini menjadi 37 kg. Kini tekadku untuk kesana benar-benar memuncak.
***
Tak terasa sudah maghrib, akhirnya aku tiba di Bandung. Tapi untungnya mama dan papaku tidak langsung mengajak pulang. Aku jalan-jalan menuju suatu Mall yang tak pernah aku kunjungi sebelumnya di Bandung, aku pun masuk ke Mall itu dengan rasa senang apalagi di sana ada toko buku.
Di toko buku aku pun menemukan komik yang Agil sangat inginkan, tadinya mau langsung aku beli cuma takutnya dia sudah beli di sana. Sudah hampir setengah jam aku muter-muter di toko buku. Papa juga sepertinya sudah selesai dengan urusannya. Tapi seakan ada yang menarik penglihatanku, Ya ada buku judulnya 'LONG DISTANCE HEARTS' cerita tentang orang LDR. Tanpa pikir panjang aku pun langsung membayar buku itu, karena aku juga sebenarnya lagi menganalisis tentang LDR.
Setelah aku membayar buku itu, aku pun memberitahu semua orang termasuk sahabatnya itu. Sesampainnya di rumah sekitar pukul 21.30 sahabatnya menjawab SMS dari aku. Dia menanyakan kapan aku kesana, aku jawab aku akan kesana liburan tahun baru cuma sudah nggak ada yang aku temui jadi buat apa. Tapi sepertinya sahabatnya itu agak kecewa tapi aku bilang ke dia tahu-tahu aku muncul di hadapannya karena sebenarnya aku udah tahu wujudnya.
Agak aneh rasanya, orang-orang pada penasaran sama aku. Aku cantik juga nggak, jelek juga nggak. Jadi apa yang ingin mereka ketahui? haha. Karena lagi keasyikan YM-an dengan Kaka, tidak ada rasa kantuk yang mengundang dan Kakak juga lagi galau jadi sama-sama membagi cerita. Tapi tiba-tiba ingin rasanya aku melihat akun FB dia untuk memastikan wujud sahabatnya itu. Tapi aku terlarut, rasa kangen itu muncul. Ternyata Eko itu ganteng banget, tapi sok ganteng. Ahhhh, dia kok bisa-bisanya mencampakkan aku seperti ini? Orang kabupaten sekecil itu bisa kalah dengan aku yang tinggal di kota Bandung dan setiap hari melihat orang berpacaran di bioskop, toko buku bahkan coffee shop. Rasa mualku tiba-tiba datang lagi, rasa sakitku juga muncul lagi apalagi mengingat berat badanku yang turun secara drastis. Rasanya aku ingin minta ganti rugi makan ke orang itu.
Karena sudah agak malam aku pun di suruh tidur oleh sahabatnya dan lagi-lagi aku terlanjur bercerita. Aku benar-benar memohon kepada sahabatnya agar tidak bercerita apapun. Karena melihat yang mirip saja sudah begini, apalagi dia tahu semua ini? bisa-bisa dunia runtuh dan aku akan bisa sampai ke tingkat benci. Aku nggak mau itu terjadi. Untunglah sahabatnya berjanji tidak akan mengasih tahu semua yang aku ceritakan.
Bersambung....
Malam harinya, aku pergi ke rumah Eyang. Hp masih aku kurung di kardus, karena kalau aku megang Hp pastinya aku akan terus berharap dia SMS aku. Tapi aku teringat dengan kata Rani beberapa waktu yang lalu, yang membuatku benar-benar tertawa terbahak-bahak.
"Kan, kamu coba minta balikan saja dengannya." Katanya sambil tersenyum.
"Nggak mungkinlah, kalau seadainya minta balikan juga aku bakal mutusin dia 1 menit kemudian."
"Hahaha, ide yang sangat bagus itu Kan." Katanya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Tapi aku bukan orang seperti itu tahu, walaupun banyak yang nyumpahin dia dan aku nggak peduli juga. Aku cuma bisa tersenyum. Hahaha" Kataku sambil tertawa.
Sepulang dari rumah Eyang, karena penasaran aku pun membuka Hp. Saat itu sekitar pukul 22.00, aku membuka Hpku ternyata ada SMS. Aku benar-benar takut, takutnya teman sebangku ku yang lagi galau akut karena mantannya dia tidak menyapa dan buang muka. Padahal sama sih kejadiannya, nggak punya salah apa-apa di putusin. Tapi ternyata sahabatnya yang SMS aku. Dia mungkin hanya menyapa dan basa-basi sedikit, mungkin karena lebaran ia SMS. Ia menanyakan apakah aku marah atau tidak, tapi ngapain aku marah sama sahabatnya? tiada guna.
Keesokan harinya aku pun membalas SMS dia, tapi dia membalas lagi dengan sangat tidak jelas. Saat itu aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke Jakarta, karena ada urusan juga. Karena aku bosan di rumah serta habis sakit. Sebelum berangkat aku pun menimbang berat badanku, aku kaget setengah gila kali ini. Berat badanku turun 2 kg, awalnya hampir 40 kg kini menjadi 37 kg. Kini tekadku untuk kesana benar-benar memuncak.
***
Tak terasa sudah maghrib, akhirnya aku tiba di Bandung. Tapi untungnya mama dan papaku tidak langsung mengajak pulang. Aku jalan-jalan menuju suatu Mall yang tak pernah aku kunjungi sebelumnya di Bandung, aku pun masuk ke Mall itu dengan rasa senang apalagi di sana ada toko buku.
Di toko buku aku pun menemukan komik yang Agil sangat inginkan, tadinya mau langsung aku beli cuma takutnya dia sudah beli di sana. Sudah hampir setengah jam aku muter-muter di toko buku. Papa juga sepertinya sudah selesai dengan urusannya. Tapi seakan ada yang menarik penglihatanku, Ya ada buku judulnya 'LONG DISTANCE HEARTS' cerita tentang orang LDR. Tanpa pikir panjang aku pun langsung membayar buku itu, karena aku juga sebenarnya lagi menganalisis tentang LDR.
Setelah aku membayar buku itu, aku pun memberitahu semua orang termasuk sahabatnya itu. Sesampainnya di rumah sekitar pukul 21.30 sahabatnya menjawab SMS dari aku. Dia menanyakan kapan aku kesana, aku jawab aku akan kesana liburan tahun baru cuma sudah nggak ada yang aku temui jadi buat apa. Tapi sepertinya sahabatnya itu agak kecewa tapi aku bilang ke dia tahu-tahu aku muncul di hadapannya karena sebenarnya aku udah tahu wujudnya.
Agak aneh rasanya, orang-orang pada penasaran sama aku. Aku cantik juga nggak, jelek juga nggak. Jadi apa yang ingin mereka ketahui? haha. Karena lagi keasyikan YM-an dengan Kaka, tidak ada rasa kantuk yang mengundang dan Kakak juga lagi galau jadi sama-sama membagi cerita. Tapi tiba-tiba ingin rasanya aku melihat akun FB dia untuk memastikan wujud sahabatnya itu. Tapi aku terlarut, rasa kangen itu muncul. Ternyata Eko itu ganteng banget, tapi sok ganteng. Ahhhh, dia kok bisa-bisanya mencampakkan aku seperti ini? Orang kabupaten sekecil itu bisa kalah dengan aku yang tinggal di kota Bandung dan setiap hari melihat orang berpacaran di bioskop, toko buku bahkan coffee shop. Rasa mualku tiba-tiba datang lagi, rasa sakitku juga muncul lagi apalagi mengingat berat badanku yang turun secara drastis. Rasanya aku ingin minta ganti rugi makan ke orang itu.
Karena sudah agak malam aku pun di suruh tidur oleh sahabatnya dan lagi-lagi aku terlanjur bercerita. Aku benar-benar memohon kepada sahabatnya agar tidak bercerita apapun. Karena melihat yang mirip saja sudah begini, apalagi dia tahu semua ini? bisa-bisa dunia runtuh dan aku akan bisa sampai ke tingkat benci. Aku nggak mau itu terjadi. Untunglah sahabatnya berjanji tidak akan mengasih tahu semua yang aku ceritakan.
Bersambung....
Long distance R? 18
"Aku juga nggak tahu." Kataku polos.
Disitu aku dan cewek berkacamata serta teman-temanku yang lain saling menghibur, karena ternyata di kelasku banyak galau juga. Hitung-hitung aku bisa tertawa walaupun aku akhirnya terdiam dan membuat teman sebangku ku bertanya-tanya, mengapa seorang Kania yang cerewet menjadi diam seribu bahasa? Hahaha.
***
Hari Rabu di sekolahku adalah hari bebas. karena nggak akan ada pelajaran, yang ada hanya acara bulan bahasa yang di majukan karena nggak mungkin tanggal 28 kan ? Aku selalu terdiam di deretan anak IPS, karena memang di sana lebih nyaman daripada dibawah kena panas. Ku langkahkan kakiku menuju kelas Rani, saat itu Rani belum tahu apa yang terjadi denganku. Rani ternyata sama expresinya dengan yang lain bahkan teman cowok ku pun begitu dengan muka datar dan hanya bilang 'sabar'.
Setelah dari kelas Rani, aku mencari tempat yang enak untuk nonton. Akhirnya aku pun memutuskan untuk duduk di meja yang ada di depan kelas IPS 4 dengan RUNGOS. Di situ ada teman-temanku juga, awalnya memang biasa saja. Tapi menjadi tidak biasa setelah aku melihat orang yang mirip dengannya telah ada di hadapan mataku, rasanya badanku mau copot, lemas sekali. Dadaku sesak, rasanya aku ingin sekali mengambil rambutnya yang mirip itu dan di tarik sampai habis.
Aku pun akhirnya ingin mencari tahu siapa anak itu sebenarnya, aku benar-benar menunggu moment yang tepat. Saat ia turun dan naik ke atas panggung, aku langsung menuju temanku yang sedang berpacaran.
"Eh, tahu nggak yang sedang megang gitar terus pake jaket itu?" tanyaku dengan nafas terengah-engah.
"Tahu, Kan. Itu namanya, Harul. Kenapa ngeceng?" Kata cowok bermuka arab itu.
"Nggak, aku nggak ngeceng." Kataku sambil setengah berlari.
"Bukan ngeceng, Kak. Tapi ada sisi yang mirip dengan dia, tapi apa ya?" Kata ceweknya yang juga temanku itu.
"Oh, mirip gitu?" Tanyanya sambil mengaruk kepala.
"Ya ada, jadi nggak mungkin ngeceng. Aku tahu daritadi si Kania ngecengin adik kelas."
"Tapi kamu nggak kan?"
"Ya, nggak lah aku kan lagi di kelas."
"Haha, syukurlah."
***
Selama jalannya acara, yang di putar hanya lagu galau dalam berbagai versi. Ada versi yang biasa aja, kena hati dan lucu sehingga kita yang mendengarkannya bukan menangis tersedu-sedu malah ketawa. Tapi tetap saja, aku terdiam seperti orang bodoh, sambil senderan di pundak Fatimah. Dia selalu bilang ke aku untuk sabar dan sabar. Pastinya aku selalu sabar, aku nggak mungkin nangis.
Karena bosan, aku pun pindah ke kelas anak IPS 3. Di situ teman-temanku komplit dan pada main Uno stucko, jenis permainan yang dari dulu nggak ada bosan-bosannya aku mainkan. Tapi karena tanganku gemetar habis melihat yang mirip dia, jadinya aku nggak menang. Cowok yang mirip itu terus mondar-mandir, tapi aku selalu pasang wajah jutek tingkat dewa. Cowok itu juga sempat melihatku mungkin dia berpikir, "ini cewek kenapa?" ya itu sih sudah pasti begitu, habis kesal banget.
20 menit pun berlalu, aku yang duduk di kursi sekarang hanya terdiam sampai ada yang nyeletuk seperti ini.
"Nah, kalau orang jawa seperti Kania pasti pacarannya seperti ini," Kata cowok aneh yang juga temanku itu sambil sujud ala keraton Jogja, " Kanjeng Kania, I lope you."
"Wah, parah kamu Cirebon. Nggak segitunya kali. Hahaha." Kataku sambil tertawa lepas
"Eh, Kania." Kata cowok berbadan kurus dengan style acak-acakan itu sambil berjabat tangan denganku.
"Ada apa?" tanyaku polos.
"Selamat, kita single."
"Ya ampun, putus? sabar aja deh. Eh, masih ada Rani di sana?" Kataku
"Ada kok, aku kan habis curhat ke dia."
"Please anterin aku ke sana."
Akhirnya aku di antarkan menuju depan kelasnya dan aku bertemu dengan Rani, lalu aku menceritakan tentang cowok yang mirip dengannya itu yang sekarang duduk dengan tenang di depan kelas IPS 3. Rani ternyata kenal, karena pernah satu kelas. Setelah cerita, aku pun meminta Rani untuk mengantarkanku tapi dia nggak mau. Ya sudah aku pun nekat, dengan kaki setengah lemas.
Lagi-lagi aku kelepasan cerita, aku pun jadi galau berat tapi masih bisa tersenyum. Lagi-lagi temanku bersujud seperti ala keraton. Hahahaha, sangat lucu kalau di ingat. Detik-detik pukul 2, Fatimah ngajak aku pulang. Untungnya aku bawa motor, karena aku sudah tahu dia mau nebeng. Akhirnya kita pulang, dan disitu aku pun mulai bertanya-tanya tentang cowok yang mirip itu. Karena aku baru melihatnya, dan cukup tahu aja karena aku nggak mau suka.
Di perjalanan Fatimah itu cerewet sekali, ia bilang akan menjodohkan ku dengan cowok itu. Aku nggak mau dan aku bilang ke Fatimah sekarang yang aku pikirkan adalah pelajaran serta cara bagaimana aku kesana hanya untuk bilang thanks.
Bersambung....
Disitu aku dan cewek berkacamata serta teman-temanku yang lain saling menghibur, karena ternyata di kelasku banyak galau juga. Hitung-hitung aku bisa tertawa walaupun aku akhirnya terdiam dan membuat teman sebangku ku bertanya-tanya, mengapa seorang Kania yang cerewet menjadi diam seribu bahasa? Hahaha.
***
Hari Rabu di sekolahku adalah hari bebas. karena nggak akan ada pelajaran, yang ada hanya acara bulan bahasa yang di majukan karena nggak mungkin tanggal 28 kan ? Aku selalu terdiam di deretan anak IPS, karena memang di sana lebih nyaman daripada dibawah kena panas. Ku langkahkan kakiku menuju kelas Rani, saat itu Rani belum tahu apa yang terjadi denganku. Rani ternyata sama expresinya dengan yang lain bahkan teman cowok ku pun begitu dengan muka datar dan hanya bilang 'sabar'.
Setelah dari kelas Rani, aku mencari tempat yang enak untuk nonton. Akhirnya aku pun memutuskan untuk duduk di meja yang ada di depan kelas IPS 4 dengan RUNGOS. Di situ ada teman-temanku juga, awalnya memang biasa saja. Tapi menjadi tidak biasa setelah aku melihat orang yang mirip dengannya telah ada di hadapan mataku, rasanya badanku mau copot, lemas sekali. Dadaku sesak, rasanya aku ingin sekali mengambil rambutnya yang mirip itu dan di tarik sampai habis.
Aku pun akhirnya ingin mencari tahu siapa anak itu sebenarnya, aku benar-benar menunggu moment yang tepat. Saat ia turun dan naik ke atas panggung, aku langsung menuju temanku yang sedang berpacaran.
"Eh, tahu nggak yang sedang megang gitar terus pake jaket itu?" tanyaku dengan nafas terengah-engah.
"Tahu, Kan. Itu namanya, Harul. Kenapa ngeceng?" Kata cowok bermuka arab itu.
"Nggak, aku nggak ngeceng." Kataku sambil setengah berlari.
"Bukan ngeceng, Kak. Tapi ada sisi yang mirip dengan dia, tapi apa ya?" Kata ceweknya yang juga temanku itu.
"Oh, mirip gitu?" Tanyanya sambil mengaruk kepala.
"Ya ada, jadi nggak mungkin ngeceng. Aku tahu daritadi si Kania ngecengin adik kelas."
"Tapi kamu nggak kan?"
"Ya, nggak lah aku kan lagi di kelas."
"Haha, syukurlah."
***
Selama jalannya acara, yang di putar hanya lagu galau dalam berbagai versi. Ada versi yang biasa aja, kena hati dan lucu sehingga kita yang mendengarkannya bukan menangis tersedu-sedu malah ketawa. Tapi tetap saja, aku terdiam seperti orang bodoh, sambil senderan di pundak Fatimah. Dia selalu bilang ke aku untuk sabar dan sabar. Pastinya aku selalu sabar, aku nggak mungkin nangis.
Karena bosan, aku pun pindah ke kelas anak IPS 3. Di situ teman-temanku komplit dan pada main Uno stucko, jenis permainan yang dari dulu nggak ada bosan-bosannya aku mainkan. Tapi karena tanganku gemetar habis melihat yang mirip dia, jadinya aku nggak menang. Cowok yang mirip itu terus mondar-mandir, tapi aku selalu pasang wajah jutek tingkat dewa. Cowok itu juga sempat melihatku mungkin dia berpikir, "ini cewek kenapa?" ya itu sih sudah pasti begitu, habis kesal banget.
20 menit pun berlalu, aku yang duduk di kursi sekarang hanya terdiam sampai ada yang nyeletuk seperti ini.
"Nah, kalau orang jawa seperti Kania pasti pacarannya seperti ini," Kata cowok aneh yang juga temanku itu sambil sujud ala keraton Jogja, " Kanjeng Kania, I lope you."
"Wah, parah kamu Cirebon. Nggak segitunya kali. Hahaha." Kataku sambil tertawa lepas
"Eh, Kania." Kata cowok berbadan kurus dengan style acak-acakan itu sambil berjabat tangan denganku.
"Ada apa?" tanyaku polos.
"Selamat, kita single."
"Ya ampun, putus? sabar aja deh. Eh, masih ada Rani di sana?" Kataku
"Ada kok, aku kan habis curhat ke dia."
"Please anterin aku ke sana."
Akhirnya aku di antarkan menuju depan kelasnya dan aku bertemu dengan Rani, lalu aku menceritakan tentang cowok yang mirip dengannya itu yang sekarang duduk dengan tenang di depan kelas IPS 3. Rani ternyata kenal, karena pernah satu kelas. Setelah cerita, aku pun meminta Rani untuk mengantarkanku tapi dia nggak mau. Ya sudah aku pun nekat, dengan kaki setengah lemas.
Lagi-lagi aku kelepasan cerita, aku pun jadi galau berat tapi masih bisa tersenyum. Lagi-lagi temanku bersujud seperti ala keraton. Hahahaha, sangat lucu kalau di ingat. Detik-detik pukul 2, Fatimah ngajak aku pulang. Untungnya aku bawa motor, karena aku sudah tahu dia mau nebeng. Akhirnya kita pulang, dan disitu aku pun mulai bertanya-tanya tentang cowok yang mirip itu. Karena aku baru melihatnya, dan cukup tahu aja karena aku nggak mau suka.
Di perjalanan Fatimah itu cerewet sekali, ia bilang akan menjodohkan ku dengan cowok itu. Aku nggak mau dan aku bilang ke Fatimah sekarang yang aku pikirkan adalah pelajaran serta cara bagaimana aku kesana hanya untuk bilang thanks.
Bersambung....
Minggu, 28 Oktober 2012
Long distance R? 17
3 hari kemudian, tepatnya tanggal 22. Banyak sekali kejadian yang aku alami di sekolah. Di mulai dari mata terkena bola kasti dengan kecepatan yang sangat dahsyat dan sehingga membuatku tidak konsentrasi dalam perlajaran, kedua tanganku entah tergores apa hingga berdarah. Walau 7 hari sebelumnya juga begini, tapi aku benar-benar tidak memikirkannya. Finally, aku di bilang unyu-unyu sama cewek yang
tiba-tiba SMS. Rasanya seram sekali dan hampir ketakutan, sama banci aja aku ketakutan apalagi ini.
***
Malam harinya, aku yang sedang anteng merangkum Biologi. Tiba-tiba ada SMS, dari Eko. Senang pastinya, tapi karena kesal aku membalasnya singkat. Tapi aku langsung minta maaf karena mataku sedang sakit. Respon dia biasa saja dan di situ aku mulai mempertanyakan mengapa dia berubah. Ternyata, dia berubah karena dia nggak nyaman padahal aku nyaman-nyaman saja karena aku benar-benar bisa melihat perubahan dalam diriku. Dari yang emosian menjadi lebih bersabar, dari yang tak bisa tersenyum karena kejadian waktu lalu aku jadi sering tersenyum dan semangat.
Awal aku pacaran sama dia. Aku berpikir apa yang pernah Rani katakan saat SMP, bahwa aku berpacaran dengan orang lain hanya untuk pelampiasan. Tapi aku tak pernah merasa begitu. Lanjut lagi ke awal ceritanya, dia tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Aku terima saja, dan aku telpon dia sampai pulsaku habis.
Dari awal aku sudah mengira, bahwa di sana ada yang suka sama dia dan ingin di respon sama dia. Karena aku ini orang Bandung, tapi bisa aja ada keajaiban aku bisa kesana kapan pun aku mau. Badanku tak bisa terkontrol, semakin lemas dan hampir menjatuhkan air mata, tanganku yang sedang memegang pulpen pun tidak sanggup untuk menulis.
Aku tersenyum dan menangis dalam kesedihan dan kebodohanku. Aku shalat dan meminta kepada ALLAH bahwa aku ingin benar-benar pergi ke sana.
***
Esoknya aku terbangun dengan badan yang sangat lemas, aku pergi mandi dan setelah selesai aku pun menyisir rambut pendekku tak lupa memakai baju seragam dan memakai kacamata karena mataku ternyata masih sakit. Sesampainnya di sekolah, aku terdiam karena masih pagi.
Jam pelajaran ketiga pun di mulai, aku pun menceritakan kepada teman sebangku ku. Aku bukannya menangis tapi kesal, gregetan dan campur aduk. Sampai teman di belakang tempat duduk ku juga menanyakan, aku pun bercerita tentang semua yang terjadi. Hampir saja air mata ini menetes, tapi aku ingat dengan apa kata Janjista. "Kalau ada masalah, jangan di buat susah dan di bawa happy."
Tak terasa jam istirahat pun berbunyi, teman dekat ku yang dulu sekelas mulai ke kelasku dan aku pun mulai bercerita. Ternyata mereka merespon sama seperti yang lain, Kesal !
Jam istirahat kedua, aku pun pergi shalat dan hampir saja aku menangis lagi. Sungguh memalukan bukan? Seorang Kania menangis lagi. Aku pun berjalan ke kelas, sesampainnya di kelas aku pun bercerita lagi kepada teman sebangku ku dan tidak sengaja cewek berkacamata itu bertanya, "kamu putus, Kan?"
"Iya." Jawabku singkat.
"Kenapa bisa putus?"
"Katanya sih nggak nyaman, tapi yang ngebuat nggak nyaman karena ada kehadiran cewek yang suka sama dia sepertinya. Dan mungkin saja dia ingin mencoba mendekatinya." Kataku dengan pelan.
Wajah cewek berkacamata itu mulai serius dan tampangnya mulai jutek.
"Dasar cowok mah aneh suka coba-coba." Katanya sambil memegang kepalanya.
Bersambung....
tiba-tiba SMS. Rasanya seram sekali dan hampir ketakutan, sama banci aja aku ketakutan apalagi ini.
***
Malam harinya, aku yang sedang anteng merangkum Biologi. Tiba-tiba ada SMS, dari Eko. Senang pastinya, tapi karena kesal aku membalasnya singkat. Tapi aku langsung minta maaf karena mataku sedang sakit. Respon dia biasa saja dan di situ aku mulai mempertanyakan mengapa dia berubah. Ternyata, dia berubah karena dia nggak nyaman padahal aku nyaman-nyaman saja karena aku benar-benar bisa melihat perubahan dalam diriku. Dari yang emosian menjadi lebih bersabar, dari yang tak bisa tersenyum karena kejadian waktu lalu aku jadi sering tersenyum dan semangat.
Awal aku pacaran sama dia. Aku berpikir apa yang pernah Rani katakan saat SMP, bahwa aku berpacaran dengan orang lain hanya untuk pelampiasan. Tapi aku tak pernah merasa begitu. Lanjut lagi ke awal ceritanya, dia tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Aku terima saja, dan aku telpon dia sampai pulsaku habis.
Dari awal aku sudah mengira, bahwa di sana ada yang suka sama dia dan ingin di respon sama dia. Karena aku ini orang Bandung, tapi bisa aja ada keajaiban aku bisa kesana kapan pun aku mau. Badanku tak bisa terkontrol, semakin lemas dan hampir menjatuhkan air mata, tanganku yang sedang memegang pulpen pun tidak sanggup untuk menulis.
Aku tersenyum dan menangis dalam kesedihan dan kebodohanku. Aku shalat dan meminta kepada ALLAH bahwa aku ingin benar-benar pergi ke sana.
***
Esoknya aku terbangun dengan badan yang sangat lemas, aku pergi mandi dan setelah selesai aku pun menyisir rambut pendekku tak lupa memakai baju seragam dan memakai kacamata karena mataku ternyata masih sakit. Sesampainnya di sekolah, aku terdiam karena masih pagi.
Jam pelajaran ketiga pun di mulai, aku pun menceritakan kepada teman sebangku ku. Aku bukannya menangis tapi kesal, gregetan dan campur aduk. Sampai teman di belakang tempat duduk ku juga menanyakan, aku pun bercerita tentang semua yang terjadi. Hampir saja air mata ini menetes, tapi aku ingat dengan apa kata Janjista. "Kalau ada masalah, jangan di buat susah dan di bawa happy."
Tak terasa jam istirahat pun berbunyi, teman dekat ku yang dulu sekelas mulai ke kelasku dan aku pun mulai bercerita. Ternyata mereka merespon sama seperti yang lain, Kesal !
Jam istirahat kedua, aku pun pergi shalat dan hampir saja aku menangis lagi. Sungguh memalukan bukan? Seorang Kania menangis lagi. Aku pun berjalan ke kelas, sesampainnya di kelas aku pun bercerita lagi kepada teman sebangku ku dan tidak sengaja cewek berkacamata itu bertanya, "kamu putus, Kan?"
"Iya." Jawabku singkat.
"Kenapa bisa putus?"
"Katanya sih nggak nyaman, tapi yang ngebuat nggak nyaman karena ada kehadiran cewek yang suka sama dia sepertinya. Dan mungkin saja dia ingin mencoba mendekatinya." Kataku dengan pelan.
Wajah cewek berkacamata itu mulai serius dan tampangnya mulai jutek.
"Dasar cowok mah aneh suka coba-coba." Katanya sambil memegang kepalanya.
Bersambung....
Long distance R? 16
Tak terasa waktu begitu cepat. Awalnya aku berpikir dia cuma pelampiasaan rasa sakit aku dengan sahabatku yang aku suka itu. Ternyata tidak, aku benar-benar sayang sama dia. Nggak ada kata bohong, aku benar-benar sayang sama dia. Walaupun terpisahkan oleh jarak, tapi menurutku tidak sebanding dengan kakak ku yang berpacaran dengan orang Jerman.
Di sekolah, aku cerita-cerita tentangnya ke teman sebangkuku. Apalagi mendengar dia membawa pedang, rasanya aku ingin benar-benar cepat kesana untuk melihatnya. Tapi agak mustahil, aku hanya bisa membayangkan betapa gagahnya dia. Wow!! tapi di satu sisi lain tanpa aku sengaja, aku melihat cowok yang mirip dengannya. Hanya saja wajahnya berbeda, tapi posturnya serta style mirip. sangat disayangkan dia merokok, tapi keren sih karena bisa main gitar anak basket juga sama seperti Eko.
13 oktober, kali ini dia benar-benar berubah. Bahasa kerennya adalah berubah 180 derajat. Bisa di bilang begitu. Mungkin kalau hari itu aku nggak SMS, mungkin sampai setahun kali dia nggak akan pernah SMS aku.
Me: Ko, udah shalat belum?
Eko: Belum, Kan. Eh aku mau nanya, kalau di sana ada yang suka sama kamu gimana?
*pasang muka kaget* Me: kalau ada yang suka ya gpp, aku bakal jadiin dia teman aku. kalau kamu?
Eko: sama. nanya lagi, kalau misalkan di jodohin sama orang tua mu gimana?
Me: Emangnya jaman siti nurbaya, aku nggak mau lah. kalau kamu?
Eko: Aku juga nggak mau. Emangnya sebegitu nggak sukanya orang tuamu ke aku?
Me: Bukan nggak suka, nggak ada yang nggak suka sama kamu. Mama cuma khawatir takut aku kayak dulu. papa serta adik-adikku juga biasa aja.
Eko: Oke kalau gitu, aku capek mau tidur.
Kalau sebenarnya aku ceritakan semuanya juga percuma. Aku pernah sakit hati karena sahabatku yang aku sukai itu nggak ngerespon panggilan aku. Padahal dia ada di depan rumah aku, tanpa ku sadari badan ku terasa lemas dan hingga akhirnya aku menangis sangat kencang. Kalau di piki-pikir ini seperti drama tapi ini kenyataan.
Hari Minggu tetap sama, dia berubah seperti es. Aku benar-benar mencoba optimis saja. Sebenarnya dari pertanyaan dia kemarin dapat di simpulkan ada yang sedang dia sukai dan dia mau merespon. Bodohnya aku, sebelum di terima aku lupa dengan sifat dia yang seperti ini. Tapi aku yakin dia nggak mungkin seperti itu kepadaku.
***
Karena UTS, aku sama dia nggak SMS-an selama seminggu. Aku benar-benar melontarkan rasa kasih sayang aku kepadanya lewat SMS tapi no responding. Disitulah aku benar-benar berpikir, teserah mau apa yang akan terjadi nanti.
Tanggal 17, genap sudah satu bulan. Rasanya agak galau, tapi biasa saja karena banyak teman-teman yang selalu menemaniku. Dia SMS dan kita pun bercanda, bercandanya pun agak garing. Malam harinya pun sama. Aku benar-benar berpikir, oke tak apa dia berubah dan aku akan terima keputusannya walau agak sakit nantinya.
Bersambung......
Di sekolah, aku cerita-cerita tentangnya ke teman sebangkuku. Apalagi mendengar dia membawa pedang, rasanya aku ingin benar-benar cepat kesana untuk melihatnya. Tapi agak mustahil, aku hanya bisa membayangkan betapa gagahnya dia. Wow!! tapi di satu sisi lain tanpa aku sengaja, aku melihat cowok yang mirip dengannya. Hanya saja wajahnya berbeda, tapi posturnya serta style mirip. sangat disayangkan dia merokok, tapi keren sih karena bisa main gitar anak basket juga sama seperti Eko.
13 oktober, kali ini dia benar-benar berubah. Bahasa kerennya adalah berubah 180 derajat. Bisa di bilang begitu. Mungkin kalau hari itu aku nggak SMS, mungkin sampai setahun kali dia nggak akan pernah SMS aku.
Me: Ko, udah shalat belum?
Eko: Belum, Kan. Eh aku mau nanya, kalau di sana ada yang suka sama kamu gimana?
*pasang muka kaget* Me: kalau ada yang suka ya gpp, aku bakal jadiin dia teman aku. kalau kamu?
Eko: sama. nanya lagi, kalau misalkan di jodohin sama orang tua mu gimana?
Me: Emangnya jaman siti nurbaya, aku nggak mau lah. kalau kamu?
Eko: Aku juga nggak mau. Emangnya sebegitu nggak sukanya orang tuamu ke aku?
Me: Bukan nggak suka, nggak ada yang nggak suka sama kamu. Mama cuma khawatir takut aku kayak dulu. papa serta adik-adikku juga biasa aja.
Eko: Oke kalau gitu, aku capek mau tidur.
Kalau sebenarnya aku ceritakan semuanya juga percuma. Aku pernah sakit hati karena sahabatku yang aku sukai itu nggak ngerespon panggilan aku. Padahal dia ada di depan rumah aku, tanpa ku sadari badan ku terasa lemas dan hingga akhirnya aku menangis sangat kencang. Kalau di piki-pikir ini seperti drama tapi ini kenyataan.
Hari Minggu tetap sama, dia berubah seperti es. Aku benar-benar mencoba optimis saja. Sebenarnya dari pertanyaan dia kemarin dapat di simpulkan ada yang sedang dia sukai dan dia mau merespon. Bodohnya aku, sebelum di terima aku lupa dengan sifat dia yang seperti ini. Tapi aku yakin dia nggak mungkin seperti itu kepadaku.
***
Karena UTS, aku sama dia nggak SMS-an selama seminggu. Aku benar-benar melontarkan rasa kasih sayang aku kepadanya lewat SMS tapi no responding. Disitulah aku benar-benar berpikir, teserah mau apa yang akan terjadi nanti.
Tanggal 17, genap sudah satu bulan. Rasanya agak galau, tapi biasa saja karena banyak teman-teman yang selalu menemaniku. Dia SMS dan kita pun bercanda, bercandanya pun agak garing. Malam harinya pun sama. Aku benar-benar berpikir, oke tak apa dia berubah dan aku akan terima keputusannya walau agak sakit nantinya.
Bersambung......
Sabtu, 27 Oktober 2012
Aku bukanlah kamu
Ku pandangi awan mendung
Ku pandangi langit yang tak begitu cerah
Dan ku pandangi semburan api yang panas.
Itu adalah Kau
Kau yang mendung, tak cerah dan panas.
Kau yang seakan mengoreskan pisau ke leherku sampai putus.
Hingga aku tak berdaya.
Rasa ini kian menjadi
Seakan aku adalah kamu
Tapi kenyataannya aku bukanlah kamu
Ku pandangi langit yang tak begitu cerah
Dan ku pandangi semburan api yang panas.
Itu adalah Kau
Kau yang mendung, tak cerah dan panas.
Kau yang seakan mengoreskan pisau ke leherku sampai putus.
Hingga aku tak berdaya.
Rasa ini kian menjadi
Seakan aku adalah kamu
Tapi kenyataannya aku bukanlah kamu
Long distance R? 15
Tanggal 17 september kami resmi pacaran. Aku pasti bahagia sekali, sampai-sampai kripik tinggal setengah lagi dan dia pun tertawa mendengarnya. Dia juga senang karena penantiannya nggak sia-sia. Hubungan kami berjalan sangat mulus, tanpa hambatan dan nganguan juga nggak.
Kita benar-benar menjalin hubungan ini serius dan sampai-sampai dia ingin ke Bandung hanya untuk melamar aku. Terdengar sweet tapi juga meragukan dan karena aku percaya sepenuhnya dengan dia aku pun tidak pernah ragu apa yang ia katakan.
Aku dan dia nggak pernah bertengkar. Sampai mama dan papaku mendengar kabar bahwa aku pacaran dengan oramg di kampung halaman papaku itu. Semua orang bahagia mendengar ceritaku terutama teman sekelasku pada kelas 10, Rani serta Fatimah.
Mereka senang karena aku ga perlu galauin sahabat aku yang dulu benar-benar aku suka dan sampai setiaphari membuat aku marah-marah kepada semua orang seta menangis. Dulu ada kejadian juga aku menangis sampai yang menghibur sengsara, celananya robek begitu.
***
3 hari aku pacaran dengan dia, aku memberanikan diri untuk bercerita kepada teman sebangkuku. Orang jawa juga tapi beda dengan aku yang selalu memakai logat khas daerah papaku. Awalnya aku bertanya, "kamu pernah LDR?"
"Pernah, ada apa?" jawabnya.
"Rasanya gimana? nggak apa-apa kok." Kataku sambil mengaruk kepala.
"Ah, kamu harus cerita."
"Oke, nanti di kelas aku cerita deh. Jangan di kamar mandi begini."
"Sip."
Aku pun bercerita dari A sampai Z, dan salah satu temankku yang dulu sekelas tidak sengaja mendengarkan dan ia langsung memanggil salah satu teman sekelas untuk di introgasi.
"Hei, sini dulu kamunya." Kata cewek berkacamata itu.
"Ada apa?" jawabnya bingung.
"Kamu kasih tahu ke Kania, gimana rasanya LDR." Katanya serius.
"Oke gini ya, Kan. Pokoknya kalau ketemu rasanya benar-benar kangen, tapi emang susah apalagi kamu jauh di jawa. Asalkan kamu nggak buat masalah duluan semua akan baik-baik aja."
Aku pun bengong, teman sebangkuku juga. Yang dihadapannya sekarang adalah sosok cowok berkacamata dan dengan seriusnya menceritakan tentang pengalamannya. Tidak puas dengan jawabannya cowok berkacamata itu, cewek berkacamata itu sekarang bertanya lagi kepada cewek berkerudung di belakang kursiku.
"Oke, jadi begini. LDR itu seperti apa yang dikatakan tadi. kalau kangen ya benar-benar." Jawabnya sambil mengunyah makanan.
"Pacar kamu emangnya dimana?" Tanya cewek berkacamata itu serius.
"Di margahayu."
"Itu sih deket, Sapan dan margahayu mah. hahaha."
Aku pun juga tertawa mendengar ocehan cewek berkacamata itu.
Bersambung....
Kita benar-benar menjalin hubungan ini serius dan sampai-sampai dia ingin ke Bandung hanya untuk melamar aku. Terdengar sweet tapi juga meragukan dan karena aku percaya sepenuhnya dengan dia aku pun tidak pernah ragu apa yang ia katakan.
Aku dan dia nggak pernah bertengkar. Sampai mama dan papaku mendengar kabar bahwa aku pacaran dengan oramg di kampung halaman papaku itu. Semua orang bahagia mendengar ceritaku terutama teman sekelasku pada kelas 10, Rani serta Fatimah.
Mereka senang karena aku ga perlu galauin sahabat aku yang dulu benar-benar aku suka dan sampai setiaphari membuat aku marah-marah kepada semua orang seta menangis. Dulu ada kejadian juga aku menangis sampai yang menghibur sengsara, celananya robek begitu.
***
3 hari aku pacaran dengan dia, aku memberanikan diri untuk bercerita kepada teman sebangkuku. Orang jawa juga tapi beda dengan aku yang selalu memakai logat khas daerah papaku. Awalnya aku bertanya, "kamu pernah LDR?"
"Pernah, ada apa?" jawabnya.
"Rasanya gimana? nggak apa-apa kok." Kataku sambil mengaruk kepala.
"Ah, kamu harus cerita."
"Oke, nanti di kelas aku cerita deh. Jangan di kamar mandi begini."
"Sip."
Aku pun bercerita dari A sampai Z, dan salah satu temankku yang dulu sekelas tidak sengaja mendengarkan dan ia langsung memanggil salah satu teman sekelas untuk di introgasi.
"Hei, sini dulu kamunya." Kata cewek berkacamata itu.
"Ada apa?" jawabnya bingung.
"Kamu kasih tahu ke Kania, gimana rasanya LDR." Katanya serius.
"Oke gini ya, Kan. Pokoknya kalau ketemu rasanya benar-benar kangen, tapi emang susah apalagi kamu jauh di jawa. Asalkan kamu nggak buat masalah duluan semua akan baik-baik aja."
Aku pun bengong, teman sebangkuku juga. Yang dihadapannya sekarang adalah sosok cowok berkacamata dan dengan seriusnya menceritakan tentang pengalamannya. Tidak puas dengan jawabannya cowok berkacamata itu, cewek berkacamata itu sekarang bertanya lagi kepada cewek berkerudung di belakang kursiku.
"Oke, jadi begini. LDR itu seperti apa yang dikatakan tadi. kalau kangen ya benar-benar." Jawabnya sambil mengunyah makanan.
"Pacar kamu emangnya dimana?" Tanya cewek berkacamata itu serius.
"Di margahayu."
"Itu sih deket, Sapan dan margahayu mah. hahaha."
Aku pun juga tertawa mendengar ocehan cewek berkacamata itu.
Bersambung....
Jumat, 26 Oktober 2012
Long Distance R? 14
Sabtu dan Minggu adalah hari dimana aku benar-benar berpikir. Apakah aku harus ngomong? tapi ku beranikan diri untuk mengetik message di Facebook-nya dia. Yang intinya, 'aku suka kamu dan sekarang aku bisa ngelanjutin belajarku lagi'. Semalaman aku berpikir, apa reaksi dia nanti. Apakah aku di bully habis-habisan? Kurasa tidak.
***
Senin pagi yang menurutku tak begitu indah, mengikuti langkahku. Aku pun tidak terlalu memikirkan apa yang aku tulis di message kemarin. Karena ketakutan itu redam oleh diriku yang sedang benar-benar memperhatikan sekolah.
Jam pulang sekolah tiba, saatnya aku untuk melangkah keluar dari kelas dan berjalan untuk sampai ke rumah. Aku pun berlari dan sesampainnya di rumah, aku membuka facebook dan ada balasan darinya yang tak aku mengerti. Aku malah minta maaf karena takut ia tak mau jadi sahabatku lagi.
Sial, aku malu sekali. Karena aku mengikuti saran yang dianjurkan oleh Rani dan Fatimah. Sungguh memalukan seorang Kania yang begitu cuek bisa menyatakan perasaannya kepada cowok Jawa. Kurang amazing apa coba?. Gerutuku dalam hati.
***
Malam hari setelah aku pulang dari les, aku melihat Hp ku yang ku tinggalkan di rumah. Ternyata ada SMS, aku pun gugup sangat gugup. Apakah maksud Eko SMS malam-malam? benar-benar membuatku sangat bingung. Dari A sampai Z ia benar-benar menanyakan soal yang di facebook.
Saat yang tak terduga, ia benar-benar memintaku untuk mejdai pacarnya. Awalnya aku benar-benar ragu tapi ia mencoba untuk menyakinkanku, dia berkata "asalkan kita saling percaya pasti bisa kok dan aku yakin kita mampu menjalankannya."
Bersambung .....
***
Senin pagi yang menurutku tak begitu indah, mengikuti langkahku. Aku pun tidak terlalu memikirkan apa yang aku tulis di message kemarin. Karena ketakutan itu redam oleh diriku yang sedang benar-benar memperhatikan sekolah.
Jam pulang sekolah tiba, saatnya aku untuk melangkah keluar dari kelas dan berjalan untuk sampai ke rumah. Aku pun berlari dan sesampainnya di rumah, aku membuka facebook dan ada balasan darinya yang tak aku mengerti. Aku malah minta maaf karena takut ia tak mau jadi sahabatku lagi.
Sial, aku malu sekali. Karena aku mengikuti saran yang dianjurkan oleh Rani dan Fatimah. Sungguh memalukan seorang Kania yang begitu cuek bisa menyatakan perasaannya kepada cowok Jawa. Kurang amazing apa coba?. Gerutuku dalam hati.
***
Malam hari setelah aku pulang dari les, aku melihat Hp ku yang ku tinggalkan di rumah. Ternyata ada SMS, aku pun gugup sangat gugup. Apakah maksud Eko SMS malam-malam? benar-benar membuatku sangat bingung. Dari A sampai Z ia benar-benar menanyakan soal yang di facebook.
Saat yang tak terduga, ia benar-benar memintaku untuk mejdai pacarnya. Awalnya aku benar-benar ragu tapi ia mencoba untuk menyakinkanku, dia berkata "asalkan kita saling percaya pasti bisa kok dan aku yakin kita mampu menjalankannya."
Bersambung .....
Long Distance R? 13
Rasa rindu kian menjadi setelah 10 hari aku tidak bertemu bahkan tidak juga ada SMS darinya. Tapi aku benar-benar menolak pikiranku untuk memikirkan cowok berbadan tinggi itu yang baru saja kutemui. Tiba-tiba aku pun ingin membuka akun facebook-nya. Dan tak di sangka, ada cewek yang menulis di wall. "kukira mau ngapain megang pipiku, tahu-tahunya cuma mau bedakkin aku debu."
Jantungku terasa mau copot. Apa-apaan ini pikirku, ah sudahlah tak usah di pikirkan. Batinku menolak untuk memikirkan hal itu.
Hari Jumat setelah 4 hari masuk sekolah. Sahabat-sahabatku Rani dan Fatimah datang ke rumahku, karena sudah lama juga mereka tidak ke rumahku. Kata Fatimah ia ingin minta makan di rumahku. Aku pun langsung bercerita kepada mereka.
"Hmmm, Ran Fat. Ini benar-benar bisa membuatku seperti orang gila. Bisa-bisa aku tidak konsen dengan pelajaran, bayangan yang dulu emang udah hilang tapi sekarang berganti sama cowok itu. Oh tuhan aku benar-benar suka sekarang." Kataku panjang lebar.
"Cerita pelan-pelan dong, Kan." Jawab Fatimah sambil bengong.
"Udah tahu aku ini lemot, jadi pelanlah sedikit." Kata Rani dengan muka lemotnya.
Akhirnya aku bercerita dari A sampai Z, dan mereka pun mempunyai saran yang benar-benar membuatku sangat kaget.
"Kenapa kamu nggak coba aja untuk ngomong ke dia." Saran Fatimah.
"Ya benar, kamu harus bilang daripada kamu bisa gila dan pelajaran kamu terbengkalai." Kata Rani.
"Tadinya kau berpikir seperti itu, cuma....you know? I am ugly and unattractive. I was scared after he saw me yesterday feelings turn into ilfeel." Kataku dengan wajah agak sedih.
"Kamu selalu begitu, jangan kayak gitu. Kamu harus bilang 'aku tahu, aku ini nggak sempurna' lagian kamu juga nggak berharap pecaran kan?" Tanya Rani sedikit kesal.
"Ya, kamu nggak berharap pacaran kan?" Tanya Fatimah dengan wajah yang serius.
"Nggaklah, resikonya gede kalau aku harus pacaran sama orang itu dan aku nggak mau dia jadi mantan aku nantinya." Jawabku dengan mimik serius.
"Oke kalau gitu, mending kamu pikir-pikir lagi soal ini." Saran Rani.
"Tapi kata aku daripada kamu penasaran, tanya aja." Kata Fatimah.
"Oke, nanti aku ngumpulin seluruh mentalku untuk ngomong ke dia."
"Good" kata mereka bersamaan.
Bersambung....
Jantungku terasa mau copot. Apa-apaan ini pikirku, ah sudahlah tak usah di pikirkan. Batinku menolak untuk memikirkan hal itu.
Hari Jumat setelah 4 hari masuk sekolah. Sahabat-sahabatku Rani dan Fatimah datang ke rumahku, karena sudah lama juga mereka tidak ke rumahku. Kata Fatimah ia ingin minta makan di rumahku. Aku pun langsung bercerita kepada mereka.
"Hmmm, Ran Fat. Ini benar-benar bisa membuatku seperti orang gila. Bisa-bisa aku tidak konsen dengan pelajaran, bayangan yang dulu emang udah hilang tapi sekarang berganti sama cowok itu. Oh tuhan aku benar-benar suka sekarang." Kataku panjang lebar.
"Cerita pelan-pelan dong, Kan." Jawab Fatimah sambil bengong.
"Udah tahu aku ini lemot, jadi pelanlah sedikit." Kata Rani dengan muka lemotnya.
Akhirnya aku bercerita dari A sampai Z, dan mereka pun mempunyai saran yang benar-benar membuatku sangat kaget.
"Kenapa kamu nggak coba aja untuk ngomong ke dia." Saran Fatimah.
"Ya benar, kamu harus bilang daripada kamu bisa gila dan pelajaran kamu terbengkalai." Kata Rani.
"Tadinya kau berpikir seperti itu, cuma....you know? I am ugly and unattractive. I was scared after he saw me yesterday feelings turn into ilfeel." Kataku dengan wajah agak sedih.
"Kamu selalu begitu, jangan kayak gitu. Kamu harus bilang 'aku tahu, aku ini nggak sempurna' lagian kamu juga nggak berharap pecaran kan?" Tanya Rani sedikit kesal.
"Ya, kamu nggak berharap pacaran kan?" Tanya Fatimah dengan wajah yang serius.
"Nggaklah, resikonya gede kalau aku harus pacaran sama orang itu dan aku nggak mau dia jadi mantan aku nantinya." Jawabku dengan mimik serius.
"Oke kalau gitu, mending kamu pikir-pikir lagi soal ini." Saran Rani.
"Tapi kata aku daripada kamu penasaran, tanya aja." Kata Fatimah.
"Oke, nanti aku ngumpulin seluruh mentalku untuk ngomong ke dia."
"Good" kata mereka bersamaan.
Bersambung....
Kamis, 25 Oktober 2012
Long Distance R? 12
Sesudah aku ke rumah Eyang. Aku pun duduk manis di depan ruang TV dan di susul oleh cowok berbadan tinggi itu. Kita memulai pembicaraan dengan wajah yang agak tegang, maklum kita baru pertama ketemu dan kita bisa menikmati suasana kok. Ku kira dia adalah orang yang sangat heboh karena kelihatan dari tulisan SMSnya, tapi ternyata dia agak diam dan cool. Tanpa senyum tapi tidak cemberut.
Percaya atau tidak aku pun mulai memperhatikan dia. Sepertinya apa yang di katakan oleh om itu ada benarnya juga. Ia benar-benar orang yang apik, oke aku akui dia ganteng, tapi satu nilai minusnya. Badannya terlalu obes. Coba aja dia memakai celana yang panjang di sertai kaos mungkin dia terlihat lebih keren. Tapi satu penilaian dari aku sendiri, dia ramah.
Tak terasa satu jam berlalu, ia harus pergi meninggalkan rumah tanteku. Aku pun bersalaman dengan dia dan berkata, " semoga kita bisa bertemu lagi."
Ia hanya tersenyum lalu mengangguk pelan. Seketika cowok tinggi di hadapanku itu lenyap.
***
Ada perasaan yang mengganggu pikiranku sejak aku meninggalkan kampung halaman papaku itu. Aku merasa mungkin sampai di sini komunikasiku dengan si Eko. Secara dia sudah melihatku, berbeda dengan di foto dan aslinya juga aku memang kurang cantik bahkan menarik. Tapi anggapan ku salah. Ku buka Facebook ternyata dia masih sama, care. Dia selalu menulis di wall sampai aku tiba di rumahku di Bandung.
Tiba di Bandung pun aku merasa heran. Mengapa aku selalu memikirkan cowok itu. Bayangkan saja mana mungkin aku suka dengan orang Jawa, Jawa timur pula. Kalau di pikir-pikir sebenarnya aku juga orang Jawa, masa aku ngenyek diri aku sendiri. Ampun ya allah, maafkan hambamu ini. Rasanya mau pecah karena memikirkan orang itu. Ku buka buku kimia dan mulai belajar saja. Putusku.
***
Malamnya Bandung pastinya dingin, karena pusing belajar terus akhirnya aku membuka segala macam social networking. Dia ternyata lagi online, langsung deh kita chatting-an. Senang karena bisa ngobrol lagi tapi nyesek, katanya belum punya pacar tapi statusnya dia sudah mempunyai istri. Aigo, jinja, really and oh my god. Kaget setengah mampus aku dibuatnya, nggak percaya kapan nikahnya? kenapa nggak ngundang-ngundang? ih sombong banget ya, tapi nyesek banget sih. Pikirku yang mulai ngawur.
Aku pun bercanda sama dia dan di akhir pembicaraan dia ingin aku membuatkan lagu untuknya. Gitar saja soak, suara tidak bagus dan udah lama juga sih jadi aku benar-benar lupa cara membuat lirik lagu yang bagus. Teman-temanku yang selalu membantu pada sibuk. Tapi aku mengiyakan saja dan kita berdua langsung offline.
Bersambung...
Percaya atau tidak aku pun mulai memperhatikan dia. Sepertinya apa yang di katakan oleh om itu ada benarnya juga. Ia benar-benar orang yang apik, oke aku akui dia ganteng, tapi satu nilai minusnya. Badannya terlalu obes. Coba aja dia memakai celana yang panjang di sertai kaos mungkin dia terlihat lebih keren. Tapi satu penilaian dari aku sendiri, dia ramah.
Tak terasa satu jam berlalu, ia harus pergi meninggalkan rumah tanteku. Aku pun bersalaman dengan dia dan berkata, " semoga kita bisa bertemu lagi."
Ia hanya tersenyum lalu mengangguk pelan. Seketika cowok tinggi di hadapanku itu lenyap.
***
Ada perasaan yang mengganggu pikiranku sejak aku meninggalkan kampung halaman papaku itu. Aku merasa mungkin sampai di sini komunikasiku dengan si Eko. Secara dia sudah melihatku, berbeda dengan di foto dan aslinya juga aku memang kurang cantik bahkan menarik. Tapi anggapan ku salah. Ku buka Facebook ternyata dia masih sama, care. Dia selalu menulis di wall sampai aku tiba di rumahku di Bandung.
Tiba di Bandung pun aku merasa heran. Mengapa aku selalu memikirkan cowok itu. Bayangkan saja mana mungkin aku suka dengan orang Jawa, Jawa timur pula. Kalau di pikir-pikir sebenarnya aku juga orang Jawa, masa aku ngenyek diri aku sendiri. Ampun ya allah, maafkan hambamu ini. Rasanya mau pecah karena memikirkan orang itu. Ku buka buku kimia dan mulai belajar saja. Putusku.
***
Malamnya Bandung pastinya dingin, karena pusing belajar terus akhirnya aku membuka segala macam social networking. Dia ternyata lagi online, langsung deh kita chatting-an. Senang karena bisa ngobrol lagi tapi nyesek, katanya belum punya pacar tapi statusnya dia sudah mempunyai istri. Aigo, jinja, really and oh my god. Kaget setengah mampus aku dibuatnya, nggak percaya kapan nikahnya? kenapa nggak ngundang-ngundang? ih sombong banget ya, tapi nyesek banget sih. Pikirku yang mulai ngawur.
Aku pun bercanda sama dia dan di akhir pembicaraan dia ingin aku membuatkan lagu untuknya. Gitar saja soak, suara tidak bagus dan udah lama juga sih jadi aku benar-benar lupa cara membuat lirik lagu yang bagus. Teman-temanku yang selalu membantu pada sibuk. Tapi aku mengiyakan saja dan kita berdua langsung offline.
Bersambung...
K will- love is crying english
If we’re one step faster, if we’re one step later
Then we’re able to avoid our painful fate
It is useless trying to push me away, now I will not send you away
If you want to cry, then cry in my arms, because without you, I’ll die
My heart is crying, my heart is yelling, because of waiting to love one person
Made you cry, let you hurt, I’m crying now because I can’t forget you
My love is crying
Even if the whole world turns away from me, the person who will stay next to me
Because I have only given you hurt, I don’t even qualify to grab you
My heart is crying, my heart is yelling, because of waiting to love one person
Made you cry, let you hurt, I’m crying now because I can’t forget you
My love is crying
You don’t know how to tell lies, even if you show a bright smile, I notice
The sadness in your gaze
My love is crying, my love is yelling for you, I cannot send you away even one moment
Your smile is my breath, I can only live because of you
My heart is crying
Then we’re able to avoid our painful fate
It is useless trying to push me away, now I will not send you away
If you want to cry, then cry in my arms, because without you, I’ll die
My heart is crying, my heart is yelling, because of waiting to love one person
Made you cry, let you hurt, I’m crying now because I can’t forget you
My love is crying
Even if the whole world turns away from me, the person who will stay next to me
Because I have only given you hurt, I don’t even qualify to grab you
My heart is crying, my heart is yelling, because of waiting to love one person
Made you cry, let you hurt, I’m crying now because I can’t forget you
My love is crying
You don’t know how to tell lies, even if you show a bright smile, I notice
The sadness in your gaze
My love is crying, my love is yelling for you, I cannot send you away even one moment
Your smile is my breath, I can only live because of you
My heart is crying
lee seung gi- let's break up english
Who little bird told me, we go together well
We did'd met
Luke A little bird told me we'd be forever
So then I did
lie lie lie lie lie lie
lie lie lie lie lie lie lie lie lie lie
Now we break up, stop'll meet
South of the equator memories sometimes sad laughs
For you last say this only because they can not be
Pretending not to pretend, and we now live like
Who memories of a beautiful little bird told me
So when I was
lie lie lie lie lie lie
lie lie lie lie lie lie lie lie lie lie
Now we break up, stop'll meet
South of the equator memories sometimes sad laughs
For you last say this only because they can not be
Pretending not to pretend, and we now live like
Happy all the time for a moment like a grinning
All I give it to you
lie lie lie lie lie I'll take the tears
Leaving you able to laugh
You only came alive in order to
More than anyone else, you know
Must be happy now to let go and leave me,
Love me the same thing all forgotten
Live like .. Live like ..
missing like you crazy- taeyeon
Tidakkah kau tahu
Alasanku berada disini adalah dirimu
Dengan tatapan dingin aku tak dapat berkata-kata
Hanya memandangmu dalam kesendirian
Alasanku berada disini adalah dirimu
Dengan tatapan dingin aku tak dapat berkata-kata
Hanya memandangmu dalam kesendirian
Meskipun dasar hatiku merasakan sakit seperti ini
Meskipun ujung tanganku gemetar seperti ini
Aku hanya memikirkanmu
Meskipun ujung tanganku gemetar seperti ini
Aku hanya memikirkanmu
Orang yang kurindukan sampai aku merasa gila
Satu kata darimu yang ingin kudengar sampai gila
Aku mencintaimu, aku mencintaimu, dimanakah dirimu?
Orang yang kurindukan sudah melekat di dalam hatiku
Aku ingin menjagamu selamanya
Satu kata darimu yang ingin kudengar sampai gila
Aku mencintaimu, aku mencintaimu, dimanakah dirimu?
Orang yang kurindukan sudah melekat di dalam hatiku
Aku ingin menjagamu selamanya
Aku harus bagaimana?
Kau begitu dingin padaku
Meskipun begitu aku tetap merindukanmu
Kau begitu dingin padaku
Meskipun begitu aku tetap merindukanmu
Meskipun dasar hatiku merasakan sakit seperti ini
Meskipun ujung tanganku gemetar seperti ini
Aku tak dapat melupakanmu
Meskipun ujung tanganku gemetar seperti ini
Aku tak dapat melupakanmu
Orang yang kurindukan sampai aku merasa gila
Satu kata darimu yang ingin kudengar sampai gila
Aku mencintaimu, aku mencintaimu, dimanakah dirimu?
Orang yang kurindukan sudah melekat di dalam hatiku
Satu kata darimu yang ingin kudengar sampai gila
Aku mencintaimu, aku mencintaimu, dimanakah dirimu?
Orang yang kurindukan sudah melekat di dalam hatiku
Katakanlah padaku bahwa kau menjagaku
Tidak seharusnya kau menghapus bersih tentangku
Karena kau adalah segalanya bagiku
Tidak seharusnya kau menghapus bersih tentangku
Karena kau adalah segalanya bagiku
Orang yang kurindukan sampai aku merasa gila
Satu kata darimu yang ingin kudengar sampai gila
Aku mencintaimu, aku mencintaimu, dimanakah dirimu?
Dirimulah orang yang kurindukan sudah melekat di dalam hatiku,
Ingin selamanya menjagamu
Aku mencintaimu, aku mencintaimu
Satu kata darimu yang ingin kudengar sampai gila
Aku mencintaimu, aku mencintaimu, dimanakah dirimu?
Dirimulah orang yang kurindukan sudah melekat di dalam hatiku,
Ingin selamanya menjagamu
Aku mencintaimu, aku mencintaimu
Lee seung gi- Alone in love
Always roughness could I have a little noticed report
The city's pretend we're not interested in gold and ivory, cool man pretending to be
Try, ignoring the strange tone to come meet you
Movie of the drama's not that men do not
And now I no longer can not treat you differently
My heart you liked frank Could Look For
Shall We Love?
Or long solo, but because love seotulji
Than all men, than your ex-boyfriend you met
The most you'll love
Shall We Love?
Other men poured out upon you while I'm hesitating
Interest filled his eyes and friendly attitude I'm freaking out.
Try ignoring thinking, but no I do not
Not a man if you're so impractical staggering
And now I no longer can not treat you differently
My heart you liked frank Could Look For
Shall We Love?
Or long solo, but because love seotulji
Than all men, than your ex-boyfriend you met
The most you'll love
Shall We Love?
Shall We Love?
Or long solo, but because love seotulji
Than all men, than your ex-boyfriend you met
The most you'll love
Shall We Kiss?
I love you, sweet horse
Every day I want to bring you a brave man is
Will you stay by my side just like you have
Time or Rap) I do not think my eyes only heightened
A woman prisoner for a long time alone even know who is me
Now I've been waiting I'm saying
Can you do one more time earlier was talking about
Shall We Kiss?
I love you, sweet horse
Every day I want to bring you a brave man is
Will you stay by my side just like you have
Shall We Love?
Yesung- it has to be you english
Even today i wander in my memory
I’m pasing around on the end of this way
You’re still holding me tightly, even though i can’t see you any more
I’m losing my way again
I’m pasing around on the end of this way
You’re still holding me tightly, even though i can’t see you any more
I’m losing my way again
I’m praying to the sky i want see you and hold you more
that i want to see you and hold you more
that i want to see you and hold you more
It can’t be if it’s not you
i can’t be without you
i can’t be without you
it’s okay if i’m hurt for a day and a year like this
it’s fine even if my heart’s hurts
yes because i’m just in love with you
it’s fine even if my heart’s hurts
yes because i’m just in love with you
i cannot send you away one more time
i can’t live without you
i can’t live without you
it can’t be if it’s not you
i can’t be without you
i can’t be without you
it’s okay if i’m hurt for a day and a year like this
it’s fine even if my heart’s hurts
yes because i’m just in love with you
it’s fine even if my heart’s hurts
yes because i’m just in love with you
my bruised heart
is screaming to me to find you
where are you?
can’t you hear my voice?
to me
is screaming to me to find you
where are you?
can’t you hear my voice?
to me
if i live my life again
if i’m born over and over again
i can’t live without you for a day
You’re the one i will keep
you’re the one i will love
i’m.. yes because i’m happy enough if i could be with you
if i’m born over and over again
i can’t live without you for a day
You’re the one i will keep
you’re the one i will love
i’m.. yes because i’m happy enough if i could be with you
yesung- it has to be you
Intro : C G Dm G C G Oneuldo nae gieogeul ddarahaemeda Am C I gil kkeuteseo seoseongineun na Am G Dashin bol sudo eomneun niga nareul butjaba F G C Naneun tto I gireul mutneunda F E Neol bogo swibdago Tto ango swibdago Dm G Jeo haneulbomyeo gidohaneun nal Chorus : C Niga animyeon andwae F Neo eobshin nan andwae Dm G Am Na ireohke haru handareul tto illyeoneul F G C Am Na apado joha, nae mam dachyeodo joha nan Dm G C G Dm E Geurae nan neo hanaman saranghanikka G F Am F Na dubeon dashineun bonael su eopdago Dm G Na neoreul ittgo salsun eopdago~ Chorus : C Niga animyeon andwae F Neo eobshin nan andwae Dm G Am Na ireohke haru handareul tto illyeoneul F G C Am Na apado joha, nae mam dachyeodo joha nan Dm G C Geurae nan neo hanaman saranghanikka F G E Nae meongdeun gaseumi, neol chajaorago Am C Sorichyeo boreunda, u woo F Dm G Neon eodinneungeoni, naui moksori deulliji anni Naegeneun~ C F Na dashi sarado myeot boneul ttaeonado F G Am Harudo niga eobshi salsu eobneun na F G C Am Naega jikyeojul saram, Naega saranghal saram nan Dm G Am Geurae nan neo hanaman chungbuhanikka Dm G C Neo hanaman saranghanikka
Long Distance R? 11
Pukul 17.00 wib, sore hari yang menurutku agak mendung. Rasanya lelah sekali karena di ajak jalan-jalan dan lupa membawa jaket. Pokoknya mau rontok aja deh semua badanku. Sesampainnya di rumah, aku langsung menuju kamar untuk menganti celanaku dengan celana pendek dan menjepit rambut panjangku yang gatal itu dengan jepit bunga khas Bali. Saat aku keluar dari kamar, aku melihat seorang cowok berbadan tinggi keluar dari mobil dengan memakai baju warna biru jeans serta celana jeans style gembrong dan mengendong seorang anak balita.
Aku pun memicingkan mataku sampai benar-benat sipit. Ternyata orang itu sahabat penaku. Ku urungkan niatku untuk pergi wudhu dan entah mengapa aku langsung salah tingkah. Mau ke kamar? tidak mungkin padahal kamar juga udah ke buka, terus kalau mau ke kamar mandi dulu? kan belum menyapa. Sahabat lama itu 3 tahun nggak ketemu. Akhirnya aku pun memutuskan untuk pura-pura nonton TV saja.
"Mbak, itu Eko." Kata sepupuku yang baru saja masuk kuliah.
"Iya aku udah tahu," kataku sambil berdiri dan berjalan ke arah sepupuku itu, "dek, suruh sini orangnya."
Ia pun menganggukan kepalanya dan langsung memanggil namanya. Aku pun langsung salaman sambil bengong. Benar-benar tinggi, sungguh menakjubkan tinggi sekali dan aku pun langsung mencari sisi apik-nya orang itu serta mencocokkan dengan apa yang baru saja om ku katakan beberapa hari yang lalu.
"Oh, kamu orangnya. Ku kira pendek." Kataku dengan cuek tapi sedikit tersenyum.
Karena ada Ibu dan Bapaknya, aku juga langsung salim sambil tersenyum. Lalu aku pun permisi untuk shalat serta berterima kasih kepada ALLAH. Akhirnya aku bertemu juga.
Setelah Shalat aku pun keluar dari kamar, aku melihat cowok berbadan tinggi itu sudah tidak ada. Aku mengira pasti sedang di kamar adik-adikku. Ku buka pintunya dan ternyata ada. Aku pun berkata, "Kok pada di sini, kenapa nggak keluar? Oh ya, ku kira kamu pendek."
Suasana mendadak benar-benar hening, suara orang yang ada di hadapanku hampir tidak terdengar. Saking kecilnya, seperti tidak mengerti bahasaku.
"Mbak, kata Eko mana oleh-olehnya?" Kata sepupuku yang baru masuk kuliah.
"Nggak sempet, Mas." Kataku yang tiba-tiba memanggil dia dengan sebutan mas.
"Itu si Eko yang nanya bukan aku." Katanya sambil bengong.
"Aku jawabnya ke dia, dek." Jawabku kesal.
"Oh ya aku lupa, ya udah pada keluar."
"Ya ayo tapi kalian juga keluar, kalau nggak ada satu orang pun yang mau nemenin aku. Pokoknya aku pundung." Kataku seakan tahu apa yang mereka rencanakan.
"Ya, iya mbak. Ayo wis keluar"
Mereka pun keluar kamar dan dia mengikuti aku ke depan rumah. Padahal aku belum mau mengobrol tapi aku kan mau ke rumah Eyang dulu. Tadinya karena dia udah duduk manis, aku pun juga duduk sebentar sambil menyandrai Iam, tapi adikku udah manyun dan mengajakku untuk cepat ke rumah Eyang. Untungnya dia sabar, dia menyuruhku untuk menemani adikku dulu.
Bersambung .....
Aku pun memicingkan mataku sampai benar-benat sipit. Ternyata orang itu sahabat penaku. Ku urungkan niatku untuk pergi wudhu dan entah mengapa aku langsung salah tingkah. Mau ke kamar? tidak mungkin padahal kamar juga udah ke buka, terus kalau mau ke kamar mandi dulu? kan belum menyapa. Sahabat lama itu 3 tahun nggak ketemu. Akhirnya aku pun memutuskan untuk pura-pura nonton TV saja.
"Mbak, itu Eko." Kata sepupuku yang baru saja masuk kuliah.
"Iya aku udah tahu," kataku sambil berdiri dan berjalan ke arah sepupuku itu, "dek, suruh sini orangnya."
Ia pun menganggukan kepalanya dan langsung memanggil namanya. Aku pun langsung salaman sambil bengong. Benar-benar tinggi, sungguh menakjubkan tinggi sekali dan aku pun langsung mencari sisi apik-nya orang itu serta mencocokkan dengan apa yang baru saja om ku katakan beberapa hari yang lalu.
"Oh, kamu orangnya. Ku kira pendek." Kataku dengan cuek tapi sedikit tersenyum.
Karena ada Ibu dan Bapaknya, aku juga langsung salim sambil tersenyum. Lalu aku pun permisi untuk shalat serta berterima kasih kepada ALLAH. Akhirnya aku bertemu juga.
Setelah Shalat aku pun keluar dari kamar, aku melihat cowok berbadan tinggi itu sudah tidak ada. Aku mengira pasti sedang di kamar adik-adikku. Ku buka pintunya dan ternyata ada. Aku pun berkata, "Kok pada di sini, kenapa nggak keluar? Oh ya, ku kira kamu pendek."
Suasana mendadak benar-benar hening, suara orang yang ada di hadapanku hampir tidak terdengar. Saking kecilnya, seperti tidak mengerti bahasaku.
"Mbak, kata Eko mana oleh-olehnya?" Kata sepupuku yang baru masuk kuliah.
"Nggak sempet, Mas." Kataku yang tiba-tiba memanggil dia dengan sebutan mas.
"Itu si Eko yang nanya bukan aku." Katanya sambil bengong.
"Aku jawabnya ke dia, dek." Jawabku kesal.
"Oh ya aku lupa, ya udah pada keluar."
"Ya ayo tapi kalian juga keluar, kalau nggak ada satu orang pun yang mau nemenin aku. Pokoknya aku pundung." Kataku seakan tahu apa yang mereka rencanakan.
"Ya, iya mbak. Ayo wis keluar"
Mereka pun keluar kamar dan dia mengikuti aku ke depan rumah. Padahal aku belum mau mengobrol tapi aku kan mau ke rumah Eyang dulu. Tadinya karena dia udah duduk manis, aku pun juga duduk sebentar sambil menyandrai Iam, tapi adikku udah manyun dan mengajakku untuk cepat ke rumah Eyang. Untungnya dia sabar, dia menyuruhku untuk menemani adikku dulu.
Bersambung .....
Long Distance R? 10
Akhirnya aku memutuskan untuk SMS dia, menanyakan kapan dia akan tiba kembali di kampung halaman papaku ini. No Responding sampai aku buka-buka HP terus di perjalanan menuju SURAMADU.
***
Pagi menyinari senyumanku yang sangat manis, setelah mandi dan beres-beres baju. Aku pun berangkat dari rumah tante menuju Bali. Tapi Hpku berbunyi ternyata ada balasan SMS dari Eko.
Eko: Maaf banget baru bisa bales sekarang. Nggak tahu, kenapa?
Me: Aku mau ketemu kamu tapi sekarang aku mau ke Bali dulu.
Eko: Mau ngapain?
Me: Ingin tahu bali aja.
Lanjutannya aku benar-benar lupa. tapi tak perlu di ingat juga sih.
***
(3 hari kemudian)
Pukul 07.30 wib , aku tiba di kampung halaman papaku dengan pegal-pegal dan rambut gatal-gatal. Rasanya benar-benar mau botakin rambut. Sesampainnya di sana, adik sepupuku langsung pada memberikan informasi kecuali Agil yang sedang tidur terlelap di kamarnya.
"Mbak, Eko udah pulang lo." Kata adik sepupuku itu.
"Ya, kemarin nge-chat katanya mau futsal." Kata Iam.
"Oke kalau gitu. Alhamdulillah, nanti mbak ikut ya. Cukup tahu aja kok orangnya kayak apa" Kataku sambil mengedipkan mata.
"Oke deh, mbak. nanti sekitar jam 9"
Pukul 09.00 wib, dengan wajah acak-acakan dan belum mandi aku pun memakai kacamata dengan frame merah dan siap menuju ke tempat futsal itu. Dengan perasaan yang penuh tanda tanya, aku pun siap untu melihat langsung seperti apa sosok sahabatnya itu. Tapi aku bilang ke adik sepupuku, kalau sudah lihat ya langsung pulang kan "cukup tahu".
Sesampainnya di sana, di lihat motor berwarna hitam sudah parkir rapi di depan tempat futsal itu.
Lalu aku masuk dengan wajah yang agak jutek dan aku melihat sosok cowok postur badannya tinggi, berkulit agak hitam selayaknya cowok serta memakai kaos berwarna biru dengan celana warna merah sedengkul. Itukah sahabatku?
Setelah tahu, aku pun berpamitan dengan adik sepupuku. Namanya juga ingin tahu aja. Sesampainnya di rumah, adik kandungku mencegat untuk minta di antarkan ke tempat futsal itu. Aku bingung, nanti ngiranya urang ngejar-ngejar si hideng berambut tipis eta. Untungnya mereka langsung mengajakku balik, ternyata adik-adikku benar KEPO.
Bersambung.....
***
Pagi menyinari senyumanku yang sangat manis, setelah mandi dan beres-beres baju. Aku pun berangkat dari rumah tante menuju Bali. Tapi Hpku berbunyi ternyata ada balasan SMS dari Eko.
Eko: Maaf banget baru bisa bales sekarang. Nggak tahu, kenapa?
Me: Aku mau ketemu kamu tapi sekarang aku mau ke Bali dulu.
Eko: Mau ngapain?
Me: Ingin tahu bali aja.
Lanjutannya aku benar-benar lupa. tapi tak perlu di ingat juga sih.
***
(3 hari kemudian)
Pukul 07.30 wib , aku tiba di kampung halaman papaku dengan pegal-pegal dan rambut gatal-gatal. Rasanya benar-benar mau botakin rambut. Sesampainnya di sana, adik sepupuku langsung pada memberikan informasi kecuali Agil yang sedang tidur terlelap di kamarnya.
"Mbak, Eko udah pulang lo." Kata adik sepupuku itu.
"Ya, kemarin nge-chat katanya mau futsal." Kata Iam.
"Oke kalau gitu. Alhamdulillah, nanti mbak ikut ya. Cukup tahu aja kok orangnya kayak apa" Kataku sambil mengedipkan mata.
"Oke deh, mbak. nanti sekitar jam 9"
Pukul 09.00 wib, dengan wajah acak-acakan dan belum mandi aku pun memakai kacamata dengan frame merah dan siap menuju ke tempat futsal itu. Dengan perasaan yang penuh tanda tanya, aku pun siap untu melihat langsung seperti apa sosok sahabatnya itu. Tapi aku bilang ke adik sepupuku, kalau sudah lihat ya langsung pulang kan "cukup tahu".
Sesampainnya di sana, di lihat motor berwarna hitam sudah parkir rapi di depan tempat futsal itu.
Lalu aku masuk dengan wajah yang agak jutek dan aku melihat sosok cowok postur badannya tinggi, berkulit agak hitam selayaknya cowok serta memakai kaos berwarna biru dengan celana warna merah sedengkul. Itukah sahabatku?
Setelah tahu, aku pun berpamitan dengan adik sepupuku. Namanya juga ingin tahu aja. Sesampainnya di rumah, adik kandungku mencegat untuk minta di antarkan ke tempat futsal itu. Aku bingung, nanti ngiranya urang ngejar-ngejar si hideng berambut tipis eta. Untungnya mereka langsung mengajakku balik, ternyata adik-adikku benar KEPO.
Bersambung.....
Rabu, 24 Oktober 2012
Xtremelyfive
Masa SMA saya, di kelas XtremelyFIVE (X-5)
saya adalah tukang nangis, cerewet,tukang marah dsb. Tapi, ternyata saya nangis banyak juga yang menghibur. Kelas ini banyak campur aduknya. Konflik batin sampai konflik cinta juga ada (emangnya ardan). Saya bersyukur bisa di kelas ini, di sini benar-benar dapat pelajaran berharga dan berhasil juga bisa menyatukan dua sejoli yang lagi jatuh cinta. saya kapan ya? kapan-kapan kali. :D
Dan panggilan saya adalah bendahara galak serta Jawa (udah dari SD meren). =))
teman terdekatku di XtremelyFIVE (sohib) |
habis acoustic-an |
cokelat anti galau |
with my friends |
![]() |
Cover album PADUSM |
orang tergalau sedunia, nggak percaya? lebih galau dari saya, suka kena semprot marah saya dan suka di suruh beli makanan . |
saat terakhir di XtremelyFIVE |
huahhhhhhhhhhhhhh, padahal aku mau nulis banyak. cuma karena nggak enak badan jadi segini aja deh.
XTREMELYFIVE EMANG XTREM, nggak percaya buktikas sendiri :D
Long Distance R? 9
(lebaran 2012)
Mungkin menurut 3 adik sepupuku kecuali adik sepupuku yang jago masak itu tiada hari tanpa mem-bully ku. Sampai hari yang penuh fitri ini, mereka tetap saja mengodaku. Om juga ikut-ikutan, rasanya mau lari aja langsung ke pulau Cina. Tapi kalau dipikir-pikir ngapain aku ke Cina ya?
"Mbak, tahu nggak? Eko tuh baik banget." Kata Adik sepupuku yang baru masuk kuliah.
"Oh ya? kelihatannya emang baik sih." Kataku santai.
"Ganteng loh mbak." Kata Iam.
"Ya Mbak udah ganteng, dia komandan paskibra lagi." Kata Agil mengikuti.
"Terusssssssssssssssss? Oh ya, dia pendek ya?" tanyaku setengah penasaran.
"Nggak, dia itu tinggi banget." Kata Iam sambil mengaruk kepala.
"Oh ya dek, tahu nggak? kalau kamu tuh mirip banget sama temenku. Cuma dia maling, tapi karena kamu udah gede jadinya wajah kamu nggak kayak dia." Kataku serius kepada adik sepupuku yang baru masuk kuliah itu..
Lalu adik sepupuku menjawab sambil tersenyum, " di sekolahku juga ada mbak, yang mirip..... Eko. Hahahaha"
Wajahku mendadak berubah manyun dan menjawab perkataan adik sepupuku itu, "mbak ini serius dek."
"Oh ya mbak, mbak suka tah sama dia?"
"Ketemu aja belum dek, tapi dia pernah cerita katanya ada orang yang suka sama dia. Hmmm, lalu mereka jadian. Dan katanya dia itu cantik melebihi dunia ini. Namanya tuh aduh aku lupa dek."
"Oh, lebay banget tuh si Eko. Masih cantikkan mbak kok."
"Ahhh, masa kamu ini bisa aja." kataku sambil tersenyum.
"Udahan ah, ayo kita nyekar." Ajak Iam.
"Baiklah" Kataku dan 2 adik sepupuku serentak.
***
Pukul 10.00 wib , aku sampai di sebuah rumah saudara papa mungkin. Disitulah Om ku mulai cerita panjang lebar.
"Eko tuh orangnya apik, mbak. Badannya bagus dan ganteng pastinya." Kata om dengan mimik serius.
"Oh ya om? ya sih Kania bisa lihat kalau dia orang yang apik. tapi kalau badannya bagus dan ganteng. Kania kan belum lihat." Jawabku santai.
"Ya mbak, terus katanya ingin ketemu juga. Dulu waktu masih tinggal di sebelah rumah, Iam sering diajak makan. Pokoknya, udah kayak adik deh. Makannya kuat banget," kata Om sambil mengaruk kepalanya,"dan udah om saranin ke bapaknya kalau udah lulus di masukin ke AKPOL aja."
"Oh gitu, ya deh om."
Di situ aku semakin penasaran, wah badannya bagus. Bisa jadi seperti Lee min ho atau Hyun bin. Hahaha, atau jangan-jangan Om benar-benar mau ngibulin. bisa saja kan. Manusia bisa mengira-ngira tapi ALLAh yang tahu.
Bersambung...
Long Distance R? 8
(16 Agustus 2012)
"Sudah siap semuanya?" tanya papaku.
"Sudah pa, ayo kita berangkat." Kataku senang.
Akhirnya kita berangkat menuju kampung dimana papaku dilahirkan. Papaku pastinya sudah kangen berat dengan almarhum kakek dan nenek. Aku juga nggak sabar untuk bertemu dengan sepupuku dan Eko. Di perjalanan yang panjang, aku sama sekali nggak SMS-an yang ada aku twitter-an.
(18 agustus 2012)
Pagi hari yang cerah, menurutku. Karena akhirnya sampai juga, aku pun langsung tiduran di kamar tidur yang sudah di sediakan oleh tante. Adik sepupuku belum bangun dari mimpinya kecuali sepupuku yang sekarang duduk di bangku kuliah jurusan ilmu komunikasi itu. Kelihatannya sedang asyik dengan dapurnya, seakan dia itu chef master yang sedang melakukan experimen. Pukul 10 pagi tepatnya, adik sepupuku yang bernama Agil keluar dari kamarnya dengan wajah acak-acakkan tapi tetap keren. Menurut analisisku, tapi kalau analisis orang lain pastinya beda. Aku pun langsung menyapanya.
"Hai dek, kenal Eko?" tanyaku dengan wajah datar.
"Ya ampun mbak, pagi-pagi udah nanyain si Eko." Jawabnya senyum.
"Ya, nggak apa-apa. Mbakmu ini penasaran."
"Cieeee, mbak mau ketemuan nih," katanya tersenyum dan sedikit berlari menuju dapur, " mbak, katanya mbak Kania mau ketemu sama Eko."
"Adeuhhhh, mbak ceritanya sama si Eko?" Kata sepupuku yang seperti chef itu.
Wajahku pastinya sudah seperti udang rebus bila mengaca di kaca mobil atau kaca istana sekalipun. Rasanya aku mau teriak, saking malunya. Padahal cuma nanya aja, kok hebohnya se-Indonesia raya. Ini baru mau ketemu Eko, apalagi kalau aku dipeluk dan dicium Lee seung gi?.
"Habis penasaran dek, mbak udah kenal 3 tahun lewat Facebook." Kataku dengan tenang.
"Oh kamu kenal sama Eko?" tanya wanita berambut agak ikal itu.
"Hmmm, ya tante. Kata dia, dia pernah tinggal di sebelah rumah."
"Ya dulu emag di sebelah, cuma sejak Eyang(Nenek)-nya meninggal. Dia jadi tinggal di rumah peninggalan Eyang-nya itu." Kata wanita berambut ikal itu.
"Oh gitu ya tan."
"Tapi, Eko-nya lagi ke Madura loh." Kata Agil yang daritadi senyam-senyum sendiri.
"Udah tahu dak yey, jadi agak mustahil juga untuk bertemu." Kataku sambil berjalan menuju kamar.
Bersambung.....
"Sudah siap semuanya?" tanya papaku.
"Sudah pa, ayo kita berangkat." Kataku senang.
Akhirnya kita berangkat menuju kampung dimana papaku dilahirkan. Papaku pastinya sudah kangen berat dengan almarhum kakek dan nenek. Aku juga nggak sabar untuk bertemu dengan sepupuku dan Eko. Di perjalanan yang panjang, aku sama sekali nggak SMS-an yang ada aku twitter-an.
(18 agustus 2012)
Pagi hari yang cerah, menurutku. Karena akhirnya sampai juga, aku pun langsung tiduran di kamar tidur yang sudah di sediakan oleh tante. Adik sepupuku belum bangun dari mimpinya kecuali sepupuku yang sekarang duduk di bangku kuliah jurusan ilmu komunikasi itu. Kelihatannya sedang asyik dengan dapurnya, seakan dia itu chef master yang sedang melakukan experimen. Pukul 10 pagi tepatnya, adik sepupuku yang bernama Agil keluar dari kamarnya dengan wajah acak-acakkan tapi tetap keren. Menurut analisisku, tapi kalau analisis orang lain pastinya beda. Aku pun langsung menyapanya.
"Hai dek, kenal Eko?" tanyaku dengan wajah datar.
"Ya ampun mbak, pagi-pagi udah nanyain si Eko." Jawabnya senyum.
"Ya, nggak apa-apa. Mbakmu ini penasaran."
"Cieeee, mbak mau ketemuan nih," katanya tersenyum dan sedikit berlari menuju dapur, " mbak, katanya mbak Kania mau ketemu sama Eko."
"Adeuhhhh, mbak ceritanya sama si Eko?" Kata sepupuku yang seperti chef itu.
Wajahku pastinya sudah seperti udang rebus bila mengaca di kaca mobil atau kaca istana sekalipun. Rasanya aku mau teriak, saking malunya. Padahal cuma nanya aja, kok hebohnya se-Indonesia raya. Ini baru mau ketemu Eko, apalagi kalau aku dipeluk dan dicium Lee seung gi?.
"Habis penasaran dek, mbak udah kenal 3 tahun lewat Facebook." Kataku dengan tenang.
"Oh kamu kenal sama Eko?" tanya wanita berambut agak ikal itu.
"Hmmm, ya tante. Kata dia, dia pernah tinggal di sebelah rumah."
"Ya dulu emag di sebelah, cuma sejak Eyang(Nenek)-nya meninggal. Dia jadi tinggal di rumah peninggalan Eyang-nya itu." Kata wanita berambut ikal itu.
"Oh gitu ya tan."
"Tapi, Eko-nya lagi ke Madura loh." Kata Agil yang daritadi senyam-senyum sendiri.
"Udah tahu dak yey, jadi agak mustahil juga untuk bertemu." Kataku sambil berjalan menuju kamar.
Bersambung.....
Selasa, 23 Oktober 2012
Long Distance R? 7
Sementara di sekolahnya Eko, ia sedang memperhatikan mantannya yang satu kelas itu. Tiba-tiba sahabatnya yang aku ceritakan dengan memakai inisial teman sebangkunya (habis aku bingung mau pake samaran apa. Cha dae wong? kekerenan) itu duduk manis di sebelah Eko.
"Ko, ahhh diam aja bengong seperti sapi yang sedang mengidam-idamkan rumput yang segar."
"Eh ada kamu, nggak apa-apa aku heran aja kenapa dulu bisa pacaran sama teman sekelasku sendiri." Kata Eko setengah bersedih.
"Gitu aja di pikirin, sekarang yang perlu kamu pikirin adalah bagaimana kalau kamu ketemu sama yang namanya Kania cewek bandung yang dulu pernah kamu puja-puja sebelum kamu pacaran sama 4 cewek daerah sini yang nggak pernah kamu ceritain sama Kania. So apakah kamu sudah siap?"
Eko mendadak bingung mau menjawab apa pertanyaan yang di lontarkan oleh sahabatnya itu, dan ia juga berpikir keras perasaan dia pacaran sama 3 cewek kecuali first love-nya yang emang benar-benar nggak Kania ketahui. Yang Kania tahu cuma satu, adik kelas yang suka sama dia dan akhirnya di deketin yang awalnya bilang cocok langsung bilang nggak merasa nyaman.
"Jawab aku napa, Ko." Kata teman sahabatnya itu kesal.
"Pokoknya aku siap. Kalau memang aku ketemu sama dia."
"Good." Jawab sahabatnya sambil mengancungkan jempolnya.
***
(13 agustus 2012)
Eko dan adik sepupuku pergi ke tempat futsal yang tak jauh dari rumah adik-adikku. dekat alun-alun kabupaten.
"Eh, kalian udah tahu belum kalau mbak kalian mau kesini?" Tanya Eko penasaran.
"Belum, emang mbak Kania mau pulang?" Tanya Agil kaget.
"Ya, mbak kalian pulang. katanya sih berangkat tanggal 16 malam."
"Wow, cieee bisa tahu gitu." Kata Iman mengoda.
"Jelaslah, orang dia ingin ketemu aku. Aku pun begitu sih sebenarnya, tapi pastinya dia kesini mungkin aku udah meluncur ke Surabaya." Kata Eko sedih.
"Loh, bukannya kamu paskibra mengibarkan bendera tanggal 17 agustus kan?" Tanya Agil.
"Ya ngibarin dulu lah,Gil. secara aku ini komandannya."
"Oh okelah"
Bersambung .....
"Ko, ahhh diam aja bengong seperti sapi yang sedang mengidam-idamkan rumput yang segar."
"Eh ada kamu, nggak apa-apa aku heran aja kenapa dulu bisa pacaran sama teman sekelasku sendiri." Kata Eko setengah bersedih.
"Gitu aja di pikirin, sekarang yang perlu kamu pikirin adalah bagaimana kalau kamu ketemu sama yang namanya Kania cewek bandung yang dulu pernah kamu puja-puja sebelum kamu pacaran sama 4 cewek daerah sini yang nggak pernah kamu ceritain sama Kania. So apakah kamu sudah siap?"
Eko mendadak bingung mau menjawab apa pertanyaan yang di lontarkan oleh sahabatnya itu, dan ia juga berpikir keras perasaan dia pacaran sama 3 cewek kecuali first love-nya yang emang benar-benar nggak Kania ketahui. Yang Kania tahu cuma satu, adik kelas yang suka sama dia dan akhirnya di deketin yang awalnya bilang cocok langsung bilang nggak merasa nyaman.
"Jawab aku napa, Ko." Kata teman sahabatnya itu kesal.
"Pokoknya aku siap. Kalau memang aku ketemu sama dia."
"Good." Jawab sahabatnya sambil mengancungkan jempolnya.
***
(13 agustus 2012)
Eko dan adik sepupuku pergi ke tempat futsal yang tak jauh dari rumah adik-adikku. dekat alun-alun kabupaten.
"Eh, kalian udah tahu belum kalau mbak kalian mau kesini?" Tanya Eko penasaran.
"Belum, emang mbak Kania mau pulang?" Tanya Agil kaget.
"Ya, mbak kalian pulang. katanya sih berangkat tanggal 16 malam."
"Wow, cieee bisa tahu gitu." Kata Iman mengoda.
"Jelaslah, orang dia ingin ketemu aku. Aku pun begitu sih sebenarnya, tapi pastinya dia kesini mungkin aku udah meluncur ke Surabaya." Kata Eko sedih.
"Loh, bukannya kamu paskibra mengibarkan bendera tanggal 17 agustus kan?" Tanya Agil.
"Ya ngibarin dulu lah,Gil. secara aku ini komandannya."
"Oh okelah"
Bersambung .....
Long Distance R? 6
Karena sekarang aku duduk di bangku teratas di SMP, jadi harus fokus belajar. Supaya bisa masuk jenjang yang lebih tinggi. Aku masih suka SMS-an kok, cuma jarang. Karena telah beredar kabar bahwa si Eko sudah punya pacar lagi setelah putus dari adik kelasnya itu. Mungkin juga dia lupa pernah nembak aku 6 bulan yang lalu. Aku sih tenang-tenang aja dan memang lagi galau juga. Pertama karena sahabat dan kedua karena Ujian semakin dekat.
***
(Tahun 2011 sekitar bulan Juli)
"Akhirnya Ran, aku bisa naik dua tingkat dan tinggal nunggu 2 tahun lagi kita bisa kuliah." Kataku tersenyum.
"Hahaha, Kan masih lama. Tapi untungnya kita satu sekolah lagi ya, walau beda kelas."
"Ya sih Ran, benar banget tuh."
"Oh ya, Hmm.. sahabat pena kamu yang dari jawa. Masuk mana tuh orang?" Tanya Rani serius.
"Alhamdullilah, dulu katanya masuk SMK 1 tapi aku nggak nanya jurusannya karena dia keburu offline"
"Emangnya nggak SMS-an?"
"Hahaha, nggak sepertinya dari kita awal Ujian sampai sekarang kita nggak pernah SMS-an"
"Kok, nggak? jadi kalian berhubungan lewat Facebook dong?"
"Off course Rani" Kataku sambil tersenyum.
"Hmm, kamu penasaran nggak sih sebenarnya sama anak itu?"
Aku pun terdiam untuk berpikir, Apakah aku penasaran? dan apakah aku benar-benar ingin tahu wujud asli dari sahabat penanya itu. Mustahil tapi mungkin saja.
"Pastinya penasaran, dari 3 tahun yang lalu" Jawabku sambil menggaruk kepala yang tak gatal.
"Oke, terus kamu pernah penasaran nggak kenapa ALLAH memperkenalkan kamu sama orang yang mungkin mustahil eh nggak mungkin saja terjadi ketemu sama kamu?" Tanya Rani dengan tatapan seriusnya.
Sempat bertanya-tanya juga dalam batinku, kenapa ALLAH memperkenalkan aku sama dia dan secara kebetulan juga dia teman sepupuku yang di sana. Rumahnya juga berdekatan, membuat Kania semakin sering di bully di social networking oleh adik sepupunya.
"Kania, yaahhh malah bengong." Kata Rani kesal.
"Oh ya, sempat banget malahan. Nggak ngerti aku juga."
"Jodoh kali ya."
"Maneh deui jodoh, Ran."
"Hahaha, ya sudah deh. Oh ya, nanti lebaran kamu kesana kan?"
"Ya, papaku udah janji dan aku harus ketemu sama orang itu."
"Udah ngasih tahu dia belum?"
"Off couse jelas sudah dong, biasa lewat Facebook"
"Ya ampun Kan, suruh buat twitter deh mending tuh orang."
"Gampang bisa diatur, eh tuh gurumu mau masuk ke kelas."
"Ya udah deh kalau gitu, Kan. ada apa-apa kamu harus kasih tahu aku." Kata Rani setengah berlari menuju kelasnya.
"Sip deh."
Bersambung....
***
(Tahun 2011 sekitar bulan Juli)
"Akhirnya Ran, aku bisa naik dua tingkat dan tinggal nunggu 2 tahun lagi kita bisa kuliah." Kataku tersenyum.
"Hahaha, Kan masih lama. Tapi untungnya kita satu sekolah lagi ya, walau beda kelas."
"Ya sih Ran, benar banget tuh."
"Oh ya, Hmm.. sahabat pena kamu yang dari jawa. Masuk mana tuh orang?" Tanya Rani serius.
"Alhamdullilah, dulu katanya masuk SMK 1 tapi aku nggak nanya jurusannya karena dia keburu offline"
"Emangnya nggak SMS-an?"
"Hahaha, nggak sepertinya dari kita awal Ujian sampai sekarang kita nggak pernah SMS-an"
"Kok, nggak? jadi kalian berhubungan lewat Facebook dong?"
"Off course Rani" Kataku sambil tersenyum.
"Hmm, kamu penasaran nggak sih sebenarnya sama anak itu?"
Aku pun terdiam untuk berpikir, Apakah aku penasaran? dan apakah aku benar-benar ingin tahu wujud asli dari sahabat penanya itu. Mustahil tapi mungkin saja.
"Pastinya penasaran, dari 3 tahun yang lalu" Jawabku sambil menggaruk kepala yang tak gatal.
"Oke, terus kamu pernah penasaran nggak kenapa ALLAH memperkenalkan kamu sama orang yang mungkin mustahil eh nggak mungkin saja terjadi ketemu sama kamu?" Tanya Rani dengan tatapan seriusnya.
Sempat bertanya-tanya juga dalam batinku, kenapa ALLAH memperkenalkan aku sama dia dan secara kebetulan juga dia teman sepupuku yang di sana. Rumahnya juga berdekatan, membuat Kania semakin sering di bully di social networking oleh adik sepupunya.
"Kania, yaahhh malah bengong." Kata Rani kesal.
"Oh ya, sempat banget malahan. Nggak ngerti aku juga."
"Jodoh kali ya."
"Maneh deui jodoh, Ran."
"Hahaha, ya sudah deh. Oh ya, nanti lebaran kamu kesana kan?"
"Ya, papaku udah janji dan aku harus ketemu sama orang itu."
"Udah ngasih tahu dia belum?"
"Off couse jelas sudah dong, biasa lewat Facebook"
"Ya ampun Kan, suruh buat twitter deh mending tuh orang."
"Gampang bisa diatur, eh tuh gurumu mau masuk ke kelas."
"Ya udah deh kalau gitu, Kan. ada apa-apa kamu harus kasih tahu aku." Kata Rani setengah berlari menuju kelasnya.
"Sip deh."
Bersambung....
Senin, 22 Oktober 2012
Long Distance R? 5
Akhirnya karena aku jarang buka FB, ceweknya ngewall ke dinding fbku. Intinya adalah Eko kenapa? dengan siapa, semalam berbuat apa? ya allah jadi kayak lagu. nggak kok intinya cuma satu tadi Eko kenapa? aku jawab seadanya aja, tanpa di ubah dan tanpa karangan.
Sebagai sahabat yang baik aku ngomong ke Eko, maksudnya ngadu. dan dia menjawab, "tadinya, aku mau nembak dia lagi. Tapi dia udah seperti itu ke cowok lain. aku udah terlalu sakit sama dia, jangan harap ada kesempatan kedua."
Di situ aku berpikir, ini cowok hatinya terlalu lembut dan nggak bisa tersakit mungkin. Ini adalah analisis sementara dari kasus yang di namakan galau akut (galau keterlaluan). bikin mellow. Tetap seperti sebelumnya, aku jawab seadanya.
***
lanjutan cerita awal.
"Kan, Kan. yaelah kamu kok tidur di kantin begini?" tanya Rani.
"Hah, ada apa Ran?" jawab Kania sambil menguap.
"Ya, kenapa kamu tidur di kantin begini sampai makanan dingin semua." Kata Rani kesal.
"Yaelah, aku ngantuk. tapi tadi aku mimpi sesuatu tentang si Eko."
Wajah mungil Rani mendadak bengong saat mendengar sahabatnya bercerita itu, "Ya ampun, awas kamu bisa-bisa suka"
"Idiih, lagian kita berdua mau fokus belajar kali."
"Jangan begitu deh."
"Ahhh, daripada kamu ngaco kita cabut aja ke kelas. mumpung guru fisika dan matematika nggak ada, aku mau tidur sepuasnya di kelas."
"Mau mimpiin lagi?"
"Raniiiiiiiiiiiiiiiiiii"
Mereka pun berlari menuju kelas.
Sementara si Eko di sana.
"Ya allah Ko, ketiduran again? heh bangun" kata teman sebangkunya itu.
"Hah? ada apa cuy?" tanya Eko sambil mengucek matanya.
"Gimana kamu mau langsing kayak Ade Rai kalau habis makan 3 piring bakso langsung tidur begini, di kantin pula. Nggak Elit, sob" kata teman sebangkunya itu dengan panjang lebar.
"Ade Rai tuh badannya kekar bukan langsing dodol. yang langsing itu kayak Yesung Super Junior." Jawab Eko tersenyum lebar.
"Iyeyy Yesung aja, aku nih Cha dae wong"
"Eh sarapp, hahaha. Tahu nggak, tadi aku sempat mimpiin Kania."
"Yang benar kamu? Cieee cewek bandung."
"Aaahhh udah ah kita ke kelas aja" ajak Eko dengan muka yang merah padam.
Bersambung.....
Sebagai sahabat yang baik aku ngomong ke Eko, maksudnya ngadu. dan dia menjawab, "tadinya, aku mau nembak dia lagi. Tapi dia udah seperti itu ke cowok lain. aku udah terlalu sakit sama dia, jangan harap ada kesempatan kedua."
Di situ aku berpikir, ini cowok hatinya terlalu lembut dan nggak bisa tersakit mungkin. Ini adalah analisis sementara dari kasus yang di namakan galau akut (galau keterlaluan). bikin mellow. Tetap seperti sebelumnya, aku jawab seadanya.
***
lanjutan cerita awal.
"Kan, Kan. yaelah kamu kok tidur di kantin begini?" tanya Rani.
"Hah, ada apa Ran?" jawab Kania sambil menguap.
"Ya, kenapa kamu tidur di kantin begini sampai makanan dingin semua." Kata Rani kesal.
"Yaelah, aku ngantuk. tapi tadi aku mimpi sesuatu tentang si Eko."
Wajah mungil Rani mendadak bengong saat mendengar sahabatnya bercerita itu, "Ya ampun, awas kamu bisa-bisa suka"
"Idiih, lagian kita berdua mau fokus belajar kali."
"Jangan begitu deh."
"Ahhh, daripada kamu ngaco kita cabut aja ke kelas. mumpung guru fisika dan matematika nggak ada, aku mau tidur sepuasnya di kelas."
"Mau mimpiin lagi?"
"Raniiiiiiiiiiiiiiiiiii"
Mereka pun berlari menuju kelas.
Sementara si Eko di sana.
"Ya allah Ko, ketiduran again? heh bangun" kata teman sebangkunya itu.
"Hah? ada apa cuy?" tanya Eko sambil mengucek matanya.
"Gimana kamu mau langsing kayak Ade Rai kalau habis makan 3 piring bakso langsung tidur begini, di kantin pula. Nggak Elit, sob" kata teman sebangkunya itu dengan panjang lebar.
"Ade Rai tuh badannya kekar bukan langsing dodol. yang langsing itu kayak Yesung Super Junior." Jawab Eko tersenyum lebar.
"Iyeyy Yesung aja, aku nih Cha dae wong"
"Eh sarapp, hahaha. Tahu nggak, tadi aku sempat mimpiin Kania."
"Yang benar kamu? Cieee cewek bandung."
"Aaahhh udah ah kita ke kelas aja" ajak Eko dengan muka yang merah padam.
Bersambung.....
Missing like crazy- taeyeon (enlish sub)
Don't you know me?
The reason i'm here is you.
I'm losing my sight, so i can't say anything.
I just look at you by myself.
*Even if my hearts hurts painfully.
Even if my fingertips tremble like this.
I can only think of you.
Reff:
The person whom I miss like crazy.
The words I want to hear from you like crazy.
I love you, I love you.
I love you where are you?
The person whom I long for deeply stuck in my heart.
I want to cherish you forever.
What should I do?
Even if you're cold towards me.
But I still miss you.
*Even if my hearts hurts painfully.
Even if my fingertips tremble like this.
I still cannot forget about you.
Back to Reff
Please tell me that you cherish me.
Please don't bluntly erased me because you're my everthing.
The reason i'm here is you.
I'm losing my sight, so i can't say anything.
I just look at you by myself.
*Even if my hearts hurts painfully.
Even if my fingertips tremble like this.
I can only think of you.
Reff:
The person whom I miss like crazy.
The words I want to hear from you like crazy.
I love you, I love you.
I love you where are you?
The person whom I long for deeply stuck in my heart.
I want to cherish you forever.
What should I do?
Even if you're cold towards me.
But I still miss you.
*Even if my hearts hurts painfully.
Even if my fingertips tremble like this.
I still cannot forget about you.
Back to Reff
Please tell me that you cherish me.
Please don't bluntly erased me because you're my everthing.
Sabtu, 20 Oktober 2012
MY GIRL NINA
Nina namanya, seorang gadis
berwajah oriental yang selalu membuatku terpana melihatnya. Dia sering
memanggilku “Rio” sambil tersenyum. Aku memang baru mengenalnya, tapi dia
begitu istimewa, sampai aku tidak bisa bayangkan betapa aku menyukainya.
Sifatnya periang dan selalu membuatku tertawa itu benar-benar membuatku seakan dekat sekali dengannya, entah kapan aku mulai bersahabat dengannya. Aku sadar nggak gampang untuk membuat hatinya luluh kepadaku, bahkan sahabatnya Arif pun menyukainya juga. Aku tak mengerti, apa yang harus ku lakukan?, tapi aku optimis untuk tidak menyerah.
“Rif, apakah kamu melihat Rio?.” Tanya Nina.
“Aku tidak melihatnya,” balas Arif sambil memegang kertas gorengan, “mungkin ada di kantin.”
“Oke, terimakasih Arif.” Kata Nina tersenyum.
Nina mencariku ke kantin, karena memang di situlah aku. Expresi wajah Nina yang begitu cemas bisa kulihat dari kejauhan menuju kantin, Akhirnya aku memanggil duluan.
“Nina......Nina......”
Nina pun membalikkan badannya dan merespon panggilanku.
“Huh, kamu ini. kemana aja? Aku mencarimu.” Kata Nina dengan nafasnya yang tersengal-sengal.
“Ada apa Nin? Kok tumben mencariku?.” Tanyaku terheran-heran.
“Oh, kok di bilang Tumben sih? Aku mencarimu karena tugas kamu belum selesai,” Jawab Nina sambil mengatur nafasnya, “Oh, ya Ri, tadi pacar kamu ke kelas dan menanyakanmu.”
“What? Reka mencariku?.” Tanyaku kaget.
“Ya, tadi dia itu menanyakanmu sambil menatapku sinis. Ada apa dengan hubunganmu Ri?.”
“Oh, tak apa Nin.”
“Ayo mengakulah, kita ini bersahabat, hampir 1 tahun lagi. Kamu bisa cerita ke aku ataupun Arif.” Kata Nina dengan senyumnya yang membuatku seakan terbang.
“Ya, nanti aku akan cerita semuanya.”
“Oke, kalau begitu, kita ke kelas yukkkk......”
Aku pun mengiyakan ajakan Nina itu, dan pergi ke kelasku X-H di daerah atas. Sesampainya di kelas, aku duduk di sebelah Arif. Arif pun bertanya, “Woy, tadi Nina nanyain kamu ke aku. Apakah udah ketemu dengan Nina?.”
“Sudah kok, baru saja.” Jawabku singkat.
“Bisa-bisa aku kalah nih denganmu,” kata Arif sambil mengeluarkan buku tulisnya, “kamu udah dapat satu point.”
“Ah...sudahlah, nanti aja kita bicarakan soal siapa yang dapat Nina. Kita belajar aja dulu, mumpung lagi pelajaran kesukaan aku nih.”
“Oh, oke, seperti biasa tulis yang punya aku juga.”
“Ya, Raden Arif.”
Suasana kelas menjadi Hening, ketika semua siswa sibuk mengerjakan tugas Individu dari guru bahasa jerman. Aku yang biasanya malas, kini berubah menjadi rajin. Aku pun berpikir mengapa nggak dari dulu aja aku begini? Terus mengapa aku harus sadar sekarang?. Yang jelas, kini aku berubah menjadi sosok laki-laki yang bisa di banggakan oleh ibu, bapak dan Nina tentunya.
Aku tak mengerti sampai saat ini mengapa aku begitu menyukainya, bahkan orang yang lebih tua pun tak mengerti. Apa yang seharusnya aku perbuat? Karena, aku masih terikat oleh seseorang bernama Reka. Aku berpacaran dengan Reka saat lulus SMP dan aku tak menyangka bisa satu sekolah lagi dengannya, bahkan bukan aku yang menyatakan perasaan ini melainkan gadis itu.
Nina, aku dan Arif memang sangat dekat sejak kami memasuki kelas 9. Tak menyangka aku bisa satu sekolah bahkan sekelas lagi dengan mereka. Dan aku sangat bersyukur tidak sekelas dengan gadis berbadan kurus itu yang kini masih menjadi pacarku. Aku bahagia bisa sekelas dengan Nina yang periang dan selalu membuat hatiku tenang.
Lamunanku buyar, ketika Nina memanggilku “Rio....Rio...Rio...” dengan sangat kencang.
“Eh Nin, maaf aku lagi berpikir.” Kataku kaget.
“Berpikir apa? Oh, ya aku mau nanya.”
Aku yang tiba-tiba tersenyum mendengar apa yang mau Nina tanyakan, aku berpikir mungkin dia mau menanyakan soal perasaanku.
“Mau nanya apa Nin?.” Jawabku yang masih berharap Nina menanyakan hal itu.
“Ini Rio, ada berberapa nomor yang nggak bisa aku kerjakan. Tolong aku dong.”
Hatiku tiba-tiba mendadak jatuh seperti pesawat yang menjatuhkan bom sebesar pulau ini, aku pun melihat isi pekerjaanku dan mengasihkannya ke Nina tanpa berkata apapun. Nina hanya tersenyum lalu pergi menuju tempat duduknya.
“teng....teng....teng....” Bel istirahat berbunyi begitu nyaring di telingaku, aku pun kebawah bersama Arif tentunya. Aku pergi ke kantin untuk membeli makanan yang aku sukai tentunya, aku terkenal akrab dengan bibi kantin karena, selalu mentraktir teman.
“Rio...sayangku.” sapa seorang gadis yang mungkin pacarku.
“Oh, kamu Reka. Ada apa?.” Jawabku singkat.
“tak apa, Untungnya kamu nggak lagi sama gadis udik itu ya.”
Emosiku memuncak dan tanpa disadari aku berkata, “wah, gila ya kamu. Badan udah kecil, tinggi nggak seberapa tapi sombong sekali. Pake acara ngehina orang lagi, kamu tuh yang udik.”
“Apa sayang? Kamu bilang aku udik, kita ini sederajat loh.” Jawab Reka dengan nada sombongnya.
“Hah... sederajat kau bilang? Maaf ya, semuanya itu sederajat di mata Tuhan. Bukan karena bapak kita sama-sama orang terpandang, kamu bisa seenaknya berkata seperti itu.”
“grrrrrrr, kamu tahu? Apa yang kamu katakan itu merupakan bumerang untuk diri kamu sendiri?.”
“Aku nggak takut Reka, mulai saat ini hubungan kita cukup sampai disini.”
“Apa? Lihat aja nanti, apa yang akan aku lakukan kalau kamu berani-berani pacaran sama gadis udik itu.” Kata Reka terakhir sambil membalikkan badan meninggalkan kantin.
Saat itu kantin menjadi sangat rame, di penuhi oleh orang-orang berbaju putih dan celana abu dengan berbagai tingkatan. Mungkin itu adalah pertengkaran hebat untuk seorang anak berusia 16 tahun yang baru 6 bulan menginjakan kakinya di SMA.
“kamu nggak malu io?.” Tanya Arif.
“ngapain malu kalau kita membela orang yang begitu berarti untuk kita.” Jawabku sambil meminum teh gelas.
“tapi itu extrem banget, sungguh tak menyangka kamu bisa seperti itu.”
“oh, ya dong Rio.”
Akhirnya aku dan Arif pun memutuskan untuk kembali ke kelas, ternyata Nina sudah ada di depan kelas sedang membaca buku keseukaannya sambil mengelus-elus rambut panjangnya itu. Sungguh, aku ingin sekali memegang rambutnya. Arif pun menyapanya dan Nina hanya tersenyum. Aku pun duduk dengan perasaan yang sangat bingung, apa yang akan di lakukan Reka? Buruk kah untukku? Kurasa itu tidak akan membuat seburuk bencana tsunami di Aceh.
“Rio...Arif...” sapa Nina dengan wajah yang sangat gembira.
“Ada apa Nina.” Jawabku dengan Arif.
“Nggak, aku Cuma mau ngasih cerpen yang aku baca. Ceritanya seperti kita bertiga itu adalah tokoh utamanya.”
“Nanti kita baca deh Nin.” Jawabku singkat.
“Kamu galau Ri? Kok bisa?.”
“Ya tadi itu dia habis putus sama Reka.” Jawab Arif sambil membenarkan kacamatanya.
“Oh, ya udah sabar aja Ri.”
Nina memanglah polos, baik hati dan tidak pernah mau berurusan dengan orang banyak. Maklum dia hanyalah seorang anak peternak sapi yang hidupnya sangat sederhana. Aku pernah sekali ke rumahnya bersama Arif, dan aku sangat merasa iba kepadanya. Tapi aku bersyukur, aku masih hidup di keluarga yang cukup, dan apapun yang aku inginkan tercapai walau ayah dan ibuku hampir tidak pernah terlihat di rumah.
Sedangkan Nina? Mau membeli sebuah buku paket saja, ia harus rela mati-matian untuk membelinya. Nina memang sangat rajin apalagi kalau sudah urusan pelajaran. Aku belajar darinya, bahwa ‘orang susah itu berhak belajar dan mengenal dunia yang lebih luas’. Nina selalu berkata “Ngapain kita gaya-gaya kalau nggak punya kemampuan? Dan mengapa kita harus bergaya? Padahal, dunia ini masih banyak yang perlu kita pelajari. Bergaya boleh, tapi yang pasti-pasti aja nggak usah berlebihan. Daripada gaya, mending kita membeli buku untuk kita baca, agar kita tahu tentang dunia yang sangat luas ini dan dari kita membaca, kita mampu bergaya lazim.”
Kata-kata yang menurutku benar-benar mengejutkan dari seorang gadis berwajah oriental itu. Kata-kata itu sering keluar ketika aku membicarakan soal style, aku salut dengannya karena, ia adalah gadis yang berbeda. Ia tak silau dengan motor ninja yang sekarang selalu di perbincangkan para gadis pada umumnya. Sungguh, kalau aku memilikinya, aku pasti nggak akan pernah melepasnya.
“Halo udik...” sapa seorang gadis berbadan kurus yang tiba-tiba masuk ke kelas kami.
“Kamu mau cari siapa? disini nggak ada yang namanya udik.” Jawab Nina santai.
“Maksud aku itu, kamu Nina.”
“Ada apa Reka?.” jawab Nina sambil berjalan menuju ke arah Reka.
“Aku perlu ngomong.” Kata Reka sambil menarik tangan Nina keluar.
Aku tahu Reka adalah gadis yang berani berbuat seperti itu, tapi aku nggak merasa terlalu khawatir terhadap Nina. Karena Nina adalah gadis yang lebih kuat di bandingkan dengan gadis-gadis lain. Aku mendengar semua percakapan mereka, dan feeling ku memang benar, Nina langsung pergi meninggalkan Reka begitu saja. Aku pun tertawa lebar bersama Arif, sungguh malang mantanku itu.
Reka yang semakin hari berusaha untuk merusak citra Nina yang baik, sopan, dan tak mau berurusan dengan orang banyak itu. Aku hanya terdiam, mendengar semua informasi yang ada. Nina pun hanya diam membeku seperti es dan tidak berkata apapun kepadaku. Aku pernah bertanya kepadanya tentang apa yang Reka perbuat kepadanya, dan dia hanya menjawab “Biasa, masalah anak perempuan, tapi tidak terlalu perlu di tanggepin, karena dia hanya korban salah paham dari hatinya sendiri. Hatinya belum bisa menerima apa yang telah terjadi.”
Sungguh jawaban dari anak seorang peternak sapi yang bijak. Semua itu karena prinsipnya yang tak mudah di kalahkan oleh amarahnya sendiri, dia memang the best, aku yakin kelak dia akan benar-benar sukses melebihi kesuksesan yang sekarang di raih oleh Reka. Kalau boleh memilih waktu mengapa dulu aku menerimanya, sungguh bodohnya aku. Mungkin karena faktor umur yang masih terlalu muda.
Sampai akhirnya pun aku melakukan hal yang sangat menyakitkan bagi hati Nina, iya aku meninggalkannya begitu saja. Dia tersenyum kepadaku tapi aku tidak pernah membalasnya, begitu pun dengan salam hangat sapaannya. aku juga tak pernah membalasnya. Sebenarnya aku bimbang, entah mengapa aku memang harus meninggalkan gadis polos itu. Mungkin karena, Nina pernah menyakiti hatiku.
“Rio, kamu kenapa? Aku salah apa sama kamu? Kita ini sahabat, kenapa kamu diam aja. Ayo Rio jawab aku.” Kata Nina kepadaku.
“Oh, kamu sahabat aku ya? Lupa tuh. Setahuku, aku tak pernah mempunyai sahabat udik sepertimu.” Jawabku dengan sedikit menghina.
Nina pun menundukkan kepala, terdiam dan menangis. Lalu ia menjawab, “Aku memang udik Ri, aku hanyalah seorang anak peternak sapi. Seharusnya aku sadar dari dulu. Bahwa, aku memang tak pantas untuk bersahabat dengan anak seorang pengusaha seperti kamu. Maafkan aku Ri, karena tak tahu diri.”
Setelah menjawab jawabanku yang terkesan menghina, Nina pun lari dan aku mengejarnya. tapi saking sedihnya Nina menabrak Arif. Dan Arif pun bertanya, “Kamu kenapa Nin?.”
“Rio, Rif. Dia berubah, dia bukan yang aku kenal.” Jawabnya kepada Arif.
Langkahku pun berhenti dan aku tak jadi untuk menghampiri Nina yang saat itu menangis di pelukan Arif. Batinku berbicara “Good job Rio, kamu telah membuat satu-satunya orang yang kamu sayangi itu menangis. Dan pastinya itu membuat kamu tak akan menyesal. Maafkan aku Nin, aku terpaksa. Karena, aku ingat kata-kata Reka.”
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Arif yang menghampiriku dengan wajah yang sangat merah seperti api itu lalu ia berkata, “Kamu itu kenapa Rio? Kenapa? Aku tanya kamu kenapa? jawab Rio. Nggak bisa jawab. Kamu Muna Rio, padahal kita sama-sama punya perasaan kepada Nina kan? Oh, atau mungkin perasaan kamu itu Cuma main-main selama ini.”
Amarahku memuncak tanpa sengaja aku pun memukul Arif dan menjawab, “Perasaan aku ini nyata dan nggak pernah main-main. Suatu saat aku akan bongkar semua rahasiaku kepadamu dan tolong jangan ikut campur.”
Arif yang tak mampu berkata lagi pun akhirnya memilih untuk diam, karena ia tahu aku mempunyai maksud lain untuk meninggalkan Nina. Mungkin ia berpikiran sama denganku, jadinya ia diam dan langsung pergi meninggalkanku. Tak sengaja, aku pun melihat Nina yang sedang membereskan bukunya di kelas dengan wajah yang penuh senyuman. Tapi aku tahu jelas, bahwa Nina sedang menutupi kesedihannya dengan cara begitu agar orang-orang tidak simpati melihatnya. Nina pun beranjak dari tempat duduknya menuju pintu, aku pun masih di pintu saat itu dan sedang asyik melamun sambil melihat Nina.
“Permisi Rio, kamu menghalangi jalanku.” Kata Nina dengan tatapan yang penuh kesedihan.
“Oh, ya maaf Nin.” Jawabku terbata-bata.
kulihat perempuan yang benar-benar aku sukai itu, berjalan dengan penuh tangisan dan kesedihan. Aku tak mengerti, apa yang selanjutnya akan aku perbuat? Apa aku sanggup berdiam-diaman dengan Nina selama 3 tahun lebih?. Kurasa aku tak akan sanggup dengan semua itu.
Akhirnya aku sudah tak tahan menjalani semua ini, walau baru 2 bulan aku mendiami Nina. Lalu, aku pun mengejarnya dan aku pun berkata, “Nin, boleh kita bicara?.”
“Bicara apa lagi? Memangnya kamu nggak malu apa bicara denganku?.” Jawabnya dengan muka memelas.
“Aku nggak malu, Nin. Berhenti untuk merendahkan diri kamu!”
“Bukannya beberapa bulan yang lalu kamu pernah bilang nggak mungkin punya sahabat seperti aku? Tapi mengapa kamu jadi berubah lagi?.”
“Ya, maka dari itu kita harus bicara.”
“Oke, aku akan mendengarkanmu.”
“Ya, aku juga akan mendengarkanmu Rio.” Kata Arif yang tiba-tiba datang.
“Arif, kamu ngapain disini.” Tanya Nina.
“Sudahlah Nin, aku nggak akan biarkan orang ini buat kamu menderita lagi.”
“Baik....baik Rif, kamu boleh ikut mendengarkan juga. Ayo kita ke kelas.” Kataku mengizinkan.
Suasana di kelasku sangat hening. Nina dan Arif pun benar-benar mendengarkanku bercerita, dan Nina hanya tersenyum lega tapi kalau Arif, dia mengomeliku habis-habisan karena telah begitu. Arif pun berkata, “itu adalah hal bodoh yang tidak patut dilakukan. Karena itu bisa merusak persahabatan yang ada.” Akhirnya aku, Nina dan Arif pun tertawa puas. Sampai akhirnya ada suara seperti pintu yang di tendang, ternyata di depan pintu ada Reka dengan wajah yang menunduk seperti orang yang habis kena musibah.
Tapi entahlah, aku sama sekali tak mengerti dengan mantanku itu. Mengapa dia selalu mengganggu kehidupanku? Apakah dia belum puas melihatku menderita selama 2 bulan ini? itu sudah pasti, dia nggak akan pernah puas kalau Nina belum menghilang dari kehidupanku. Reka pun akhirnya menegakkan kepalanya dan berkata, “kau jahat Rio, mengapa kau memilih gadis peternak sapi itu?,” aku pun menjawab, “karena dia adalah orang yang sangat berarti untuk hidupku!! Dia polos, baik hati, dan selalu menghindari masalah. Tak seperti kamu Reka. Mungkin kau berani, tapi kau itu sombong! Aku tak suka sama kamu sejak awal kita pacaran.”
“Lalu, mengapa kau menerimaku?.” Tanya Reka kembali.
“Karena........” jawabku bingung.
“Kamu nggak bisa jawab, kan? Aku tahu, karena Nina sedang di dekati oleh laki-laki lain kan?.”
“Oke, aku mengakui sekarang. Jawabanmu semua benar Reka! I do so give up from Nina, tapi sekarang aku sadar bahwa itu salah dan aku nggak akan pernah menyerah.”
Nina pun berdiri dari kursinya menuju ke arah pintu untuk menemuiku dan Reka yang sedang asyik perang mulut.
Nina yang menatapku dengan tajam dan penuh dengan pertanyaan besar itu membuatku sangat tegang. Serta, Arif yang tadinya tertawa melihatku perang mulut dengan Reka tiba-tiba terdiam seperti batu dan tanpa suara sedikit pun.
“Rio, begitu besarkah cintamu kepadaku? Aku hanya anak seorang peternak sapi sederhana bahkan aku tak cantik.” Tanya Nina yang masih bingung dengan perkataanku tadi.
“Oke, Nin dari sejak kita sahabatan aku memang suka sama kamu bukan sama Reka.” Jawabku dengan lancar.
Nina pun terdiam dan tak bisa berbicara apapun, lalu Arif pun akhirnya angkat bicara juga. “Nin, apa yang di katakan oleh Rio itu benar dan aku juga memiliki perasaan yang sama denganmu.”
“Sebenarnya, aku bingung mau menjawab apa. Kalian begitu baik kepadaku.” Jawab Nina dengan nada yang pelan.
“Kamu tak perlu melakukan apa-apa Nin.” Jawabku pada gadis berwajah oriental itu.
Suasana di depan pintu kelasku itu, kini hening dan sepasang mata kini seakan melihatku dengan tatapan yang sangat tegang. Tiba-tiba Nina memelukku dan berkata, “Rio, aku tahu kamu sangat menyukaiku. Sampai-sampai, kau rela untuk menjauhiku dan menderita demi aku. I love you, Rio and thank you.” Tanpa disadari, aku pun tersenyum lebar dan saat itu juga perasaanku sangat bahagia. Reka masih terus menangis dan Arif pun tersenyum, lalu ikut berpelukkan denganku dan juga Nina.
Sifatnya periang dan selalu membuatku tertawa itu benar-benar membuatku seakan dekat sekali dengannya, entah kapan aku mulai bersahabat dengannya. Aku sadar nggak gampang untuk membuat hatinya luluh kepadaku, bahkan sahabatnya Arif pun menyukainya juga. Aku tak mengerti, apa yang harus ku lakukan?, tapi aku optimis untuk tidak menyerah.
“Rif, apakah kamu melihat Rio?.” Tanya Nina.
“Aku tidak melihatnya,” balas Arif sambil memegang kertas gorengan, “mungkin ada di kantin.”
“Oke, terimakasih Arif.” Kata Nina tersenyum.
Nina mencariku ke kantin, karena memang di situlah aku. Expresi wajah Nina yang begitu cemas bisa kulihat dari kejauhan menuju kantin, Akhirnya aku memanggil duluan.
“Nina......Nina......”
Nina pun membalikkan badannya dan merespon panggilanku.
“Huh, kamu ini. kemana aja? Aku mencarimu.” Kata Nina dengan nafasnya yang tersengal-sengal.
“Ada apa Nin? Kok tumben mencariku?.” Tanyaku terheran-heran.
“Oh, kok di bilang Tumben sih? Aku mencarimu karena tugas kamu belum selesai,” Jawab Nina sambil mengatur nafasnya, “Oh, ya Ri, tadi pacar kamu ke kelas dan menanyakanmu.”
“What? Reka mencariku?.” Tanyaku kaget.
“Ya, tadi dia itu menanyakanmu sambil menatapku sinis. Ada apa dengan hubunganmu Ri?.”
“Oh, tak apa Nin.”
“Ayo mengakulah, kita ini bersahabat, hampir 1 tahun lagi. Kamu bisa cerita ke aku ataupun Arif.” Kata Nina dengan senyumnya yang membuatku seakan terbang.
“Ya, nanti aku akan cerita semuanya.”
“Oke, kalau begitu, kita ke kelas yukkkk......”
Aku pun mengiyakan ajakan Nina itu, dan pergi ke kelasku X-H di daerah atas. Sesampainya di kelas, aku duduk di sebelah Arif. Arif pun bertanya, “Woy, tadi Nina nanyain kamu ke aku. Apakah udah ketemu dengan Nina?.”
“Sudah kok, baru saja.” Jawabku singkat.
“Bisa-bisa aku kalah nih denganmu,” kata Arif sambil mengeluarkan buku tulisnya, “kamu udah dapat satu point.”
“Ah...sudahlah, nanti aja kita bicarakan soal siapa yang dapat Nina. Kita belajar aja dulu, mumpung lagi pelajaran kesukaan aku nih.”
“Oh, oke, seperti biasa tulis yang punya aku juga.”
“Ya, Raden Arif.”
Suasana kelas menjadi Hening, ketika semua siswa sibuk mengerjakan tugas Individu dari guru bahasa jerman. Aku yang biasanya malas, kini berubah menjadi rajin. Aku pun berpikir mengapa nggak dari dulu aja aku begini? Terus mengapa aku harus sadar sekarang?. Yang jelas, kini aku berubah menjadi sosok laki-laki yang bisa di banggakan oleh ibu, bapak dan Nina tentunya.
Aku tak mengerti sampai saat ini mengapa aku begitu menyukainya, bahkan orang yang lebih tua pun tak mengerti. Apa yang seharusnya aku perbuat? Karena, aku masih terikat oleh seseorang bernama Reka. Aku berpacaran dengan Reka saat lulus SMP dan aku tak menyangka bisa satu sekolah lagi dengannya, bahkan bukan aku yang menyatakan perasaan ini melainkan gadis itu.
Nina, aku dan Arif memang sangat dekat sejak kami memasuki kelas 9. Tak menyangka aku bisa satu sekolah bahkan sekelas lagi dengan mereka. Dan aku sangat bersyukur tidak sekelas dengan gadis berbadan kurus itu yang kini masih menjadi pacarku. Aku bahagia bisa sekelas dengan Nina yang periang dan selalu membuat hatiku tenang.
Lamunanku buyar, ketika Nina memanggilku “Rio....Rio...Rio...” dengan sangat kencang.
“Eh Nin, maaf aku lagi berpikir.” Kataku kaget.
“Berpikir apa? Oh, ya aku mau nanya.”
Aku yang tiba-tiba tersenyum mendengar apa yang mau Nina tanyakan, aku berpikir mungkin dia mau menanyakan soal perasaanku.
“Mau nanya apa Nin?.” Jawabku yang masih berharap Nina menanyakan hal itu.
“Ini Rio, ada berberapa nomor yang nggak bisa aku kerjakan. Tolong aku dong.”
Hatiku tiba-tiba mendadak jatuh seperti pesawat yang menjatuhkan bom sebesar pulau ini, aku pun melihat isi pekerjaanku dan mengasihkannya ke Nina tanpa berkata apapun. Nina hanya tersenyum lalu pergi menuju tempat duduknya.
“teng....teng....teng....” Bel istirahat berbunyi begitu nyaring di telingaku, aku pun kebawah bersama Arif tentunya. Aku pergi ke kantin untuk membeli makanan yang aku sukai tentunya, aku terkenal akrab dengan bibi kantin karena, selalu mentraktir teman.
“Rio...sayangku.” sapa seorang gadis yang mungkin pacarku.
“Oh, kamu Reka. Ada apa?.” Jawabku singkat.
“tak apa, Untungnya kamu nggak lagi sama gadis udik itu ya.”
Emosiku memuncak dan tanpa disadari aku berkata, “wah, gila ya kamu. Badan udah kecil, tinggi nggak seberapa tapi sombong sekali. Pake acara ngehina orang lagi, kamu tuh yang udik.”
“Apa sayang? Kamu bilang aku udik, kita ini sederajat loh.” Jawab Reka dengan nada sombongnya.
“Hah... sederajat kau bilang? Maaf ya, semuanya itu sederajat di mata Tuhan. Bukan karena bapak kita sama-sama orang terpandang, kamu bisa seenaknya berkata seperti itu.”
“grrrrrrr, kamu tahu? Apa yang kamu katakan itu merupakan bumerang untuk diri kamu sendiri?.”
“Aku nggak takut Reka, mulai saat ini hubungan kita cukup sampai disini.”
“Apa? Lihat aja nanti, apa yang akan aku lakukan kalau kamu berani-berani pacaran sama gadis udik itu.” Kata Reka terakhir sambil membalikkan badan meninggalkan kantin.
Saat itu kantin menjadi sangat rame, di penuhi oleh orang-orang berbaju putih dan celana abu dengan berbagai tingkatan. Mungkin itu adalah pertengkaran hebat untuk seorang anak berusia 16 tahun yang baru 6 bulan menginjakan kakinya di SMA.
“kamu nggak malu io?.” Tanya Arif.
“ngapain malu kalau kita membela orang yang begitu berarti untuk kita.” Jawabku sambil meminum teh gelas.
“tapi itu extrem banget, sungguh tak menyangka kamu bisa seperti itu.”
“oh, ya dong Rio.”
Akhirnya aku dan Arif pun memutuskan untuk kembali ke kelas, ternyata Nina sudah ada di depan kelas sedang membaca buku keseukaannya sambil mengelus-elus rambut panjangnya itu. Sungguh, aku ingin sekali memegang rambutnya. Arif pun menyapanya dan Nina hanya tersenyum. Aku pun duduk dengan perasaan yang sangat bingung, apa yang akan di lakukan Reka? Buruk kah untukku? Kurasa itu tidak akan membuat seburuk bencana tsunami di Aceh.
“Rio...Arif...” sapa Nina dengan wajah yang sangat gembira.
“Ada apa Nina.” Jawabku dengan Arif.
“Nggak, aku Cuma mau ngasih cerpen yang aku baca. Ceritanya seperti kita bertiga itu adalah tokoh utamanya.”
“Nanti kita baca deh Nin.” Jawabku singkat.
“Kamu galau Ri? Kok bisa?.”
“Ya tadi itu dia habis putus sama Reka.” Jawab Arif sambil membenarkan kacamatanya.
“Oh, ya udah sabar aja Ri.”
Nina memanglah polos, baik hati dan tidak pernah mau berurusan dengan orang banyak. Maklum dia hanyalah seorang anak peternak sapi yang hidupnya sangat sederhana. Aku pernah sekali ke rumahnya bersama Arif, dan aku sangat merasa iba kepadanya. Tapi aku bersyukur, aku masih hidup di keluarga yang cukup, dan apapun yang aku inginkan tercapai walau ayah dan ibuku hampir tidak pernah terlihat di rumah.
Sedangkan Nina? Mau membeli sebuah buku paket saja, ia harus rela mati-matian untuk membelinya. Nina memang sangat rajin apalagi kalau sudah urusan pelajaran. Aku belajar darinya, bahwa ‘orang susah itu berhak belajar dan mengenal dunia yang lebih luas’. Nina selalu berkata “Ngapain kita gaya-gaya kalau nggak punya kemampuan? Dan mengapa kita harus bergaya? Padahal, dunia ini masih banyak yang perlu kita pelajari. Bergaya boleh, tapi yang pasti-pasti aja nggak usah berlebihan. Daripada gaya, mending kita membeli buku untuk kita baca, agar kita tahu tentang dunia yang sangat luas ini dan dari kita membaca, kita mampu bergaya lazim.”
Kata-kata yang menurutku benar-benar mengejutkan dari seorang gadis berwajah oriental itu. Kata-kata itu sering keluar ketika aku membicarakan soal style, aku salut dengannya karena, ia adalah gadis yang berbeda. Ia tak silau dengan motor ninja yang sekarang selalu di perbincangkan para gadis pada umumnya. Sungguh, kalau aku memilikinya, aku pasti nggak akan pernah melepasnya.
“Halo udik...” sapa seorang gadis berbadan kurus yang tiba-tiba masuk ke kelas kami.
“Kamu mau cari siapa? disini nggak ada yang namanya udik.” Jawab Nina santai.
“Maksud aku itu, kamu Nina.”
“Ada apa Reka?.” jawab Nina sambil berjalan menuju ke arah Reka.
“Aku perlu ngomong.” Kata Reka sambil menarik tangan Nina keluar.
Aku tahu Reka adalah gadis yang berani berbuat seperti itu, tapi aku nggak merasa terlalu khawatir terhadap Nina. Karena Nina adalah gadis yang lebih kuat di bandingkan dengan gadis-gadis lain. Aku mendengar semua percakapan mereka, dan feeling ku memang benar, Nina langsung pergi meninggalkan Reka begitu saja. Aku pun tertawa lebar bersama Arif, sungguh malang mantanku itu.
Reka yang semakin hari berusaha untuk merusak citra Nina yang baik, sopan, dan tak mau berurusan dengan orang banyak itu. Aku hanya terdiam, mendengar semua informasi yang ada. Nina pun hanya diam membeku seperti es dan tidak berkata apapun kepadaku. Aku pernah bertanya kepadanya tentang apa yang Reka perbuat kepadanya, dan dia hanya menjawab “Biasa, masalah anak perempuan, tapi tidak terlalu perlu di tanggepin, karena dia hanya korban salah paham dari hatinya sendiri. Hatinya belum bisa menerima apa yang telah terjadi.”
Sungguh jawaban dari anak seorang peternak sapi yang bijak. Semua itu karena prinsipnya yang tak mudah di kalahkan oleh amarahnya sendiri, dia memang the best, aku yakin kelak dia akan benar-benar sukses melebihi kesuksesan yang sekarang di raih oleh Reka. Kalau boleh memilih waktu mengapa dulu aku menerimanya, sungguh bodohnya aku. Mungkin karena faktor umur yang masih terlalu muda.
Sampai akhirnya pun aku melakukan hal yang sangat menyakitkan bagi hati Nina, iya aku meninggalkannya begitu saja. Dia tersenyum kepadaku tapi aku tidak pernah membalasnya, begitu pun dengan salam hangat sapaannya. aku juga tak pernah membalasnya. Sebenarnya aku bimbang, entah mengapa aku memang harus meninggalkan gadis polos itu. Mungkin karena, Nina pernah menyakiti hatiku.
“Rio, kamu kenapa? Aku salah apa sama kamu? Kita ini sahabat, kenapa kamu diam aja. Ayo Rio jawab aku.” Kata Nina kepadaku.
“Oh, kamu sahabat aku ya? Lupa tuh. Setahuku, aku tak pernah mempunyai sahabat udik sepertimu.” Jawabku dengan sedikit menghina.
Nina pun menundukkan kepala, terdiam dan menangis. Lalu ia menjawab, “Aku memang udik Ri, aku hanyalah seorang anak peternak sapi. Seharusnya aku sadar dari dulu. Bahwa, aku memang tak pantas untuk bersahabat dengan anak seorang pengusaha seperti kamu. Maafkan aku Ri, karena tak tahu diri.”
Setelah menjawab jawabanku yang terkesan menghina, Nina pun lari dan aku mengejarnya. tapi saking sedihnya Nina menabrak Arif. Dan Arif pun bertanya, “Kamu kenapa Nin?.”
“Rio, Rif. Dia berubah, dia bukan yang aku kenal.” Jawabnya kepada Arif.
Langkahku pun berhenti dan aku tak jadi untuk menghampiri Nina yang saat itu menangis di pelukan Arif. Batinku berbicara “Good job Rio, kamu telah membuat satu-satunya orang yang kamu sayangi itu menangis. Dan pastinya itu membuat kamu tak akan menyesal. Maafkan aku Nin, aku terpaksa. Karena, aku ingat kata-kata Reka.”
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Arif yang menghampiriku dengan wajah yang sangat merah seperti api itu lalu ia berkata, “Kamu itu kenapa Rio? Kenapa? Aku tanya kamu kenapa? jawab Rio. Nggak bisa jawab. Kamu Muna Rio, padahal kita sama-sama punya perasaan kepada Nina kan? Oh, atau mungkin perasaan kamu itu Cuma main-main selama ini.”
Amarahku memuncak tanpa sengaja aku pun memukul Arif dan menjawab, “Perasaan aku ini nyata dan nggak pernah main-main. Suatu saat aku akan bongkar semua rahasiaku kepadamu dan tolong jangan ikut campur.”
Arif yang tak mampu berkata lagi pun akhirnya memilih untuk diam, karena ia tahu aku mempunyai maksud lain untuk meninggalkan Nina. Mungkin ia berpikiran sama denganku, jadinya ia diam dan langsung pergi meninggalkanku. Tak sengaja, aku pun melihat Nina yang sedang membereskan bukunya di kelas dengan wajah yang penuh senyuman. Tapi aku tahu jelas, bahwa Nina sedang menutupi kesedihannya dengan cara begitu agar orang-orang tidak simpati melihatnya. Nina pun beranjak dari tempat duduknya menuju pintu, aku pun masih di pintu saat itu dan sedang asyik melamun sambil melihat Nina.
“Permisi Rio, kamu menghalangi jalanku.” Kata Nina dengan tatapan yang penuh kesedihan.
“Oh, ya maaf Nin.” Jawabku terbata-bata.
kulihat perempuan yang benar-benar aku sukai itu, berjalan dengan penuh tangisan dan kesedihan. Aku tak mengerti, apa yang selanjutnya akan aku perbuat? Apa aku sanggup berdiam-diaman dengan Nina selama 3 tahun lebih?. Kurasa aku tak akan sanggup dengan semua itu.
Akhirnya aku sudah tak tahan menjalani semua ini, walau baru 2 bulan aku mendiami Nina. Lalu, aku pun mengejarnya dan aku pun berkata, “Nin, boleh kita bicara?.”
“Bicara apa lagi? Memangnya kamu nggak malu apa bicara denganku?.” Jawabnya dengan muka memelas.
“Aku nggak malu, Nin. Berhenti untuk merendahkan diri kamu!”
“Bukannya beberapa bulan yang lalu kamu pernah bilang nggak mungkin punya sahabat seperti aku? Tapi mengapa kamu jadi berubah lagi?.”
“Ya, maka dari itu kita harus bicara.”
“Oke, aku akan mendengarkanmu.”
“Ya, aku juga akan mendengarkanmu Rio.” Kata Arif yang tiba-tiba datang.
“Arif, kamu ngapain disini.” Tanya Nina.
“Sudahlah Nin, aku nggak akan biarkan orang ini buat kamu menderita lagi.”
“Baik....baik Rif, kamu boleh ikut mendengarkan juga. Ayo kita ke kelas.” Kataku mengizinkan.
Suasana di kelasku sangat hening. Nina dan Arif pun benar-benar mendengarkanku bercerita, dan Nina hanya tersenyum lega tapi kalau Arif, dia mengomeliku habis-habisan karena telah begitu. Arif pun berkata, “itu adalah hal bodoh yang tidak patut dilakukan. Karena itu bisa merusak persahabatan yang ada.” Akhirnya aku, Nina dan Arif pun tertawa puas. Sampai akhirnya ada suara seperti pintu yang di tendang, ternyata di depan pintu ada Reka dengan wajah yang menunduk seperti orang yang habis kena musibah.
Tapi entahlah, aku sama sekali tak mengerti dengan mantanku itu. Mengapa dia selalu mengganggu kehidupanku? Apakah dia belum puas melihatku menderita selama 2 bulan ini? itu sudah pasti, dia nggak akan pernah puas kalau Nina belum menghilang dari kehidupanku. Reka pun akhirnya menegakkan kepalanya dan berkata, “kau jahat Rio, mengapa kau memilih gadis peternak sapi itu?,” aku pun menjawab, “karena dia adalah orang yang sangat berarti untuk hidupku!! Dia polos, baik hati, dan selalu menghindari masalah. Tak seperti kamu Reka. Mungkin kau berani, tapi kau itu sombong! Aku tak suka sama kamu sejak awal kita pacaran.”
“Lalu, mengapa kau menerimaku?.” Tanya Reka kembali.
“Karena........” jawabku bingung.
“Kamu nggak bisa jawab, kan? Aku tahu, karena Nina sedang di dekati oleh laki-laki lain kan?.”
“Oke, aku mengakui sekarang. Jawabanmu semua benar Reka! I do so give up from Nina, tapi sekarang aku sadar bahwa itu salah dan aku nggak akan pernah menyerah.”
Nina pun berdiri dari kursinya menuju ke arah pintu untuk menemuiku dan Reka yang sedang asyik perang mulut.
Nina yang menatapku dengan tajam dan penuh dengan pertanyaan besar itu membuatku sangat tegang. Serta, Arif yang tadinya tertawa melihatku perang mulut dengan Reka tiba-tiba terdiam seperti batu dan tanpa suara sedikit pun.
“Rio, begitu besarkah cintamu kepadaku? Aku hanya anak seorang peternak sapi sederhana bahkan aku tak cantik.” Tanya Nina yang masih bingung dengan perkataanku tadi.
“Oke, Nin dari sejak kita sahabatan aku memang suka sama kamu bukan sama Reka.” Jawabku dengan lancar.
Nina pun terdiam dan tak bisa berbicara apapun, lalu Arif pun akhirnya angkat bicara juga. “Nin, apa yang di katakan oleh Rio itu benar dan aku juga memiliki perasaan yang sama denganmu.”
“Sebenarnya, aku bingung mau menjawab apa. Kalian begitu baik kepadaku.” Jawab Nina dengan nada yang pelan.
“Kamu tak perlu melakukan apa-apa Nin.” Jawabku pada gadis berwajah oriental itu.
Suasana di depan pintu kelasku itu, kini hening dan sepasang mata kini seakan melihatku dengan tatapan yang sangat tegang. Tiba-tiba Nina memelukku dan berkata, “Rio, aku tahu kamu sangat menyukaiku. Sampai-sampai, kau rela untuk menjauhiku dan menderita demi aku. I love you, Rio and thank you.” Tanpa disadari, aku pun tersenyum lebar dan saat itu juga perasaanku sangat bahagia. Reka masih terus menangis dan Arif pun tersenyum, lalu ikut berpelukkan denganku dan juga Nina.
Langganan:
Postingan (Atom)