Minggu, 28 Oktober 2012

Long distance R? 16

        Tak terasa waktu begitu cepat. Awalnya aku berpikir dia cuma pelampiasaan rasa sakit aku dengan sahabatku yang aku suka itu. Ternyata tidak, aku benar-benar sayang sama dia. Nggak ada kata bohong, aku benar-benar sayang sama dia. Walaupun terpisahkan oleh jarak, tapi menurutku tidak sebanding dengan kakak ku yang berpacaran dengan orang Jerman.
       Di sekolah, aku cerita-cerita tentangnya ke teman sebangkuku. Apalagi mendengar dia membawa pedang, rasanya aku ingin benar-benar cepat kesana untuk melihatnya. Tapi agak mustahil, aku hanya bisa membayangkan betapa gagahnya dia. Wow!! tapi di satu sisi lain tanpa aku sengaja, aku melihat cowok yang mirip dengannya. Hanya saja wajahnya berbeda, tapi posturnya serta style mirip. sangat disayangkan dia merokok, tapi keren sih karena bisa main gitar anak basket juga sama seperti Eko.
       13 oktober, kali ini dia benar-benar berubah. Bahasa kerennya adalah berubah 180 derajat. Bisa di bilang begitu. Mungkin kalau hari itu aku nggak SMS, mungkin sampai setahun kali dia nggak akan pernah SMS aku.
       Me: Ko, udah shalat belum?
Eko: Belum, Kan. Eh aku mau nanya, kalau di sana ada yang suka sama kamu gimana?
*pasang muka kaget* Me: kalau ada yang suka ya gpp, aku bakal jadiin dia teman aku. kalau kamu?
Eko: sama. nanya lagi, kalau misalkan di jodohin sama orang tua mu gimana?
Me: Emangnya jaman siti nurbaya, aku nggak mau lah. kalau kamu?
Eko: Aku juga nggak mau. Emangnya sebegitu nggak sukanya orang tuamu ke aku?
Me: Bukan nggak suka, nggak ada yang nggak suka sama kamu. Mama cuma khawatir takut aku kayak dulu. papa serta adik-adikku juga biasa aja.
Eko: Oke kalau gitu, aku capek mau tidur.
           
Kalau sebenarnya aku ceritakan semuanya juga percuma. Aku pernah sakit hati karena sahabatku yang aku sukai itu nggak ngerespon panggilan aku. Padahal dia ada di depan rumah aku, tanpa ku sadari badan ku terasa lemas dan hingga akhirnya aku menangis sangat kencang. Kalau di piki-pikir ini seperti drama tapi ini kenyataan.
             Hari Minggu tetap sama, dia berubah seperti es. Aku benar-benar mencoba optimis saja. Sebenarnya dari pertanyaan dia kemarin dapat di simpulkan ada yang sedang dia sukai dan dia mau merespon. Bodohnya aku, sebelum di terima aku lupa dengan sifat dia yang seperti ini. Tapi aku yakin dia nggak mungkin seperti itu kepadaku.
           
                                                                   ***

                Karena UTS, aku sama dia nggak SMS-an selama seminggu. Aku benar-benar melontarkan rasa kasih sayang aku kepadanya lewat SMS tapi no responding. Disitulah aku benar-benar berpikir, teserah mau apa yang akan terjadi nanti.
                Tanggal 17, genap sudah satu bulan. Rasanya agak galau, tapi biasa saja karena banyak teman-teman yang selalu menemaniku. Dia SMS dan kita pun bercanda, bercandanya pun agak garing. Malam harinya pun sama. Aku benar-benar berpikir, oke tak apa dia berubah dan aku akan terima keputusannya walau agak sakit nantinya.
             

Bersambung......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

If you want a polite comment!!!