"Aku juga nggak tahu." Kataku polos.
Disitu aku dan cewek berkacamata serta teman-temanku yang lain saling menghibur, karena ternyata di kelasku banyak galau juga. Hitung-hitung aku bisa tertawa walaupun aku akhirnya terdiam dan membuat teman sebangku ku bertanya-tanya, mengapa seorang Kania yang cerewet menjadi diam seribu bahasa? Hahaha.
***
Hari Rabu di sekolahku adalah hari bebas. karena nggak akan ada pelajaran, yang ada hanya acara bulan bahasa yang di majukan karena nggak mungkin tanggal 28 kan ? Aku selalu terdiam di deretan anak IPS, karena memang di sana lebih nyaman daripada dibawah kena panas. Ku langkahkan kakiku menuju kelas Rani, saat itu Rani belum tahu apa yang terjadi denganku. Rani ternyata sama expresinya dengan yang lain bahkan teman cowok ku pun begitu dengan muka datar dan hanya bilang 'sabar'.
Setelah dari kelas Rani, aku mencari tempat yang enak untuk nonton. Akhirnya aku pun memutuskan untuk duduk di meja yang ada di depan kelas IPS 4 dengan RUNGOS. Di situ ada teman-temanku juga, awalnya memang biasa saja. Tapi menjadi tidak biasa setelah aku melihat orang yang mirip dengannya telah ada di hadapan mataku, rasanya badanku mau copot, lemas sekali. Dadaku sesak, rasanya aku ingin sekali mengambil rambutnya yang mirip itu dan di tarik sampai habis.
Aku pun akhirnya ingin mencari tahu siapa anak itu sebenarnya, aku benar-benar menunggu moment yang tepat. Saat ia turun dan naik ke atas panggung, aku langsung menuju temanku yang sedang berpacaran.
"Eh, tahu nggak yang sedang megang gitar terus pake jaket itu?" tanyaku dengan nafas terengah-engah.
"Tahu, Kan. Itu namanya, Harul. Kenapa ngeceng?" Kata cowok bermuka arab itu.
"Nggak, aku nggak ngeceng." Kataku sambil setengah berlari.
"Bukan ngeceng, Kak. Tapi ada sisi yang mirip dengan dia, tapi apa ya?" Kata ceweknya yang juga temanku itu.
"Oh, mirip gitu?" Tanyanya sambil mengaruk kepala.
"Ya ada, jadi nggak mungkin ngeceng. Aku tahu daritadi si Kania ngecengin adik kelas."
"Tapi kamu nggak kan?"
"Ya, nggak lah aku kan lagi di kelas."
"Haha, syukurlah."
***
Selama jalannya acara, yang di putar hanya lagu galau dalam berbagai versi. Ada versi yang biasa aja, kena hati dan lucu sehingga kita yang mendengarkannya bukan menangis tersedu-sedu malah ketawa. Tapi tetap saja, aku terdiam seperti orang bodoh, sambil senderan di pundak Fatimah. Dia selalu bilang ke aku untuk sabar dan sabar. Pastinya aku selalu sabar, aku nggak mungkin nangis.
Karena bosan, aku pun pindah ke kelas anak IPS 3. Di situ teman-temanku komplit dan pada main Uno stucko, jenis permainan yang dari dulu nggak ada bosan-bosannya aku mainkan. Tapi karena tanganku gemetar habis melihat yang mirip dia, jadinya aku nggak menang. Cowok yang mirip itu terus mondar-mandir, tapi aku selalu pasang wajah jutek tingkat dewa. Cowok itu juga sempat melihatku mungkin dia berpikir, "ini cewek kenapa?" ya itu sih sudah pasti begitu, habis kesal banget.
20 menit pun berlalu, aku yang duduk di kursi sekarang hanya terdiam sampai ada yang nyeletuk seperti ini.
"Nah, kalau orang jawa seperti Kania pasti pacarannya seperti ini," Kata cowok aneh yang juga temanku itu sambil sujud ala keraton Jogja, " Kanjeng Kania, I lope you."
"Wah, parah kamu Cirebon. Nggak segitunya kali. Hahaha." Kataku sambil tertawa lepas
"Eh, Kania." Kata cowok berbadan kurus dengan style acak-acakan itu sambil berjabat tangan denganku.
"Ada apa?" tanyaku polos.
"Selamat, kita single."
"Ya ampun, putus? sabar aja deh. Eh, masih ada Rani di sana?" Kataku
"Ada kok, aku kan habis curhat ke dia."
"Please anterin aku ke sana."
Akhirnya aku di antarkan menuju depan kelasnya dan aku bertemu dengan Rani, lalu aku menceritakan tentang cowok yang mirip dengannya itu yang sekarang duduk dengan tenang di depan kelas IPS 3. Rani ternyata kenal, karena pernah satu kelas. Setelah cerita, aku pun meminta Rani untuk mengantarkanku tapi dia nggak mau. Ya sudah aku pun nekat, dengan kaki setengah lemas.
Lagi-lagi aku kelepasan cerita, aku pun jadi galau berat tapi masih bisa tersenyum. Lagi-lagi temanku bersujud seperti ala keraton. Hahahaha, sangat lucu kalau di ingat. Detik-detik pukul 2, Fatimah ngajak aku pulang. Untungnya aku bawa motor, karena aku sudah tahu dia mau nebeng. Akhirnya kita pulang, dan disitu aku pun mulai bertanya-tanya tentang cowok yang mirip itu. Karena aku baru melihatnya, dan cukup tahu aja karena aku nggak mau suka.
Di perjalanan Fatimah itu cerewet sekali, ia bilang akan menjodohkan ku dengan cowok itu. Aku nggak mau dan aku bilang ke Fatimah sekarang yang aku pikirkan adalah pelajaran serta cara bagaimana aku kesana hanya untuk bilang thanks.
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
If you want a polite comment!!!