Sesudah aku ke rumah Eyang. Aku pun duduk manis di depan ruang TV dan di susul oleh cowok berbadan tinggi itu. Kita memulai pembicaraan dengan wajah yang agak tegang, maklum kita baru pertama ketemu dan kita bisa menikmati suasana kok. Ku kira dia adalah orang yang sangat heboh karena kelihatan dari tulisan SMSnya, tapi ternyata dia agak diam dan cool. Tanpa senyum tapi tidak cemberut.
Percaya atau tidak aku pun mulai memperhatikan dia. Sepertinya apa yang di katakan oleh om itu ada benarnya juga. Ia benar-benar orang yang apik, oke aku akui dia ganteng, tapi satu nilai minusnya. Badannya terlalu obes. Coba aja dia memakai celana yang panjang di sertai kaos mungkin dia terlihat lebih keren. Tapi satu penilaian dari aku sendiri, dia ramah.
Tak terasa satu jam berlalu, ia harus pergi meninggalkan rumah tanteku. Aku pun bersalaman dengan dia dan berkata, " semoga kita bisa bertemu lagi."
Ia hanya tersenyum lalu mengangguk pelan. Seketika cowok tinggi di hadapanku itu lenyap.
***
Ada perasaan yang mengganggu pikiranku sejak aku meninggalkan kampung halaman papaku itu. Aku merasa mungkin sampai di sini komunikasiku dengan si Eko. Secara dia sudah melihatku, berbeda dengan di foto dan aslinya juga aku memang kurang cantik bahkan menarik. Tapi anggapan ku salah. Ku buka Facebook ternyata dia masih sama, care. Dia selalu menulis di wall sampai aku tiba di rumahku di Bandung.
Tiba di Bandung pun aku merasa heran. Mengapa aku selalu memikirkan cowok itu. Bayangkan saja mana mungkin aku suka dengan orang Jawa, Jawa timur pula. Kalau di pikir-pikir sebenarnya aku juga orang Jawa, masa aku ngenyek diri aku sendiri. Ampun ya allah, maafkan hambamu ini. Rasanya mau pecah karena memikirkan orang itu. Ku buka buku kimia dan mulai belajar saja. Putusku.
***
Malamnya Bandung pastinya dingin, karena pusing belajar terus akhirnya aku membuka segala macam social networking. Dia ternyata lagi online, langsung deh kita chatting-an. Senang karena bisa ngobrol lagi tapi nyesek, katanya belum punya pacar tapi statusnya dia sudah mempunyai istri. Aigo, jinja, really and oh my god. Kaget setengah mampus aku dibuatnya, nggak percaya kapan nikahnya? kenapa nggak ngundang-ngundang? ih sombong banget ya, tapi nyesek banget sih. Pikirku yang mulai ngawur.
Aku pun bercanda sama dia dan di akhir pembicaraan dia ingin aku membuatkan lagu untuknya. Gitar saja soak, suara tidak bagus dan udah lama juga sih jadi aku benar-benar lupa cara membuat lirik lagu yang bagus. Teman-temanku yang selalu membantu pada sibuk. Tapi aku mengiyakan saja dan kita berdua langsung offline.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
If you want a polite comment!!!